TRIBUNPEKANBARU.COM - Inilah detik-detik Siska dan Dedek sengaja dijemput oleh Wanda alias SJ pelaku pembunuhan dan mutilasi di Pariaman, Sumatera Barat.
Dua cewek ini akhirnya meregang nyawa ditangan SJ. Kejadinnya yang setahun lalu itu terungkap setelah warga heboh dengan temuan potongan tubuh manusia.
Potongan tubuh itu adalah milik perempuan yang bernama Septia Adinda. Dari temuan jasad korban itulah kemudian terungkap aksi keji SJ yang ternyata ajuga ia lakukan setahun yang lalu.
Baca juga: AKHIRNYA Dinda Buka Suara soal Uang Rp 1,2 M yang Masuk ke Rekeningnya, Syok setelah Tahu Faktanya
Ya, begitu mengerikan ketika mengetahui detik-detik Dedek dan Siska dijemput oleh pelaku SJ. Keduanya juga mengalami kekerasan dan kemudian dihabisi.
Tak hanya kekerasan secara fisik, ternyata pelaku diduga juga telah mencabuli kedua perempuan itu sebelum dibunuh.
Hal itu diungkap oleh pihak Lembaga Bantuan Hukum ( LBH ) Padang. Sebagaimana mereka menemukan bagaimana fakta evakuasi kedua jasad korban dari dalam sumur di dalam rumah pelaku SJ.
Ya, Kksus penemuan jasad Siska Oktavia dan Adek Gustiana di dalam sumur di Padang Pariaman mengungkap sejumlah fakta-fakta keji.
Kuasa hukum keluarga korban, Alfi Syukri dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, mengungkapkan bahwa Siska Oktavia tidak hanya dibunuh, tetapi juga diperkosa.
Selain itu, sebelum jasadnya dimasukkan ke dalam sumur, ditutup kain, dan dicor dengan tiga sak semen.
Dugaan itu muncul setelah Alfi melihat kondisi kerangka kedua korban yang ditemukan dalam keadaan terpisah-pisah.
"Secara pasti kami belum bisa memastikan, namun dari yang kami lihat setelah sumur itu dibongkar, kerangka jasad kedua korban dalam kondisi terpisah-pisah. Kuat dugaan, korban juga dimutilasi," kata Alfi Syukri kepada TribunPadang.com, Sabtu (21/6/2025).
Sebelum dibunuh dan diduga dimutilasi, Siska Oktavia juga disebut sempat diperkosa oleh pelaku.
"Iya, kami mendapatkan informasi bahwa Siska sempat diperkosa pelaku. Informasi itu kami terima setelah pelaku ditangkap pada Kamis kemarin," ujarnya.
Informasi tersebut, lanjut Alfi, diperkuat dari keterangan pelaku saat melakukan reka adegan bersama pihak kepolisian.
"Pelaku sempat diminta melakukan reka adegan, dan di situ dia menyampaikan bahwa ia memperkosa korban terlebih dahulu sebelum membunuhnya," jelas Alfi.
Baca juga: TERUNGKAP, Perangai Pria di Bekasi yang Viral Aniaya Ibu Kandung, Ibu Sering Curhat soal Ancaman
Setelah membunuh Siska, pelaku kemudian menjemput korban kedua, Adek Gustiana, dan melakukan hal serupa.
"Usai melakukan itu kepada Siska, pelaku menjemput Adek dan menghabisi nyawanya juga," tambahnya.
Menurut Alfi, setelah membunuh kedua korban, pelaku menyembunyikan jasad mereka di dalam sumur di rumahnya.
"Pelaku memasukkan kedua korban ke dalam sumur, lalu menimbunnya dengan pakaian," katanya.
Tak berhenti di situ, sumur tersebut kemudian dicor menggunakan semen untuk menghilangkan jejak.
