TRIBUNPEKANBARU.COM - Sebagaimana diketahui, Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto sedang mengembangkan vaksin.
Vaksin itu diberi nama Vaksin Nusantara.
Berdasarkan berbagai sumber, vaksin Nusantara dikabarkan telah memasuki tahap uji klinis tahap II.
Selain Terawan, turut terlibat dalam pembuatan vaksin ini para peneliti Universitas Diponegoro, Sebelas Maret Solo, UGM, dan RSUP Kariadi Semarang.
Meski begitu, banyak pihak yang meragukan bahkan meminta vaksin nusantara Terawan dihentikan.
Epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono berpandangan, vaksin nusantara yang mengandung vaksin dendritik, sebelumnya banyak digunakan untuk terapi pada pasien kanker yang merupakan terapi yang bersifat individual.
• Berkali-kali Tolak Lamaran Pacar, Nenek Ini Akhirnya Luluh, Nikah Saat Ulang Tahunnya ke-91
• Populer, Apa Arti Askot, Kumpulan Bahasa Gaul Terkini Media Sosial, Arti Askot
Menurut Pandu, untuk imunoterapi kanker bukan karena setiap orang diberi jumlah sel dendritik, tetapi karena setiap orang sel dendritik-nya bisa mendapat perlakuan yang berbeda.
Pandu memberikan dua catatan.
Pertama, membandingkan perbedaan sel dendritik pada terapi kanker dengan vaksin dendritik.
Bahwa untuk terapi kanker sel dendritik tidak ditambahkan apa-apa, hanya diisolasi dari darah pasien untuk kemudian disuntikkan kembali kepada pasien tersebut.
"Sementara, pada vaksin, sel dendritik ditambahkan antigen virus," ujarnya.
• Secantik Miyabi di Aplikasi,Saat Ketemu Kok Gini?Ternyata Taktik Rampok Pikat Hidung Belang,Mau Tau?
• Kata AH BIASALAH Viral! Ternyata Berawal dari VIDEO Bocah Ini: Kita Lagi Dimana? Biasalah
Kedua, bahwa sel dendritik perlu pelayanan medis khusus karena membutuhkan peralatan canggih, ruang steril, dan inkubator CO2, dan adanya potensi resiko.
Dengan demikian, kata dia akan sangat besar risiko, antara lain sterilitas, pirogen (ikutnya mikroba yang menyebabkan infeksi), dan tidak terstandar potensi vaksin karena pembuatan individual.
"Jadi, sebenarnya sel deindritik untuk terapi bersifat individual, dikembangkan untuk terapi kanker sehingga tidak layak untuk vaksinasi massal," tegas Pandu.
Pandu Riono meminta Menteri Kesehatan, Budi G. Sadikin untuk menghentikan vaksin nusantara demi kepentingan kesehatan masyarakat Indonesia.