Ada 3 alasan utama yang membuat kenapa tugas pecalang sangat berat.
Alasan pertama adalah karena lingkup kerja yang bisa sangat luas.
Keberadaan pecalang berkaitan erat dengan status desa adat atau pakraman yang ada di Bali.
Mereka perlu menerapkan aturan yang telah ditentukan berdasarkan adat pada wilayah desa adat atau pakraman.
Tugas tersebut menjadi berat karena terkadang aturan adat tidak memiliki standar yang jelas.
Anda bisa saja menemukan bahwa aturan adat di satu desa pakraman dengan desa adat yang lain beda dan bahkan sangat kontras.
Tidak hanya itu, terkadang wilayah desa pakraman jauh lebih luas dibandingkan dengan wilayah desa dinas.
Alasan kedua adalah tidak adanya sanksi yang jelas terhadap para pelanggar aturan adat.
Di Bali, Anda tidak akan menemukan aturan tertulis mengenai sanksi yang bakal diberikan kepada setiap orang yang melanggar, baik yang merupakan warga Bali ataupun wisatawan.
Karena tidak ada sanksi yang jelas, tidak heran kalau jumlah pelanggar aturan adat cukup tinggi.
Alasan yang terakhir adalah karena pecalang bekerja tanpa digaji.
Dalam tradisi masyarakat Bali, menjadi pecalang adalah bagian dari kebiasaan yang disebut ngayah.
Padahal, di sisi lain, para pecalang tersebut memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya. Sungguh berat, bukan?
Belum lagi, pecalang terkadang juga bisa memperoleh pekerjaan tambahan.
Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kerjasama antara pecalang dengan pihak kepolisian.
Sebagai tambahan, tugas tersebut kian berat karena pecalang perlu siap sedia kapan saja selama memperoleh panggilan tugas.