Setelah membunuh Siska, pelaku kemudian menjemput korban kedua, Adek Gustiana, dan melakukan hal serupa.
"Usai melakukan itu kepada Siska, pelaku menjemput Adek dan menghabisi nyawanya juga," tambahnya.
Menurut Alfi, setelah membunuh kedua korban, pelaku menyembunyikan jasad mereka di dalam sumur di rumahnya.
"Pelaku memasukkan kedua korban ke dalam sumur, lalu menimbunnya dengan pakaian," katanya.
Tak berhenti di situ, sumur tersebut kemudian dicor menggunakan semen untuk menghilangkan jejak.
"Setelah korban dimasukkan dan ditimbun dengan pakaian, pelaku mencor sumur itu dengan tiga sak semen," ungkapnya.
Atas tindakan keji tersebut, LBH Padang meminta agar pelaku dijatuhi hukuman seberat-beratnya.
"Kami dari LBH Padang terus mendorong agar kasus ini diungkap secara tuntas dan pelaku dihukum seberat-beratnya," tegas Alfi Syukri
Dipotong Pakai Mesin
Misteri di balik tewasnya Septia Adinda, mahasiswi asal Padang Pariaman, Sumatera Barat yang menjadi korban pembunuhuhan mutilasi, semakin dalam.
Keluarga korban, yang diwakili oleh ayah Dinda, Dasrizal, ibu Weni, dan paman Donal, mengungkapkan dugaan mengejutkan terkait cara pelaku menghabisi nyawa Dinda.
Mereka yakin, mutilasi tidak dilakukan secara sadis di kebun menggunakan parang, melainkan dengan alat yang lebih canggih, kemungkinan besar sebuah mesin.
"Melihat model potongannya, tidak masuk logika (menggunakan parang). Bisa jadi menggunakan mesin," ungkap Donal, adik Dasrizal, dengan nada yakin.
Pernyataan ini muncul setelah keluarga melihat langsung kondisi potongan tubuh Dinda yang ditemukan.
Kecurigaan ini menambah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh pihak kepolisian dalam kasus yang menggemparkan Pariaman ini.