TRIBUNPEKANBARU.COM,PEKANBARU - Gejala Demam berdarah apa saja sih? Masyarakat harus mewaspadai gejala Demam Berdarah Dengue (DBD).
Ketahui Gejala Demam Berdarah, jangan sampai pasien DBD terlambat mendapat penanganan medis karena nyawa taruhannya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Zaini Rizaldy menyebut bahwa masyarakat harus mewaspadai Gejala Demam Berdarah.
Gejala utama DBD yakni demam. Ada juga komplikasi lainnya yakni pendarahan.
"Pendarahan ringan yakni bintik bintik di kulit atau mata merah, atau gusi. Bisa saja lebih parah lagi pendarahan di rongga dada atau perut," paparnya kepada Tribunpekanbaru.com Selasa (20/9/2022).
Zaini mengatakan, kondisi parah lainnya pasien DBD mengeluarkan feses atau kotoran berwarna hitam.
Apabila masyarakat mendapati anggota keluarganya demam karena saat ini banyak penyakit menular yang berbahaya.
Mereka harus mengambil langkah antisipasi dengan membawa pasien itu ke klinik maupun puskemas. Pasien juga bisa dibawa ke rumah sakit untuk memastikan penyebab demamnya.
"Apakah mereka demam berdarah, flu atau tertular covid-19, apalagi banyak penyakit yang manifestasinya demam," ungkapnya.
Zaini mengingatkan agar masyarakat mewaspadai demam yang disertai pendarahan. Mereka mesti mendapat penanganan medis lebih lanjut.
Kasus DBD di Kota Pekanbaru Capai 654 Kasus
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pekanbaru sudah mencapai 600 kasus lebih. Kasus itu tercatat dari Januari hingga September 2022.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, total kasus DBD mencapai 654 kasus. Kebanyakan kasus terjadi di Kecamatan Marpoyan Damai dan Kecamatan Tuah Madani.
Kasus DBD di Kecamatan Marpoyan Damai mencapai 101 kasus. Sedangkan Kecamatan Tuah Madani sebanyak 83 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Zaini Rizaldy mengatakan bahwa kasus DBD terjadi di seluruh kecamatan. Ia menyebut ada kasus DBD di setiap kecamatan dengan jumlah yang variatif.
"Yang jadi perhatian kita ya di Marpoyan Damai dan Tuah Madani," ujarnya.
Menurut Zaini, sesuai data tim di lapangan kasus paling sedikit ada di Kecamatan Kulim. Jumlah kasus DBD di sana hanya enam kasus.
Dirinya mengatakan bahwa kasus DBD mengalami peningkatan karena terjadi peralihan antara musim panas dengan musim penghujan.
Musim peralihan ini biasanya populasi nyamuk Aedes aegepti pun bertambah sehingga membuat kasus DBD mengalami peningkatan.
Kasus DBD banyak terjadi di wilayah yang lingkungannya kurang terjaga kebersihannya. Satu cara mencegahnya dengan rutin menggelar gotong royong di lingkungan.
Masyarakat bisa menyingkirkan sampah yang bisa menjadi sarang nyamuk. Ada di antaranya botol bekas, ban bekas hingga tempat makan atau minuman ternak.
Pihaknya melakukan upaya pencegahan dengan mengoptimalkan kader jumantik. Para kader jumantik sudah tersebar di 15 kecamatan.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru juga rutin menyasar lingkungan yang terdapat kasus DBD dengan program fogging atau pengasapan.
Ia menilai fogging bukan cara utama mencegah DBD.
"Sebab fogging hanya untuk membunuh nyamuk dewasa," ungkapnya.
( Tribunpekanbaru.com / Fernando Sikumbang )