Berbeda lagi dengan cerita Said Mashudi beberapa tahun lalu saat merujuk almarhum ayahnya yang sakit dari Penyalai ke Pekanbaru.
Baca: Tanggapan Bupati Harris Terkait Satu Calon Dirut BUMD Tuah Sekata Pernah Terjerat Kasus Korupsi
Ruangan dek speedboat yang digunakan terpaksa terpaksa dimasukan kasur berlapis-lapis agar orangtuanya nyaman.
"Tabung oksigen terpaksa diletakan dekat mesin, karena deknya kecil," kenang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pelalawan ini.
Kondisinya semakin miris lantaran di dalam dek kapal tak ada tempat gantungan yang bisa dipakai untuk mencantolkan botol infus.
Terpaksa mereka memegang botol infus secara bergantian dan mempertahankan dengan tangan agar posisinya tetap lebih tinggi serta terus mengalir.
Baca: Rebo Wekasan Trending di Google, Ustaz Abdul Somad Beri Penjelasan dan Bahas Arba Mustakmir
Belum lagi goyangan kapal apabila menerjang ombak selama perjalanan satu jam lebih.
"Jika pakai ambulance air, pasti lebih aman dan nyaman. Itu harus ada. Karena 20 ribu masyarakat Kuala Kampar harus bisa dilayani ketika sewaktu-waktu dirujuk," tandas politis Partai Golkar ini.
Mereka berharap bantuan ambulance air bisa teralisasi tahun depan, termasuk penambahan kamar rawat inap serta perlengkapan medis lainnya. (*)