Indragiri Hilir

Warga Menjerit Harga Kelapa di Inhil Anjok, Begini Tanggapan Ketua TPID Riau

Penulis: Syaiful Misgio
Editor: Ariestia
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Kelapa

Laporan wartawan Tribun Pekanbaru, Syaiful Misgiono

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Petani kelapa di Kabuten Inhil Riau mengeluh murahnya harga jual hasil kebunnya.

Bahkan anjloknya harga kepala membuat petani tidak lagi memanen hasil kebunnya.

Sebab biaya untuk membayar upah pekerja tidak sebanding dengan pendapatan hasil penjualan kepala.

Akibatnya, petani memilih membiarkan kebun kelapanya begitu saja. Hingga berguguran dan tumbuh tunasnya.

Baca: DUKUN Palsu di Pekanbaru Bisa Gandakan Uang sampai Rp 5 Miliar, Polisi Amankan Perangkat Ritual

Sebab para petani enggan memanen kelapanya karena harga jual yang masih murah.

"Murah sekali harga kelapa sekarang, kalau kami panen buat bayar pekerja panennya saja tidak cukup. Makanya ngak ada kami panen," kata Hadi petani kepala di Desai Sei Gergaji Kecamatan Keritang Inhil Riau, Senin (3/12/2018).

Akibat anjloknya harga kelapa, membuat petani kepala di Inhil menjerit. Sebab sejak harga kelapa murah, para petani kelapa sulit untuk mencukupi kebutuhan sekolah anaknya.

"Adek saya kuliah di Pekanbaru, sudah tiga bulan ini tidak dikirimi uang. Dirumah nggak ada uang gimana mau kirim uang, saya suruh dia cari kerja sambil kuliah," ujarnya.

Hadi mengungkapkan, saat ini harga kelapa hanya sekitar Rp 400 hingga Rp 500 per butirnya. Padahal sebelumnya harga kepala bisa diatas Rp 1000.

"Dulu sempat Rp 1200 harganya. Sekarang turun drastis, paling sekitar Rp 400 sampai Rp 500 per butirnya," katanya.

Baca: KISAH Wanita Cantik Asal Pekanbaru Jadi Pengusaha, Bimbing Ekonomi Kreatif Anak Muda

Menanggapi anjloknya harga kepala di Inhil, Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Riau, yang juga Sekdaprov Riau, Ahmad Hijazi tidak menapik anjloknya harga kepala di Inhil.

Hijazi mengungkapkan, anjloknya harga kelapa diakuinya merupakan masalah mendasar yang dialami masyarakat Inhil dan hingga kini belum terselesaikan. Pahadal perekonomian masyarakat di Inhil 80 persen bergantung pada komoditi kelapa, maka anjloknya harga kelapa sangat berdampak terhadap daya beli masyarakat.

"Saya yakin efeknya sangat besar. Masyarakat tidak akan membangun rumah. Warga lebih menahan diri untuk berbelanja. Karena memang kelapa menjadi pondasi kuat perekonomian masyarakat di sana," katanya.

Pihaknya mengusulkan perlu ada pelabuhan kontainer untuk mendukung industri kelapa di Inhil. Pelabuhan ini diharapkan bisa mengatasi persoalan anjloknya harga kelapa rakyat.

"Sangat perlu adanya pelabuhan kontainer sesegera mungkin, dan saya harap Pemda bisa mengusahakan itu,” katanya.

Baca: Live Streaming Atalanta Vs Napoli Live BeinSport 3, Liga Italia Pekan ke 15, Napoli Target Menang

Pelabuhan kontainer sangat diperlukan, sebab menurut informasi yang diperolehnya, bahwa negara sasaran pasar kelapa hanya mau menerima produk impor yang dikemas dengan baik dalam jumlah banyak.

Sementara di Inhil tidak punya fasilitas itu, akibatnya kelapa yang diangkut dengan kapal kayu ke negara luar banyak yang ditolak karena tidak dikemas dengan baik.

Sehingga pasar kelapa hanya berputar di industri lokal saja.

Akibat jumlah sumplai bahan baku yang melimpah, membuat harga jual kelapa di Inhil anjlok.

"Kalau di inhil ada pelabuhan kontainer apalagi didukung dengan industri memadai, saya rasa bisa teratasi. Karena di Batam ada industri pengolahannya, dikirim ke Singapura dan dikirim ke negara yang dibutuhkan," katanya. (*)

Berita Terkini