TRIBUNPEKANBARU.COM - Empat event di Riau masuk dalam agenda resmi Karisma Event Nusantara (KEN) 2025 program unggulan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Tahun 2025 ini ada 110 event dari berbagai penjuru daerah masuk dalam agenda KEN 2024.
KEN bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah-daerah di Indonesia.
Selain melestarikan budaya lokal melalui penyelenggaraan event berkualitas, KEN juga berusaha menggerakkan ekonomi kreatif, membuka lapangan kerja dan mendorong kolaborasi daerah dengan pelaku pariwisata.
Saat ini tengah berlangsung Festival Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) yang masuk dalam satu event KEN 2025 dari Riau.
Festival Pacu Jalur 2025 di Kuansing hari ini Rabu (20/8/2025) dubuka oleh Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana.
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga hadir di Kuansing menyaksikan pacu jalur.
Berikut ini Daftar KEN 2025 di Riau
1. Festival Pacu Jalur di Kuantan Singingi
Balap perahu panjang khas Riau yang jadi ikon budaya dan menarik jutaan pengunjung.
Tahun ini, jumlah penonton Festival Pacu Jalur 2025 diprediksi akan membludak, setelah popularitas bocah penari pacu jalur, Rayyan Arkan Dikha, yang berhasil memukau warganet Indonesia hingga mancanegara lewat video di media sosial.
Pacu Jalur adalah pesta rakyat yang menjadi ikon Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
Bagi masyarakat setempat, tradisi ini bukan sekadar perlombaan perahu, melainkan warisan budaya yang sarat makna, dengan jejak sejarah panjang sejak abad ke-17.
Sebelum jalan darat berkembang, Sungai Kuantan adalah urat nadi kehidupan masyarakat.
Pada masa itu, jalur, yakni perahu besar dari batang kayu utuh tanpa sambungan, menjadi moda transportasi utama.
Jalur digunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti pisang, tebu, serta kebutuhan sehari-hari.
Ukurannya mampu menampung hingga 40–60 orang, menjadikannya kendaraan vital bagi warga di sepanjang aliran sungai, dari Hulu Kuantan hingga Cerenti.
Lambat laun, jalur tak hanya difungsikan sebagai alat angkut, tetapi juga diberi sentuhan estetika.
Perahu dihias dengan ukiran berbentuk kepala ular, buaya, atau harimau, serta dilengkapi ornamen seperti payung, tali-temali, dan selendang.
Bagi kalangan bangsawan dan pemimpin adat, jalur berhias bahkan menjadi simbol status sosial dan kebanggaan.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat menemukan sisi lain dari jalur, yakni kecepatan.
Daya tahan para pendayung dan kelincahan perahu di sungai memunculkan ide untuk mengadu jalur dalam perlombaan. Inilah cikal bakal tradisi Pacu Jalur.
Awalnya, perlombaan ini digelar dalam rangka perayaan hari besar Islam dan berlangsung antarkampung.
Namun setelah kemerdekaan Indonesia, Pacu Jalur dijadikan agenda tahunan setiap Agustus untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.
Tradisi ini bahkan sempat disesuaikan dengan kepentingan Belanda. Pada era kolonial, Pacu Jalur digelar untuk memperingati hari lahir Ratu Wilhelmina, 31 Agustus.
Meski begitu, esensi acara sebagai hiburan rakyat dan wadah silaturahmi tetap terjaga.
Kini, Pacu Jalur telah menjelma menjadi festival budaya besar. Lebih dari seratus jalur ikut serta setiap tahun, masing-masing diawaki 45–60 orang pendayung atau “anak pacu.”
Suasana lomba di Teluk Kuantan selalu meriah: dentuman meriam tanda dimulainya pertandingan, sorak penonton, hingga kostum penuh warna para pendayung menciptakan tontonan yang memukau.
Tak hanya lomba adu cepat, Pacu Jalur adalah wujud semangat gotong royong, kebanggaan masyarakat Kuantan Singingi, sekaligus promosi budaya Indonesia.
2. Festival Bakar Tongkang – Rokan Hilir
Ritual unik masyarakat Tionghoa membakar tongkang sebagai simbol pengorbanan dan harapan.
Tradisi ini telah berlangsung selama lebih dari 130 tahun, dan menjadi magnet wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Menarik ribuan wisatawan dari Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, hingga Tiongkok Daratan setiap tahun.
Bakar Tongkang diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan masuk dalam kalender Karisma Event Nusantara (KEN)
3. Festival Bekudo Bono – Pelalawan
Festival Bekudo Bono adalah salah satu event paling unik di Indonesia, diselenggarakan setiap tahun di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Kata “Bekudo” berarti “berkuda” dalam bahasa Melayu, dan dalam konteks ini, menggambarkan aksi menunggangi ombak Bono—fenomena alam luar biasa yang terjadi di Sungai Kampar.
Ombak Bono adalah gelombang pasang sungai yang terbentuk dari pertemuan arus sungai dan arus laut saat air pasang.
Gelombang ini bisa mencapai 6 meter dan melaju hingga 40 km/jam, menjadikannya salah satu tidal bore terbesar di dunia.
Hanya terjadi di beberapa tempat di dunia, dan Sungai Kampar adalah satu-satunya lokasi di Indonesia.
Berlangsung di Desa Teluk Meranti, yang kini masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Bono
4. Kenduri Riau – Pekanbaru
Perayaan budaya Melayu Riau dengan pertunjukan seni, kuliner, dan pameran UMKM.
( Tribunpekanbaru.com )