TRIBUNPEKANBARU.COM - Seorang wanita Wa Siti (55), warga Dusun La Bale, Desa Winning, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, tewas dililit ular piton sepanjang 7 meter, Rabu (9/4/2025) malam.
Kejadian tragis itu bermula saat korban siang hari berjalan menuju kebunnya yang tak jauh dari rumah.
Keluarga terus menantikan kehadirannya di rumah.
Tapi hingga malam ibu rumah tangga itu tak kunjung pulang.
Keluarga pun mulai khawatir.
Sang anak lalu menyusul ke kebun.
“Saat itu adikku dari hutan pikir ibu ini sudah pulang ke rumah ternyata belum, sehingga dia susul ke kebun,” ujar Saimin (34), anak korban, dikutip Kompas.com, saat ditemui di rumahnya, Jumat (11/4/2025).
Sang anak tak menemukan ibunya.
Kemudian mereka mengajak tetangga dan keluarga lainnya untuk melakukan pencarian malam hari.
”Kami naik kembali disitu kami temukan. Saat ditemukan, posisi ibu itu sudah dililit (ular) tapi belum sempat dilahap oleh ular,” ucap Saimin.
Pemandangan mengerikan itu disaksikan langsung oleh keluarga korban.
Kepala korban berada di dalam mulut hewan buas tersebut.
Ular piton yang melilit tubuh Wa Siti disebut memiliki panjang sekitar 7 meter, dengan ukuran tubuh sebesar paha orang dewasa.
“Saat ditemukan, ular itu sudah melilit (korban), hanya adikku senter mata ular sehingga lilitannya kendor dan sedikit terbuka, sehingga adikku di tebas kepalanya (ular),” kata Saimin.
Bukan Kejadian Pertama, Kenapa ular di Sulawesi Memangsa Manusia?
Peristiwa serupa juga beberapa kali pernah terjadi di Sulawesi.
Sebelum ini, pada Kamis (15/8/2024), seorang lansia bernama Maga (74) di Kota Palopo, Sulawesi Selatan, tewas usai dililit piton sepanjang 4,5 meter di kebunnya.
Beberapa kejadian lainnya juga sempat menggemparkan masyarakat.
Menurut pakar herpetologi dari LIPI, Amir Hamidy, ular piton yang menyerang manusia di Sulawesi merupakan jenis sanca batik (Python reticulatus).
“Ular yang memangsa seorang perempuan di Sulawesi beberapa waktu lalu merupakan jenis sanca batik,” ujar Amir.
Sanca batik dikenal sebagai ular terpanjang di dunia.
Di alam liar, panjangnya bisa mencapai 7 meter, sementara di penangkaran bahkan bisa mencapai 10 meter.
“Ular piton di daerah Sulawesi memang bisa sangat besar dan panjang karena menjadi predator tertinggi di dalam rantai makanan,” jelas Amir.
Piton di Sulawesi tumbuh lebih besar dibandingkan dengan di Sumatera atau Jawa karena tidak ada predator alami seperti harimau.
Mangsa utama mereka adalah mamalia besar seperti babi hutan.
Amir menyebut bahwa konflik antara piton dan manusia semakin sering terjadi akibat semakin sempitnya habitat liar dan aktivitas manusia yang mendekat ke hutan.
“Lokasi kebun milik perempuan tersebut dekat dengan hutan dan saat itu sudah malam sehingga korban tidak mengetahui keberadaan ular,” ujar Amir.
Ia menyarankan masyarakat membawa anjing saat beraktivitas di kebun sebagai bentuk pencegahan terhadap serangan hewan liar.
“Ular piton berukuran besar biasanya memangsa babi hutan dan mamalia-mamalia besar lainnya. Piton juga mengendalikan populasi babi hutan agar tidak meresahkan masyarakat,” ujar Amir.
Perburuan liar terhadap babi hutan bisa mengganggu keseimbangan ekosistem dan mendorong piton untuk mencari mangsa alternatif, termasuk manusia.
Adaptasi Piton di Alam dan Perkotaan
“Selain berukuran panjang dan besar, kemampuan adaptasi ular ini sangat baik. Ular ini bisa bertahan hidup di tengah perkotaan dan memangsa hewan-hewan kecil seperti tikus atau ayam,” katanya.
Ular piton mencerna mangsa selama 1–2 minggu, tergantung ukuran mangsanya, dengan bantuan asam lambung berkadar tinggi.
(*)