Kisah Caleg Cantik Asal Riau, Pernah Dipeluk Ibu-ibu sambil Menangis
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kisah calon legislatif (Caleg) cantik asal Riau, pernah dipeluk ibu-ibu sambil menangis, ini kisah lengkapnya dari awal terjun ke dunia politik hingga duduk di kursi DPRD Riau.
Caleg cantik itu bernama Sewitri SE, dan ia merupakan caleg DPRD Riau daerah pemilihan (dapil) Pelalawan dan Siak.
Kisah caleg cantik ini berawal pada tahun 2010 lalu, saat itu ia mulai beraktifitas di dunia kepartaian, saat itu ia dipercaya menjadi Pengurus DPD Golkar Pelalawan sebagai Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Ketua KPPG DPD Golkar Pelalawan.
Baca: Mandi Pakai Air Zam-Zam, Syahrini Klaim Kulitnya Lebih Putih, Ini Enggak Pakai Bedak
Baca: Tayangan Perdana Drama Korea Encounter Catat Sejarah Rating Tertinggi di TVN
Baca: 10 Situs & Link Download Drama Korea (Drakor)
Baca: Pencurian di Pekanbaru, Bunyi Jatuh Disangka Cuma Musang, Ternyata Brankas Tetangga Digondol Maling
Secara tidak langsung, ia dapat melihat dan mendengar sejak bapaknya terjun ke dunia politik, karena terkadang bapaknya rapat dan menerima tamu di rumah.
"Saya dapat melihat dan mendengar, atau bapak yang menceritakan kepada kami anak-anaknya di rumah. Kemudian bapak menjadi Ketua DPD Golkar Pelalawan, selanjutnya menjadi Ketua DPRD Pelalawan hingga jadi Bupati Pelalawan saat ini. Semakin banyak ruang belajar tentang politik dan pemerintahan," ungkap Sewitri.
Sewitri memilih terjun ke dunia politik dengan status sebagai perempuan karena tiga alasan, pertama, tidak ada larangan perempuan terjun ke dunia politik, dengan regulasi sekarang bahkan perempuan didorong terjun ke dunia politik.
Kedua, jumlah penduduk perempuan di Riau berimbang dengan laki-laki, tetapi wakilnya di parlemen masih kecil.
Ketiga, dari sisi beban dan tanggungjawab perempuan.
Baca: Cerita Korban Banjir Kampar, Anak Jatuh dari Tempat Tidur Ucap Ma! Basah
Baca: VIDEO: Live Manchester United Vs Young Boys Liga Champions Grup H Jam 03.00 WIB
Menurutnya, perempuan itu melakukan peran ganda yaitu bekerja dan beraktifitas di masyarakat, dan mengurus rumah tangga dan keluarga.
Jadi, perempuan itu paling rentan menanggung beban persoalan rumah tangga dan pekerjaan yang berkaitan dengan persoalan-persoalan pembangunan.
Mulai dari masalah kebutuhan dapur dan sandang, mengurus kebutuhan anak, kesehatan anak, pendidikan anak, pekerjaan dan persoalan lainnya.
Keempat, ia ada dan tinggal di tengah-tengah masyarakat, ia aktif di beberapa organisasi, dan ia mendengar keberhasilan pembangunan serta keluh kesah masyarakat yang belum terselesaikan oleh pembangunan.
Misal persoalan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, narkoba, pemuda, lingkungan hidup, pelayanan publik, perempuan dan anak, dan lain-lain.
Atas pertimbangan dan alasan-alasan itu maka ia terpanggil untuk memperjuangkan aspirasi dan harapan masyarakat, satu di antaranya melalui parlemen.
Baca: VIDEO: Link Live Streaming Liga Champion PSG vs Liverpool di RCTI
Baca: Lirik Lagu Jangan Gitu Dong, Lagu Baru Ayu Ting Ting, Baru Posting di Youtube Sudah Dilihat 178Ribu
"Untuk berada di parlemen maka saya harus masuk ke dunia politik dan bertarung di arena politik itu," kata Sewitri.
Trik Meraup Suara, Mendapatkan Pendukung dan Pemilih
Bagi Sewitri, untuk mendapatkan suara, pendukung dan pemilih, datanglah kepada rakyat.
Tinggallah bersama rakyat.
Berbicaralah dengan bahasa rakyat.
Dengarkanlah aspirasi rakyat.
Merancang dan bekerjalah bersama rakyat.
Perjuangkan aspirasi rakyat.
Jadikan rakyat sebagai subjek bukan objek.
Itu saja.
Pengalaman Menarik selama Terjun di Dunia Politik
Pengalaman menariknya, bertemu dengan masyarakat, menyapa, mendengarkan keluh kesah mereka dan berbuat serta berjuang dengan tantangan dan berhasil adalah kepuasan tersendiri.
