Kisah Dosen Cantik Asal Pekanbaru Hadapi Mahasiswa Caper, Ada yang Sampai Japri via WhatsApp
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kisah dosen cantik asal Pekanbaru menghadapi mahasiswa cari perhatian (Caper) saat proses belajar mengajar dan keseharian di kampus.
Menjalani profesi sebagai dosen, seorang perempuan muda dan cantik harus menghadapi berbagai tantangan.
Baca: SEDIH! Kisah Seorang Ayah di Pekanbaru yang Anak Gadisnya Terbaring di Ruang ICU Akibat Jambret
Baca: MOHON DOA-nya, Mahasiswi Manajemen Komputer UMRI Terbaring di Ruang ICU Akibat Jambret
Mulai dari tantangan menghadapi rayuan mahasiswa hingga tantangan kualitas mengajar.
Menurut seorang dosen muda, Ufira Isbah, ia mengajar mata kuliah ilmu ekonomi.
Tantangannya, frekuensi mengajar masih terbatas jadi perlu pembelajaran untuk upgrade kemampuan mengajar supaya mahasiswa faham dengan filosofi ilmu yang diajar.
Ia juga harus harus update ilmu-ilmu baru supaya tidak monoton.
"Saya juga harus menghadapi mahasiswa, yang kadang ada yang cari-cari perhatian. Menghadapi hal ini, tergantung cara saya mengendalikan kondisi kelas. So far mahasiswa saya sopan-sopan dan baik jadi tak masalah," ungkap Fira.
Untuk kebutuhan bahan ajar, kata Fira, banyak bersumber dari internet baik itu e-book, journal, program pembelajaran dan lainnya.
Fira juga sering baca e-book melalui smartphone dan laptop.
"Teknik pengajaran juga saya lihat dari youtube, fasilitas tersebut sangat bermanfaat, sayang kalau tidak digunakan. Kemudian juga mencari referensi teknik mengajar yang baik di google. Internet termasuk media yang harus dimanfaatkan secara bijak untuk meningkatkan kualitas diri," jelas Fira.
Baca: FOTO: Pasukan Lanud Rsn Latihan Penanganan Huru Hara di Depan Gerbang SSK II
Baca: Sungai Kampar Kiri Meluap, Gunung Sahilan Terendam Banjir
Sementara, bagi dosen muda lainnya, Sumaiyah MIKom (ig: @sumaiyah_abdullah), tantangan menjadi dosen muda seperti yang ia alami, karena faktor umur tidak jauh beda dengan mahasiswa yang ia ajar, bahkan ada mahasiswa yang sebaya dengan orangtuanya.
Terkadang ia sering dicandain oleh mahasiswa tapi baginya tidak masalah, karena ketika ia serius ia harap mahasiswa juga serius, dan begitu juga ketika bercanda.
"Saya sering bilang ke mahasiswa, ketika di lokal atau ruangan, saya seorang dosen. Ketika di luar anggaplah saya sebagai kakak, adik dan atau anak. Menjadi dosen muda saya juga harus bisa menguasai teknologi, dan saya harus selalu up to date," sebut gadis yang akrab dipanggil Maya ini.
"Saya bisa mengikuti perkembangan mahasiswa melalui media sosial. Kalau dirayu mahasiswa, pernah, saya anggap bercanda saja," ungkap Maya.
Maya selalu mengedepankan profesionalisme sebagai dosen serta menjaga jarak dalam berkomunikasi dengan mahasiswa.
Saat bercanda, ia balas dengan candaan, yang penting masih dalam batas kewajaran.
Sebagai seorang dosen, ia banyak berhubungan dengan internet.
Untuk bahan mengajar ia juga searching dari internet, baik jurnal maupun karya ilmiah lainnya.
Baca: 4 Pemuda di Dumai Diduga Rudapaksa Remaja 15 Tahun, Dicokok Dua Tempat Berbeda
Baca: VIRAL! Penumpang Ini Selfie Sebelum dan Sesudah Busnya Kecelakaan
Ia juga banyak memiliki e-book. Ia sering membaca buku melalui gawai yang ia miliki.
"Aktivitas saya yang padat, di lapangan lebih memungkinkan saya untuk selalu baca buku melalui smartphone, ketimbang saya bawa buku," kaya Maya.
"Saya selalu belajar dari internet bagaimana cara mengajar. Saya sering melihat dari internet bagaimana menjadi dosen yang profesional, dan bagaimana cara membuat presentasi yang baik atau keren untuk bahan mengajar," tutur Maya.
"Mungkin bisa dikatakan untuk saat ini saya Nomophobia (no mobilephone pobia)," jelas Maya.
Memilih profesi sebagai dosen hal yang wajar.
Hanya saja, menjadi dosen pada usia muda, ada akan berbeda rasanya dengan menjadi dosen pada usia yang lebih dewasa.
Khususnya bagi gadis-gadis muda yang memilih menjadi dosen, ada tantangan tersendiri.
Tantangan itu di antaranya dirayu mahasiswa.
Hal ini pernah dialami dosen muda, Ari Pristiana Dewi (ig: ari_pristiana).
Baca: FOTO: Banjir Akibat Luapan Sungai Siak di Rumbai Pesisir
Baca: Live Streaming Persib Bandung Vs Perseru Serui, Laga Liga 1 Pukul 18.30 WIB Malam Ini
Ia mengajar di keperawatan yang mayoritas mahasiswanya perempuan.
Kalau di kelas, tidak ada godaan dari mahasiswa.
Selain mengajar, ia juga sebagai staf ahli wakil rektor bidang kemahasiswaan.
Saat itu la ia banyak berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai fakultas.
"Beberapa mahasiswa dari fakultas lain berani menggoda saya tapi sebatas candaan. Contohnya, ada yang sampai japri ke whatsapp saya, ia bilang kalau ada artis yang mirip sekali cantiknya dengan saya. Tapi saya tak anggap serius, namanya juga mahasiswa," ungkap Pristi.
Selain itu, kata Pristi, saat mengikuti rapat kemahasiswaan di Kemenristekdikti, banyak yang tidak percaya bahwa ia mewakili Universitas Riau.
Banyak yang mengira ia staf Dikti karena masih muda.
Saat di kampus, ada mahasiswa yang tidak tahu bahwa ia dosen, dan ia masih sering dipanggil kakak.
"Kalau ada godaan saat di kelas, saya menganggap itu hanya candaan saja. Saya balas dengan candaan yang membuat suasana kelas menjadi tidak kaku dan mahasiswanya juga tidak malu. Saat dirayu, tidak ada getaran apapun dalam hati saya. Saya menempatkan diri dengan baik bahwa saya dosen," jelas Pristi.
Baca: Jadwal Siaran Langsung Liga Inggris Pekan 13, Tottenham vs Chelsea, Man United vs Crystal Palace
Baca: Oppo A7 Tersedia Dalam 2 Warna yang Menawan, Glaze Blue dan Glaring Gold, Kamu Pilih yang Mana?
Sebagai dosen muda, ia jiga harua melek teknologi, apalagi saat ini penggunaan internet tidak bisa dielakkan.
"Saya memanfaatkan internet secara positif dalam proses belajar mengajar. Mencari sumber referensi, baik hasil riset, artikel jurnal nasional dan internasional, maupun buku dalam bentuk e-book, saya dapatkan melalui internet," tutur Pristi. (*)