"Sampai ada yayasan yang menawarkan ke kami mengambil alih tanggungjawab itu, mereka bersedia mengantar makanan secara rutin ke opa oma," katanya.
Bahkan sampai biaya pemakaman pun bukan anak-anak Opa Hans dan Oma Rita yang menanggung.
"Ditanggung jemaat gereja Cipeucang," jelas Jonathan Tobing.
Meski kondisinya ringkih, namun Opa Hans tetap setia merawat Oma Rita.
"Dari pengakuan beliau, oma tidak stroke melainkan parkinson, setengah ke bawah itu sudah tidak bisa bergerak jadi harus bantuan tangan. Jadi opa yang sehari-hari merawat oma. Sedangkan kondisi opa tidak fit juga, waktu itu beliau pernah cerita lututnya ada gangguan jadi saat ditekuk terasa sangat sakit, jadi opa pun berjalan itu speednya sangat lambat sekali," katanya.
Bertahun-tahun tak menjenguk, anak-anak itu baru datang usai kakek nenek meninggal di Jonggol.
Mereka tak datang bersama.
"Anak bungsu yang ketiga hadir di pemakaman namun tidak mengikuti acara pemakamnan dari awal. hadir di tengah acara," jelas Jonathan.
Sedangkan anak tertua dan kedua datang ke lingkungan rumah Opa Hans dan Oma Rita.
"Anak tertua dan kedua itu datang ke lingkungan kami hari sabtu malam, sekitar pukul 09.00," katanya.
Mereka beralasan baru datang usai opa oma meninggal di Jonggol karena baru mendapat kabar.
( Tribunpekanbaru.com )