Baca: Pemprov Riau Cari Solusi Terkait Tiga Orang Dokter Gugat BLUD RSUD Arifin Achmad Ditahan Jaksa
Baca: Nubia Luncurkan Red Magic Mars, Ponsel Gaming RAM 10 GB dan Memori 256 GB Berchipset Snapdragon 845
Bertemu dan berinteraksi dengan orang-rang baru yang memiliki karakter berbeda-beda menambah wawasan baru.
"Pengalaman yang menarik lainnya adalah ketika saya mengadakan reses disalah satu desa di Kecamatan Pangkalan Kuras. Selesai acara, ada seorang ibu yang menghampiri menyalami, memeluk dan mencium pipi saya sambil menangis terisak-isak. Saya bingung dan bertanya kenapa ia menangis? Beliau menjawab kalau saya sangat mirip dengan anak perempuannya yang sudah meninggal. Terenyuh dan sedih, saya kembali memeluk dan menyemangati beliau," tutur Sewitri.
Bertemu dengan remaja-remaja putri dan mengatakan bahwa mereka suatu saat ingin bercita-cita menjadi anggota dewan sepertinya, karena ingin berbuat sesuatu untuk kampung.
"Ternyata kehadiran kita di tengah mereka juga bisa menjadi motivasi berbuat untuk masa depan negeri," ujarnya.
Bersaing dengan Politikus Laki-laki dan Berpengalaman
"Saya tidak merasa bersaing dengan politisi laki-laki dan berpengalaman. Mereka saya jadikan mitra kerja. Politik itu seni untuk meyakinkan siapapun, termasuk lawan politik agar setuju dan mendukung gagasan politik saya. Tentulah saya memerlukan dukungan banyak politisi dan lintas partai. Saya bekerja seperti itu," kata Sewitri.
Ketika ia berada di parlemen, sekat dan batas partai sudah tidak ada. ia sudah menjadi wakilnya rakyat dari dapil yang ia wakili, bukan wakil partai lagi.
Bahkan ia sudah menjadi wakilnya rakyat Riau, karena ia bekerja di DPRD Riau dan mengabdi untuk masyarakat Riau.
Politisi berpengalaman ia jadikan inspirator dan tempat ia belajar politik lebih banyak.
Baca: Ramalan Zodiak Kamis, 29 November 2018: Pikiran Negatif Bikin Taurus Sulit Tidur
Baca: Promo Hotel di Pekanbaru untuk Tahun Baru 2019, Hotel Ini Tawarkan Kuliner Tempo Doeloe
"Saya mengumpamakan menjadi wakil rakyat itu seperti berjalan di Jalur pelangi. Sangat berwarna-warni. Warna partai yang beragam corak. Gagasan politik dan sudut pandang yg berbeda-beda. Dinamika masyarakat dengan beragam aspirasinya. Mitra kerja dari pemerintahan yang juga sangat dinamis dengan konsep-konsep pembangunannya. Keberagaman warna warni itu harus mampu kita kombinasikan menjadi sebuah konsep pembangunan Riau yang baik untuk kepentingan rakyat. Seperti pelangi yang indah setelah hujan reda," papar Sewitri.
Tanggapan Keluarga saat Terjun ke Dunia Politik
"Ahamdulillah, saya terjun ke dunia politik karena saya berjuang untuk keluarga dan masyarakat saya. Keluarga saya adalah unit terkecil dari masyarakat. Keluarga saya adalah bahagian dari masyarakat," sebut Sewitri.
Bagi Sewitri, terkadang inspirasi dan aspirasi itu lahir dari persoalan yang dialami rumah tangganya, dan juga dialami rumah tangga lainnya di tengah-tengah masyarakat.
Seperti, naik dan langkanya sembako, rusaknya jalan, buruknya pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, dan lainnya.
"Saya berjuang untuk rakyat tentulah berjuang juga untuk keluarga saya, karena saya adalah rakyat. Keluarga saya sangat mendukung saya berada di tengah-tengah dunia politik," ujar Sewitri.
Tanggapan Teman-teman saat Tahu Terjun ke Dunia Politik
Awalnya tentulah terkejut, karena ia bukanlah siapa-siapa.
"Saya sama dengan teman-teman saya. Tapi saya masuk beberapa organisasi. Di sanalah proses belajar. Prosesnya tentulah panjang, penuh lika liku. Perlu kesabaran. Perlu ketekunan dan kesungguhan. Proses itulah yang membentuk dan membuat saya memahami dunia politik. Selain saya harus banyak belajar dan membaca, ikut bimbingan teknis, ikut training, dan lain-lain," papar Sewitri. (*)