Sebelumnya diberitakan, Briptu Heidar disergap dan diseret ke semak-semak oleh KKB.
Peristiwa itu terjadi di Kampung Usir, Kabupaten Puncak, Senin (12/8/2019) sekitar pukul 11.00 WIT.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal, mengatakan, penyanderaan bermula Briptu Heidar yang dibonceng Bripka Wakum Alfonso sedang mengendarai sepeda motor dalam rangka bertugas.
Saat berada di sekitar Kampung Usir, ada warga yang memanggil Briptu Heidar sehingga keduanya berhenti.
Briptu Heidar mendatangi orang yang memanggilnya karena mengenal warga tersebut, sedangkan Bripka Wakum tetap di atas motornya.
Tiba-tiba sekelompok warga menyeret Briptu Heidar ke dalam semak-semak.
Bripka Alfonso yang melihat insiden tersebut langsung bergerak menyelamatkan diri dan melaporkan insiden yang dialaminya ke Polsek Ilaga.
Belakangan, dipastikan bahwa jenazah Briptu Heidar telah ditemukan tak jauh dari lokasi penyergapan di Kampung Usir, Kabupaten Puncak.
Penjualan Amunisi ke KKB
Aktivitas KKB di Papua memang sudah kerap meresahkan sejumlah pihak, terutama TNI dan Polri. Kelompok separatis ini kerap menyerang anggota TNI dan Polri.
Namun, di tengah upaya TNI dan Polri memberantas jaringan KKB Organisasi Papua Merdeka (OPM), ada saja oknum TNI yang mencoreng perjuangan tersebut.
Tiga oknum itu, Pratu DAT, Pratu M, dan Pratu O ternyata bekerja sama dengan OPM, di mana ketiganya memasok ratusan amunisi kepada KKB.
Dandim 1710/ Mimika Letkol Pio L Nainggolan memastikan bila amunisi yang dijual Pratu DAT kepada jaringan KKB OPM bukan berasal di gudang amunisi Kodim Mimika.
Meski demikian, Pio tidak mengetahui sumber amunisi itu berasal dari mana, sebab saat ini kasus yang melibatkan Pratu DAT sudah ditangani Pomdam XVII/Cenderawasih.
"Saya yakin amunisi tersebut bukan dari Kodim Mimika," kata Pio, Sabtu (10/8/2019).