Gunung Marapi Erupsi

Cemas Menanti Kabar Anak Gadisnya yang Terjebak Erupsi Marapi, Sofinah: Ibu Udah Kayak Orang Stres

Penulis: Rizky Armanda
Editor: Nurul Qomariah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sofinah, orang tua Tita Cahyani, korban selamat erupsi Gunung Marapi. Tribunpekanbaru.com/Rizky Armanda

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Sofinah, seketika terperanjat saat tahu Gunung Marapi, Sumatera Barat (Sumbar), mengalami erupsi, Minggu (3/12/2023) sore.

Ia langsung teringat dengan anak perempuannya, Tita Cahyani (25), yang sebelumnya pamit untuk pergi mendaki.

Perasaan khawatir berkecamuk di hati Sofinah. Wanita 59 tahun ini harap-harap cemas dengan nasib anaknya, yang diketahui berangkat ke puncak Marapi dengan sejumlah temannya, sejak Sabtu (2/12/2023).

Kabar terjadinya letusan Marapi, dengan cepat dan masif tersiar di mana-mana.

Baik itu lewat komunikasi antar masyarakat, media sosial, hingga media massa.

Hal ini semakin membuat Sofinah gusar memikirkan bagaimana kondisi sang buah hati.

Sofinah mencoba mencari informasi sebisanya. Alhasil, ia mendapati Tita masuk ke dalam data pendaki dan disebutkan terjebak akibat erupsi. Sofinah makin kalut.

"Tita gimana, Tita gimana. Sampai ibuk tahu gimana dia, ibuk udah kayak orang stres, tanya sana, tanya sini. Lihat data terus, ada tidak Tita, ada tidak Tita," ungkap Sofinah saat berbincang dengan Tribunpekanbaru.com di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang Panjang, Rabu (6/12/2023) sore.

Berbagai upaya dilakukan Sofinah untuk bisa tahu kondisi terkini Tita.

Ia bahkan berangkat langsung dari kampung Padang-Pariaman, menuju ke lokasi dekat Gunung Marapi, berharap mendapat jawaban pasti soal keadaan Tita.

Saat tengah di perjalanan dan sudah masuk malam hari, tiba-tiba telepon genggam miliknya berdering.

Terpampang nama dan nomor penelepon adalah Tita, anaknya.

Sofinah awalnya mengira, Tita langsung yang menghubunginya.

Tapi, dari seberang panggilan telepon, terdengar suara seorang pria.

Penelepon yang ternyata bagian dari tim penyelamat itu memberi kabar, Tita selamat.

"Kepastian ibuk tahu Tita selamat itu dari petugas, Basarnas kayaknya. Kan Tita bawa handphone. Nama ibuk kan ada di sana. Dia (petugas Basarnas) nelepon ibuk. Ditanya, ibuk orang tuanya Tita, ibuk jawab iya. Mungkin Tita yang minta tolong telepon ibuk," sebut Sofinah.

"Waktu itu ibuk sedang perjalanan menuju lokasi (ke dekat Gunung Marapi), sudah dekat. Tapi petugas Basarnas itu bilang, tunggu saja di rumah sakit. Tita mau dibawa. Makanya ibuk langsung ke rumah sakit," imbuhnya.

Sebagaimana informasi yang ia terima, Tita dibawa ke RSUD Padang Panjang.

Ia semakin bergegas, tak sabar hendak berjumpa dengan Tita.

Sofinah sampai di rumah sakit pada Senin (4/12/2023) dini hari, sekira pukul 02.30 WIB.

Setelah menempuh perjalanan berjam-jam dari kampung.

Hatinya sedikit lega, ketika menyaksikan anaknya langsung di depan mata dalam kondisi selamat.

Kendati kondisi Tita sadar, namun lemah. Tita mengalami bakar hampir di sekujur tubuh, akibat terkena abu panas erupsi.

Tita, kata Sofinah, menjalani operasi pada siang hari, dan dilanjutkan dengan perawatan intensif.

