TRIBUNPEKANBARU.COM, RENGAT - Teriakan pilu terdengar disertai deraian air mata Gimson Beni Butar-butar (38) mengiring kepergian anaknya, C (8) yang menjadi korban perundungan kakak kelasnya di salah satu Sekolah Dasar di Desa Buluh Rampai, Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu). Dalam teriakannya, Gimson meminta keadilan atas anaknya yang masih duduk di bangku kelas 2 SD tersebut.
"Ini tidak adil, ini tidak adil," ucap Gimson terus menerus. Badannya yang kekar seperti tidak mampu menahan beratnya beban kehidupan atas kepergian anaknya. Sehingga Gimson harus dipegangi agar tetap tegak saat peti jenazah mulai dimasukan ke dalam mobil jenazah agar.
Mendengar teriakan pilu Gimson, para pelayat tak kuasa menahan air mata. Mereka turut merasakan kehilangan sosok anak yang dikenal baik, serta memiliki sifat pendiam itu. Saat proses pemakaman, ratusan orang ikut mengantarkan jenazah.
Duka Gimson semakin menjadi-jadi, ketika melihat peti mulai terkubur. Gimson seperti tidak rela meninggalkan makam anaknya, ketika semua pelayat mulai meninggalkan pemakaman, Gimson justru tinggal sendirian sambil menepuk-nepuk tanah gundukan makam anaknya. Sungguh ia tidak menyangka, anak pertamanya itu harus pergi secepat itu.
Gimson mengatakan kejadian perundungan yang dialami anaknya tidak pernah diketahui sebelumnya. Hingga anaknya mengalami sakit, sehingga Gimson bertanya kepada anaknya. Korban kemudian mengakui bahwa dirinya mendapat perundungan dari siswa kelas lima yang merupakan kakak kelas korban.
Setelah mendengar kejadian perundungan yang dialami anaknya, Gimson melapor ke pihak sekolah melalui wali kelas korban. Kemudian Kepala Sekolah, Sutarno memanggil para pelaku. Namun sayang, kondisi korban semakin memburuk hingga akhirnya meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Indrasari Rengat.
Menurut pengakuan Sutarno sebanyak 3 orang pelaku yang dipanggil. Mereka mengakui telah melakukan tindakan kekerasan kepada korban. Tidak hanya sekali, namun berdasarkan pengakuan para pelaku perundungan itu dilakukan berbeda-beda hari. "Mereka bilang bukan satu hari sekaligus, tapi beda-beda harinya. Ada yang mengaku hanya memukul tangan ada yang mengaku memukul punggungnya, tidak ada bagian perutnya," ungkap Sutarno.
Meski begitu orangtua korban mengaku di tubuh korban ditemukan sejumlah luka lebam. Selain itu, korban sempat mengalami demam dan muntah darah. Oleh karena itu, untuk mengetahui penyebab kematian korban tim forensik Polda Riau melakukan autopsi terhadap jenazah korban.
Kapolres Inhu, AKBP Fahrian Saleh Siregar melalui Kasi Humas Polres Inhu, Aiptu Misran mengatakan bahwa saat ini proses penyelidikan masih berlangsung. "Perkara ini sudah dalam penyelidikan kami, untuk update dan hasil akan kami sampaikan nanti," ujar Misran.
Korban Dikenal Cerdas
Semasa hidupnya C dikenal sebagai sosok yang cerdas bahkan semenjak TK. Hal ini diungkapkan keluarga korban, B Simanjuntak. "Kalau anak ini adalah anak yang cerdas, semenjak TK dia sudah belajar membaca dan menulis. Di SDpun nilainya bagus, kalau dirata-ratakan nilainya yang paling tinggi," ujar Simanjuntak, Selasa (27/5/2025).
Selain itu, sosok C dikenal sosok yang rajin sekolah minggu. Ia juga aktif mengikuti perlombaan yang digelar oleh pengurus gerej.
"Anak ini rajin sekolah minggu, sering ikut cerdas cermat Alkitab dan sering juara," kata Pendeta Piet, yang merupakan bapak gembala di GPDI Solagracia tempat keluarga C beribadah.
Kepergian C, meninggalkan duka yang mendalam baik bagi keluarga dan kerabat serta pihak sekolah. Oleh karena itu teman-teman sekelas korban juga hadir saat melayat ke rumah duka.
Tidak hanya itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Inhu juga hadir bersama dengan penguru Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Anto, Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Pendas) Disdikbud Inhu mengucapkan belasungkawa mewakili Kepala Disdikbud Inhu.
Terkait persoalan ini Anto mengatakan pihaknya akan memanggil kepala sekolah secara kedinasan. "Kepala sekolah akan kita undang secara resmi untuk diminta keterangan," tegas Anto. (Tribunpekanbaru.com/Bynton Simanungkalit)