TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Provinsi Riau siap bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Riau untuk melakukan sosialisasi terkait bahaya perilaku menyimpang, Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Riau.
Kolaborasi ini dibutuhkan agar pencegahan LGBT di lingkungan bisa lebih maksimal lagi dilakukan.
Kepala Dinas P3AP2KB Riau, Hj. Fariza, SH., MH mengatakan selama ini pihaknya sudah melaksanakan sosialisasi di sekolah-sekolah.
Namun karena keterbatasan pihaknya tidak bisa mendatangi semua sekolah.
"Kita mengajak dinas pendidikan untuk sama-sama melakukan ini, jadi semua sekolah bisa diberikan sosialisasi tentang perilaku menyimpang (LGBT) ini, kami siap menjadi narasumbernya," ujarnya.
Pihaknya menyarankan, sosialisasi terkait bahaya dan antisipasi LGBT bisa dilakukan saat masa pengenalan sekolah.
Seluruh sekolah diharapkan bisa memberikan materi soal bahaya LGBT kepada siswanya saat masa orientasi sekolah dimulai.
"Karena untuk pencegahan perilaku menyimpang ini kita tidak bisa sendirian, semua pihak harus berkolaborasi, termasuk dari dinas pendidikan, organisasi, kemenag, ulama hingga orang tua punya peranan masing-masing," katanya.
Baca juga: LPAI Riau Ajak Masyarakat Lindungi Anak dari Pengaruh LGBT
Baca juga: Kasus LGBT Mencuat Sasar Anak Dibawah Umur, Anggota DPRD Pekanbaru Ingatkan Para Orangtua
Fariza mengatakan, pihaknya sejauh ini sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran LGBT di Riau.
Diantaranya adalah dengan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, khususnya jenjang SMA sederajat yang menjadi kewenangan Provinsi Riau.
"Kita selalu turun ke sekolah-sekolah melakukan sosialisasi bahaya perilaku menyimpang itu, termasuk ke perguruan tinggi juga," katanya.
Sosialisasi ke sekolah-sekolah ini diharapkan dapat mencegah terjadi penyebaran LGBT di kalangan siswa, pelajar dan mahasiswa.
Sebab LGBT ini sulit dideteksi karena pelakunya bergerak dalam diam. Sehingga sosialisasi penting dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada para siswa agar menghindari LGBT tersebut.
"Tapi tidak bisa semuanya kita serahkan ke sekolah, karena mereka kan di sekolah itu hanya beberapa jam saja, makanya peranan orang tua untuk mengawasi anak-anaknya juga tidak kalah penting," ujarnya.
Pihaknya melalui organisasi kewanitaan juga sudah memberikan pembekalan terkait bahaya LGBT ini.
Lewat organisasi ini diharapkan mereka bisa menyampaikan nya ke orang tua di wilayah masing-masing untuk mengawasi anak-anaknya agar menjauhi LGBT.
"Peranan orang tua sangat dibutuhkan, kita melalui organisasi perempuan sudah melakukan sosialisasi, kita sampaikan itu juga (bahaya LGBT), dengan harapan mereka menyampaikan kepada para orangtua di lingkungannya," katanya.
Selain peranan pihak sekolah dan orang tua, pihaknya juga sudah mengendeng Kemenag Riau. Kali ini upaya pencegahan dilakukan melalui pendekatan agama.
Dimana para ustad atau penceramah diminta untuk menyelipkan pesan-pesan terkait bahaya LGBT. Sehingga masyarakat paham bagaimana mengantisipasi terjadi perilaku sex menyimpang tersebut.
"Kami minta juga kepada para pencerama supaya pas khutbah jumat itu bisa menyampaikan pesan-pesan itu juga," katanya.
(Tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgiono)