Upaya Konservasi di Mak Teduh Berhasil, Koloni Lebah hingga Pohon Langka Bertambah

Editor: Ariestia
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KONSERVASI - Seorang pekerja PT EMP Tunas Energi sedang mengukur diameter pohon untuk melihat pertumbuhan tanaman di sana. Konservasi yang dilakukan di kawasan konservasi Desa Mak Teduh, Kecamatan Kerumutan, Kabupten Pelalalwan.

TRIBUNPEKANBARU.COM - PT EMP Energi Riau terus menunjukkan komitmennya menjaga kelestarian lingkungan melalui program konservasi keanekaragaman hayati di kawasan Mak Teduh, yang mencakup lahan seluas 135,20 hektare.

Upaya ini menjadi bagian dari tanggung jawab perusahaan untuk memastikan sumber daya alam tetap lestari, sekaligus memperkuat hubungan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan.

Area Manager PT EMP Energi Riau, Jony Ridas, saat ditemui wartawan, Jumat (15/8/2025) menegaskan bahwa pelestarian lingkungan merupakan prioritas utama.

“Kami menyadari aktivitas operasional memiliki potensi dampak terhadap lingkungan. Karena itu, kami berupaya meminimalkan dampak tersebut dengan melaksanakan program konservasi secara konsisten dan melibatkan masyarakat,” ujarnya.

Data terbaru hingga Juni 2025 mencatat total 18.631 individu flora dari berbagai spesies, meningkat dibandingkan 17.150 individu pada 2021. Peningkatan ini mencakup berbagai jenis pohon langka dan bernilai ekologis tinggi seperti gaharu (Aquilaria beccariana), trembesi (Samanea saman), jabon (Anthocephalus cadamba), dan meranti (Shorea sp).

Beberapa spesies mengalami pertumbuhan signifikan, misalnya gaharu yang bertambah dari 405 pohon pada 2021 menjadi 432 pohon pada 2025, serta trembesi dari 2.350 menjadi 2.411 pohon.

Selain flora, jumlah fauna juga meningkat tajam. Jika pada 2021–2023 hanya tercatat 20 individu dari beberapa spesies seperti bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), elang ular bido (Spilornis cheela) , rangkong papan (Buceros bicornis), kukang Sumatra (Nycticebus coucang), dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), maka pada 2024 jumlahnya melonjak menjadi 264 individu.

Peningkatan paling drastis terjadi pada 2025, mencapai 1.769 individu, yang sebagian besar disumbang oleh penambahan koloni lebah madu timur (Apis cerana) sebanyak 1.500 ekor.

Tren positif ini selaras dengan grafik indeks keanekaragaman hayati yang menunjukkan peningkatan dari 2,85 pada 2023 menjadi 3,12 pada 2024.

Angka ini mencerminkan bertambahnya jumlah dan variasi spesies yang hidup di kawasan Mak Teduh, sekaligus menjadi indikator keberhasilan strategi konservasi yang dirancang secara terencana dan berkelanjutan.

Tak hanya berdampak pada ekosistem, program ini juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Madu trigona dan madu Apis cerana yang dihasilkan menjadi produk bernilai jual tinggi, sementara keberadaan tanaman obat tradisional membantu menyediakan bahan alami untuk kesehatan.

“Bagi kami, pelestarian lingkungan bukan sekadar kewajiban, tapi warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang,” tutup Jony Ridas.

(rls).

Berita Terkini