TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Abdul Naser Parinduri, siswa kelas 12 SMA Negeri 2 Tualang, Kabupaten Siak mendapat kesempatan mewakili Riau.
Dia mengikuti program parlemen remaja DPR RI 2020. Materi yang diangkat adalah gotong royong mengatasi pandemi Covid-19.
Program parlemen remaja digelar oleh Sekretariat Jenderal DPR Republik Indonesia (RI).
Kegiatan itu bertujuan memberikan pendidikan politik sedini mungkin kepada generasi muda.
Baca juga: Kabar Baik dari Dumai, Dua Hari Tanpa Penambahan Kasus Covid-19, 24 Pasien Positif Sembuh
Baca juga: Alhamdulillah, Harga TBS Sawit Riau Pekan Ini Naik 22,79 Per Kilogram, Petani Bisa Tersenyum
Baca juga: Berlagak Bingung Didatangi Polisi, Pria 34 Tahun Kedapatan Simpan Sabu-sabu, Tes Urine Positif
Program pelatihan dan demokrasi untuk siswa-siswi SMA/MA/SMK se-Indonesia Tahun 2020 ini, bertemakan “Gotong Royong Mengatasi Pandemi Covid-19".
"Alhamdulillah, dari 134 orang yang lolos mengikuti Parlemen Remaja DPR RI Tahun 2020, salah satunya saya dari Tualang Kabupaten Siak," kata Abdul Naser, Senin (2/11/2020) di gedung DPRD Siak.
Sebelumnya ada 6.257 siswa yang ikut kegiatan yang sama dari seluruh Indonesia.
Pria kelahiran Tualang, 18 Juni 2003 ini menyampaikan tujuanya ikut kegiatan tersebut untuk membuka pemahaman tentang dunia politik.
Kemudian mengetahui gambaran nyata tentang tugas dan fungsi parlemen yang merupakan wakil rakyat.
“Saya sudah mempersiapkan semua kebutuhan untuk mengikuti program tersebut," kata dia.
Ia mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan Ketua DPRD Siak H Azmi yang telah memfasilitasi kegiatan yang berlangsung secara virtual itu.
Sebelumnya Naser telah melalui proses seleksi yang sangat ketat. Mulai dari pembuatan esai, video dan profil diri.
Sementara itu Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Siak L Budhi Yuwono menyampaikan rasa bangganya atas keikutsertaan pelajar dari negeri istana ini.
Ia mengatakan, Parlemen Remaja merupakan kegiatan pembelajaran politik kepada generasi muda, khususnya pelajar tingkat SMA sederajat.
"Mereka akan merasakan simulasi menjadi Anggota DPR RI selama 5 hari, mulai dari tanggal 2 sampai tanggal 6 November 2020," jelasnya.
Menurut dia, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi para peserta. Karena diberikan pemahaman tentang proses pembuatan kebijakan publik di parlemen.
Dan pemahaman tentang proses demokrasi di Indonesia melalui pelaksanaan simulasi Parlemen.
Para pejuang Parlemen Remaja tersebut terdiri dari 1.749 sekolah dan 382 kabupaten/kota di Indonesia.
Untuk Provinsi Riau diikuti dari Kabupaten Siak, Kampar, Rokan Hilir, dan Indragiri Hulu.
Di hari pertama, acara itu dibuka oleh Ketua DPR RI dan pemateri oleh Sekjen DPR RI, Deputi Persidangan.
Acara dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Sempat Terancam Dikeluarkan, Siswa SMAN 1 Hulu Akhirnya Diterima Kembali
Jika pelajar di Kabupaten Siak beruntung bisa mengikuti program parlemen remaja DPR RI 2020, Sulaiman, seorang siswa SMAN 1 Tembilahan Hulu sempat terancam dikeluarkan dari sekolah.
Namun, warga Kecamatan Tembilahan Hulu akhirnya bisa tersenyum setelah pihak sekolah memutuskan menerimanya kembali.
Keputusan ini berdasarkan hasil pertemuan Majelis Guru SMAN I Tembilahan Hulu setelah mengikuti mediasi oleh Perwakilan Dewan Pendidikan Inhil.
Antara Keluarga Sulaiman dan Pihak Sekolah di ruangan Laboratorium SMAN I Tembilahan Hulu, Senin (2/11/2020).
Kepala Sekolah SMAN 1 Tembilahan Hulu, Farida Aryani menuturkan, rapat bersama beberapa majelis guru akhirnya memutuskan Sulaiman diterima kembali di SMAN I Tembilahan Hulu.
“Alhamdulillah, kami mengadakan rapat 38 guru dari 68. Kami sepakat untuk menerima kembali Sulaiman untuk belajar disini,” ungkap Farida.
Meskipun begitu, Farida tetap memberikan sejumlah poin-poin penting yang harus diperbaiki oleh Sulaiman dalam menempuh pendidikan.
Agar lebih semangat dalam menuntut ilmu serta selalu berkomunikasi dengan pihak sekolah baik itu guru BK atau dengan wali kelas.