Dijelaskan Sofinah, sejak sepekan sebelumnya, Tita sudah menyampaikan rencana untuk pergi mendaki Gunung Marapi.

Tita menyebut, ia pergi bersama beberapa teman.

"Karena yang ngajak (mendaki) temannya. Ibuk tahu teman-temannya. Semua ibuk tahu, kenal. Anak-anak tetangga semua. Ibuk bolehin aja, tidak menyangka akan terjadi seperti ini," kata Sofinah.

Menurut Sofinah, ini adalah pendakian gunung pertama bagi Tita. Namun ternyata, nahas menimpa Tita.

Sofinah berujar, ia tidak tahu persis bagaimana prosedur pendakian dan berapa biayanya.

Dia hanya tahu, Tita mendaftar secara online dengan kelompoknya. Itu pun Tita yang memberi tahu.

"Dia (Tita) mau mendaki, ya boleh. Dengan siapa ibuk tanya, dengan si A, si B, si C. Udah tahu ibuk orangnya. Makanya ibuk bolehin, teman-temannya itu dekat-dekat rumah semuanya," ujar Sofinah.

Pascakejadian ini, Sofinah mengaku berat mengizinkan Tita untuk mendaki gunung lagi.

"Dia (Tita) juga janji nggak akan mendaki lagi, cukup. Karena dari 5 orang (kelompoknya), cuma dia sama satu temannya yang selamat, udah trauma dia kayaknya," ucap Sofinah.

Diungkapkan Sofinah, Tita sempat pula bercerita tentang upayanya membantu seorang teman laki-lakinya sesama pendaki yang kakinya hampir putus saat kejadian erupsi.

Tita membantu mengikat kaki temannya itu agar darah tidak terus keluar.

"Katanya jan tinggalkan abang Tita (jangan tinggalkan abang Tita). Tita berpikir, jangan tinggalkan, berarti sama bunuh diri. Tidak bisa. Sementara Tita masih punya kesempatan (menyelamatkan diri). Kalau dia (teman Tita) itu, memang tidak bisa, tidak bisa, gimana lagi, sudah diikat kakinya sama Tita," tuturnya.

Kata Sofinah (sampai wawancara berlangsung, red), belum ada bantuan yang diterima dari pihak mana pun dalam rangka pengobatan anaknya.

Saat ia tiba di rumah sakit, ia ditanya oleh petugas bagaimana untuk penanganan medis Tita. Apakah dengan skema BPJS, atau umum.

"Ya karena Tita tidak ada BPJS, ya umum ajalah kata ibuk. Tapi konfirmasi selanjutnya ibuk tidak tahu. Kita kan masuk aja dulu, belum ada kasih duit apa-apa. Pokoknya anak ibuk diobat dulu, selamatkan anak ibuk sampai sehat. Biaya ibuk belum ada perhitungan apa-apa, tapi mendaftar awal umum," urainya.

Sofinah menyebut, mulai dari awal penanganan hingga beberapa hari berlalu, kondisi Tita berangsur membaik.

Ia menerangkan, sehari-hari Tita bekerja di tempat percetakan.

Tita bekerja di tempat usaha seorang rekan pendakinya, yang tak selamat dan meninggal dunia.

Seperti diketahui Gunung Marapi yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, meletus pada Minggu (3/12/2023) sekitar pukul 14.54 WIB kemarin.

Meletusnya gunung api berketinggian 2.891 mdpl ini ditandai dengan adanya muntahan kolom abu berisi material vulkanik hingga 3.000 meter dari puncak kawah yang disertai suara gemuruh.

Total ada 75 orang pendaki yang terjebak saat kejadian erupsi. 29 orang diantaranya berasal dari Riau.

Dari 75 orang pendaki, 52 berhasil selamat. Sebagian ada yang masih dirawat karena mengalami luka-luka.

Sementara korban meninggal dunia total 23 orang.

Keseluruhan korban meninggal dievakuasi ke Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi, untuk diidentifikasi.

Sesudah itu, diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan.

( Tribunpekanbaru.com / Rizky Armanda )

Berita Terkini