"Setelah korban dimasukkan dan ditimbun dengan pakaian, pelaku mencor sumur itu dengan tiga sak semen," ungkapnya.
Atas tindakan keji tersebut, LBH Padang meminta agar pelaku dijatuhi hukuman seberat-beratnya.
"Kami dari LBH Padang terus mendorong agar kasus ini diungkap secara tuntas dan pelaku dihukum seberat-beratnya," tegas Alfi Syukri
Dipotong Pakai Mesin
Misteri di balik tewasnya Septia Adinda, mahasiswi asal Padang Pariaman, Sumatera Barat yang menjadi korban pembunuhuhan mutilasi, semakin dalam.
Keluarga korban, yang diwakili oleh ayah Dinda, Dasrizal, ibu Weni, dan paman Donal, mengungkapkan dugaan mengejutkan terkait cara pelaku menghabisi nyawa Dinda.
Mereka yakin, mutilasi tidak dilakukan secara sadis di kebun menggunakan parang, melainkan dengan alat yang lebih canggih, kemungkinan besar sebuah mesin.
"Melihat model potongannya, tidak masuk logika (menggunakan parang). Bisa jadi menggunakan mesin," ungkap Donal, adik Dasrizal, dengan nada yakin.
Pernyataan ini muncul setelah keluarga melihat langsung kondisi potongan tubuh Dinda yang ditemukan.
Kecurigaan ini menambah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh pihak kepolisian dalam kasus yang menggemparkan Pariaman ini.
Selain itu pihak keluarga juga meyakini pemotongan dilakukan oleh Satria Juawanda alias Koyek di pabrik tempatnya bekerja.
Hal itu mengacu pada asumsi alat yang digunakan oleh pelaku, alat serupa itu menurut pihak keluarga bisa ditemui di tempat kerjanya.
Dasrizal, ayah Dinda yang sehari-hari menjadi sopir truk, menuturkan bahwa putrinya adalah sosok yang mandiri dan bersemangat.
Dinda, yang masih terdaftar sebagai mahasiswi di STIE AKBP Khatib Sulaiman, bahkan rela cuti kuliah karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit.
"Dia itu semi mandiri, kalau bisa meringankan orang tua daripada menyusahkan," ujar Dasrizal.
Dasrizal, saat ditemui di rumah duka menerangkan bahwa masalah utang piutang antara kedua pihak itu tidak mungkin.
Hal itu ia sampaikan, meski kondisi ekonomi pihak keluarga sedang tidak stabil dalam beberapa waktu belakang.
Kondisi ekonomi itu pula yang membuat Septia Adinda mengambil cuti kuliah di STIE AKBP Kota Padang, beberapa waktu lalu.
“Tapi kalau anak saya berutang pada pelaku, saya tidak yakin. Saya pastikan itu tidak benar,” ujarnya.
Hal ini mengacu pada kebutuhan Dinda (sapaan akrabnya), yang masih bisa dicukupi oleh pihak keluarga sampai saat ini.
Selain itu, Dinda selama berhenti kuliah diketahui juga bekerja di jasa pengiriman barang untuk memenuhi kebutuhannya, supaya tidak merepotkan keluarga.
Baca juga: REKENING Dinda Meledak, Uang Rp 1,2 Miliar Terkirim, Tapi Malah Dicairkan Dua Kali untuk Sosok Ini
Dasrizal menyebut, ada hal lain yang menjadi penyebab pelaku berinisial SJ ini melakukan pembunuhan.
“Tentu kami harap pihak kepolisian bisa membuka motifnya, yang pasti saya yakin ini bukan masalah utang piutang seperti yang telah beredar,” ujarnya.
Bahkan, Dasrizal mengaku bisa membayarkan uang sebanyak itu, jika memang anaknya berutang pada pelaku.
“Kalau memang ada utang, saya akan carikan pembayarannya, meski harus buka tutup lubang. Tapi itu tidak mungkin,” tuturnya.(*)