“Semoga ke depannya anak kita ini semakin baik begitu dan semangat belajarnya semakin tinggi.”
“Kami meminta Sulaiman kalau ada kendala silakan tanya mungkin ada permasalahan tidak bisa, silakan tanyakan nama guru, kami bersedia dengan luring atau daring,” ucapnya.
Lebih lanjut Wakil Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Inhil Saiful Anwar yang hadir dalam mediasi tersebut mengapresiasi pihak sekolah.
Telah melakukan pertemuan bersama anggota Komisi IV DPRD Inhil, LSM dan PGRI serta dari pihak kepolisian untuk sama-sama mencari solusi dan mendengarkan hasil dari keputusan terkait Sulaiman.
“Setelah melakukan penelusuran terkait permasalahan Sulaiman telah ditemukan titik terang.”
“ Kita bangga dengan SMA 1 Tembilahan Hulu mau mengajak berbagai pihak untuk duduk bersama, ini perlu kita berikan apresiasi.”
“Tentunya dokumen seperti ini akan terus kita lakukan kenapa pendidikan itu prinsipnya untuk semua tidak ada perbedaan baik dari suku, agama dan lain-lainnya," imbuhnya.
Menurutnya, sekolah ini perlu dukungan untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi apalagi dengan kondisi pandemi Covid 19 yang begitu banyak menguras pikiran.
“Kita juga mendengar tadi bukan hanya Sulaiman yang mengalami hal seperti ini, namun masih ada sekitar 7 anak lagi yang harus kita fikirkan untuk mencarikan solusinya,” terangnya.
Saiful berharap Sulaiman bisa sekolah seperti biasa tentu dengan semangat yang berbeda dan jadikan ini sebagai motivasi bagi untuk bergerak lebih maju.
Melangkah lebih hebat agar sukses dan bisa menyelesaikan pendidikannya di SMA ini.
Saiful Anwar menilai, setelah mendengarkan penjelasan dari dua sisi ada beberapa poin yang telah disimpulkan dan masing-masing memiliki kelemahan.
“Dapat disimpulkan jika Sulaiman tidak pro aktif dalam mengikuti pembelajaran, ini dari sisi murid.”
“ Untuk sekolah jika Sulaiman tidak pro aktif dalam pembelajaran solusinya tidak harus pindah, namun bisa diberikan keputusan berupa tidak naik kelas,” ucap Saiful.
Sebelumnya, Sulaiman yang merupakan siswa Kelas X IPS I SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu ini sempat akan dikeluarkan dan dipindahkan dari sekolahnya lantaran tidak mengerjakan tugas.
Orangtua Sulaiman memang mengakui jika terkadang anaknya tidak mengerjakan tugas sekolah via daring.
Karena ponsel merek Asus yang digunakan untuk belajar daring layarnya sudah retak dan juga dipakai bertiga dengan adiknya yang sekolah di MIN.
Ayahnya yang merupakan kuli bangunan membuat Sulaiman harus belajar daring dalam keterbatasan.
Nurhasanah selaku ibu Sulaiman juga mengaku sempat dipanggil oleh pihak sekolah dan diminta menandatangani kertas yang sudah disediakan oleh pihak sekolah.
Karena tidak paham (karena memang Nurhasanah tidak pandai tulis baca), maka dia hanya mencoret aja di bagian yang harus ditandatangani.
Nurhasanah pun kaget ternyata surat tersebut merupakan permohonan pindah dari SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu ke MA Sabilal Muhtadin.
Surat ini sudah disediakan pihak sekolah tersebut, sementara dirinya tidak pernah minta anaknya pindah dari sekolahnya
Nurhasanah juga menyebutkan, jika selama ini perlakuan anaknya tidak ada berbuat nakal dan melakukan tindakan lain yang merugikan sekolah.
Sementara itu, pihak SMAN 1 Tembilahan Hulu pada awalnya tidak ingin mengeluarkan surat pindah terhadap Sulaiman.
Namun karena sudah diminta mengerjakan tugas daring (dalam jaringan) tidak bisa.
Selanjutnya ke luring (luar jaringan) juga tidak dikerjakan, sehingga pihak sekolah menanyakan ke siswa bagaimana baiknya agar tetap bisa mengikuti pelajaran di sekolah.
Wali kelas Sulaiman mencoba menanyakan permasalahan agar bisa mengikuti pelajaran di sekolah, namun Siswa tersebut (Sulaiman) meminta pindah.
Pihak sekolah pun menanyakan perihal pindah ini kepada wali kelas mengingat saat ini masih situasi pandemi.
Sehingga pihak sekolah memanggil pihak keluarga untuk membicarakan hal ini.
Kesalahpahaman pun terjadi saat Nurhasanah baru mengetahui surat yang ditandatanganinya merupakan surat permohonan pindah.
( Tribunpekanbaru.com / Mayonal Putra / T Muhammad Fadhli )