TRIBUNPEKANBARU.COM - Seorang pemuda berinisial IMH telah resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap nenek kandungnya sendiri.
Peristiwa tragis tersebut terjadi di Desa Gempolrejo, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pada Jumat, 25 Juli 2025.
Kapolres Blora, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Wawan Andi Susanto, menjelaskan bahwa motif tersangka melakukan tindakan keji itu berkaitan dengan rasa sakit hati terhadap ibunya.
“Tersangka IMH awalnya mencari ibunya karena emosi, namun tidak menemukannya. Ia kemudian melampiaskan kepada korban yang kebetulan berada di dekatnya,” ujar Wawan dalam keterangan tertulisnya pada Jumat, 15 Agustus 2025.
Baca juga: Cucu Habisi Nenek di Blora, Diduga Depresi Soal Keinginan Kuliah
Berdasarkan hasil penyelidikan, korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di dalam rumahnya.
Menurut keterangan saksi, tubuh korban tergeletak di atas tempat tidur.
Terdapat luka akibat senjata tajam di bagian wajah dan leher, serta mengeluarkan darah.
Hasil visum menunjukkan adanya luka sobek di pipi kanan, hidung, dan luka di leher kanan korban.
"Atas perbuatannya, tersangka dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan atau Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara," terang dia.
Pelaku Diduga Depresi
Sebelumnya diberitakan, peristiwa tragis dialami Patmirah (82) yang ditemukan meninggal dengan luka di leher dan wajah di rumahnya di Dukuh Kalisangku, Desa Gempolrejo, Kecamatan Tunjungan, Blora, pada Jumat (25/7/2025).
Pelaku penikaman diduga adalah cucunya, IMH (19).
IMH kini telah diamankan polisi.
Rumah Patmirah berada di depan rumah IMH.
Pelaku tinggal bersama ibunya.
IMH diduga mengalami depresi sehingga tega membacok sang nenek.
Bukan hanya neneknya, IMH sebelumnya juga membacok seekor sapi milik tetangganya.
Sosok Pelaku, Tulang Punggung Keluarga, Depresi Soal Kuliah
Sosok IMH selama ini dikenal sebagai pemuda yang rajin dan sopan.
Ia menjadi tulang punggung keluarga dengan kerja di Kalimantan.
Hal itu dilakukannya setelah dirinya lulus Sekolah Teknik Menengah (STM).
Setiap bulan IMH rutin mengirimkan uang bulanan untuk biaya hidup dan biaya sekolah adik.
Pria 19 tahun itu juga mengumpulkan tabungan agar dapat kuliah.
Namun ketika pulang ke rumah, keinginan untuk kuliah ditolak ibu.
IMH menjadi sering murung dan tak nyambung ketika diajak berkomunikasi.
Kasi Humas Polres Blora, AKP Gembong Widodo, mengatakan kasus pembunuhan Patmirah masih diselidiki karena tak ada saksi.
"Kasus ini masih ditangani Satreskrim Polres Blora untuk mencari motif maupun terduga pelaku," bebernya, Sabtu (26/7/2025), dikutip dari TribunJateng.com.
Kapolsek Tunjungan, AKP Subiyono, menerangkan korban mengalami dua luka sayat di leher serta wajah.
"Setelah menerima laporan atas kejadian itu, kami tim gabungan dari Polsek Tunjungan, Satreskrim Polres Blora, Inafis Polres Blora, dan Satintelkam Polres Blora segera mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP dan pemeriksaan saksi-saksi," tuturnya.
Guru ngaji IMH, Muhyiddin (54), menerangkan IMH mendatangi rumahnya ketika keinginan untuk kuliah ditolak ibu.
"Sebenarnya anak ini (IMH) adalah santri saya sejak kelas TK sampai lulus STM. Saya tahu persis orangnya sangat baik, rajin, sopan."
"Penyebabnya dia mengalami depresi, gangguan jiwa. Dia lulus STM itu bekerja di Kalimantan," katanya.
Selama berada di rumah, IMH sulit diajak berkomunikasi dan menunjukkan gejala gangguan jiwa.
"Saya mencoba untuk menyembuhkannya sehari, dua hari, sampai tiga kali. Ternyata saya lihat nggak ada gangguan dari bangsa gaib. Saya yakin ini depresi, gangguan jiwa," tuturnya.
Kasus pembunuhan terungkap setelah warga menemukan sapi milik warga bernama Winarsih dibacok IMH.
IMH berkeliling rumah mencari keberadaan ibunya sambil membawa celurit.
Di hari yang sama, nenek Patmirah ditemukan tewas dengan luka sayatan.
"Tapi bukan berarti bendo atau sabitnya itu mau digunakan untuk membunuh ibunya. Saya yakin tidak. Tapi karena dia stres kan kayak gitu,"
"Sebenarnya dia ketika bawa bendo, bawa arit itu ke rumah saya, tapi karena saya waktu itu nggak ada, dan saya sedang di sawah, akhirnya dia cari ibunya ke mana-mana. Seandainya dia (IMH) di sini, Insya Allah nggak akan kejadian apapun," katanya.
Ia meminta keluarga untuk membawa IMH ke rumah sakit jiwa.
"Akhirnya keluarga sepakat dengan perangkat desa, Babinsa, Kepala Desa, dia dibawa ke rumah sakit jiwa di Rembang," pungkasnya.
(*)
Sumber: Kompas.com, Tribunnews.com