TRIBUNPEKANBARU.COM - Berikut dua berita populer di Provinsi Riau yang menjadi perhatian dalam kurun waktu 24 jam terakhir.
Pertama berita mengenai anjing yang serang warga pekanbaru ternyata positif rabies.
Selanjutnya puluhan murid diduga keracuman makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Indragiri Hilir Riau (Inhil) Provinsi Riau
Anjing yang Serang Warga Pekanbaru Positif Rabies
Anjing yang menyerang sejumlah warga di Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru ternyata terinfeksi rabies.
Sebanyak sembilan orang jadi korban penyerangan anjing tersebut.
Kondisi anjing yang terinfeksi rabies sesuai hasil laboratorium.
Petugas sudah memeriksa bangkai kepala anjing liar itu di UPT Laboratorium Veteriner dan Klinik Hewan (LVKH) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau.
"Setelah dicek lab, positif anjing itu terinfeksi rabies. Sehingga hari ini saya meninjau kondisi korban di puskemas," jelas Wali Kota Pekanbaru, Agung Nugroho di sela kunjungan ke Puskemas Sapta Taruna, Sabtu (23/8/2025).
Menurutnya, satu anak mendapat penanganan lanjutan di puskemas ini.
Ia juga memberi arahan perihal penanganan terhadap korban gigitan anjing gila tersebut.
Dirinya mengingatkan agar Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bersama Dinas Pertanian dan Perikanan untuk berkoordinasi dalam penanganan rabies.
Puskemas, camat dan lurah mesti berkoordinasi dengan dinas terkait perihal penanganan korban pasca gigitan anjing rabies.
"Segera lakukan langkah antisipasi terhadap perkembangan menit demi menit para korban," paparnya.
Mereka nantinya bisa melaporkan kondisi kesehatan korban agar segera mendapatkan penanganan medis.
Ia mengingatkan agar ada penanganan lanjutan terhadap korban gigitan anjing rabies ini.
"Penanganan harus lebih cepat, agar korban-korban ini bisa diselamatkan," katanya.
Satu Anak korban gigitan anjing diduga terinfeksi rabies mendapat perawatan lanjutan di Puskemas Sapta Taruna.
Ia menjalani rawat jalan setelah menjadi satu korban dalam penyerangan anjing gila.
Korban sudah mendapat suntikan serum anti rabies pasca kejadian itu.
Ia mendapat suntikan itu agar tidak terinfeksi rabies setelah digigit anjing tersebut.
Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho sudah melihat untuk memastikan bahwa anak tersebut dalam kondisi baik dan sudah mendapat penanganan kesehatan.
Ia menyebut bahwa anak tersebut sudah mendapatkan suntikan serum anti rabies.
"Hasil kita berbincang dengan kedua orangtuanya, anaknya sehat. Kita doakan anak tersebut tidak terkena rabies setelah gigitan anjing kemarin," paparnya usai kunjungan.
Dirinya juga berharap korban gigitan anjing liar lainnya tidak terinfeksi rabies.
Apalagi jumlah korban gigitan anjing liar itu mencapai sembilan orang.
"Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat, agar melakukan suntik rabies kepada hewan peliharaannya," ujarnya.
Para korban sudah mendapat suntik vaksin anti rabies. Mereka mendapatkan empat kali suntikan yakni dua suntikan pada hari kejadian.
Kemudian berlanjut mendapat suntikan pada hari ketujuh dan hari ke 21 pasca digigit anjing liar.
Ia mendorong agar para korban mendapatkan pemeriksaan rutin dari puskesmas.
"Mereka harus dapat vaksin lengkap, jadi harus dipantau," paparnya.
Tim gabungan sudah membuka posko vaksin rabies di depan Taman Wisata Alam Mayang, Jalan Imam Munandar, Kota Pekanbaru, Sabtu (23/8/2025).
Mereka membuka posko pasca kejadian penyerangan anjing terhadap sejumlah warga di Kelurahan Tangkerang Timur.
"Kita membentuk posko vaksin rabies, ini sebagai penanggulangan penularan rabies," papar Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Edi Satriawan kepada Tribunpekanbaru.com.
Menurutnya, keberadaan posko rabies ini sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya rabies. Ia juga mengimbau agar hewan peliharaan masyarakat seperti kucing, anjing dan monyet bisa disuntik rabies.
Pihaknya sudah melakukan kordinasi lintas sektor mencegah rabies. Mereka berkoordinasi dengan semua pihak agar tidak terjadi penularan rabies.
"Kami juga melakukan survei untuk mencegah penyebaran rabies, pasca penyerangan anjing kemarin," ujarnya.
Edi menambahkan langkah antisipasi memang harus dilakukan agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi. Apalagi saat ini sudah ada posko yang melibatkan berbagai sektor.
"Langkah langkah ini akan kita lakukan sebagai langkah antispasi, untuk vaksin rabies gratis," paparnya.
Sementara itu, dr. Faisal, SpPD Koordinator Bidang Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular IDI Cabang Pekanbaru menjelaskan bahwa langkah paling penting ketika seseorang digigit hewan yang dicurigai rabies adalah melakukan penanganan awal. Jangan menunggu sampai luka memburuk, karena justru menit-menit pertama setelah gigitan sangat menentukan.
Segera cuci luka tersebut dengan air mengalir dan sabun selama minimal 15 menit.
Virus rabies sangat rentan terhadap sabun, sehingga tindakan ini bisa menjadi penghalang utama penyebaran virus ke jaringan tubuh.
Saat membersihkan luka, gunakan sarung tangan bila memungkinkan, agar tidak terjadi kontak langsung dengan air liur hewan yang mungkin masih menempel.
Setelah selesai, pasien harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit.
Di sana, dokter akan melakukan pembersihan luka lanjutan serta memberikan vaksin anti rabies (VAR). Vaksin ini diberikan segera setelah gigitan, lalu diulang pada hari ke-7 dan hari ke-21.
Pada kasus tertentu, terutama jika gigitan sangat parah atau lokasinya berbahaya seperti di wajah, leher, atau kepala, dokter dapat menambahkan serum anti rabies (SAR) untuk memberikan perlindungan tambahan.
Kombinasi vaksin dan serum ini bertujuan menghentikan virus sebelum sempat masuk lebih dalam ke sistem saraf. Prinsip utamanya adalah mencegah sebelum terlambat, karena bila rabies sudah menimbulkan gejala, hampir tidak ada terapi yang efektif.
Masyarakat awam sering menyebut rabies sebagai penyakit "anjing gila".
Sebutan ini muncul karena salah satu hewan penular utama adalah anjing yang sudah terinfeksi rabies. Penularan terjadi melalui gigitan, cakaran, atau bahkan jilatan di kulit yang terbuka.
Virus rabies menyerang sistem saraf, dan memiliki perjalanan penyakit yang bervariasi.
Masa inkubasi atau waktu sejak virus masuk hingga muncul gejala bisa sangat berbeda antara satu pasien dengan pasien lainnya.
Ada yang menunjukkan gejala dalam dua minggu, tetapi ada juga yang baru timbul setelah dua tahun.
Hal ini bergantung pada beberapa faktor, di antaranya jumlah virus yang masuk, lokasi gigitan, serta jaraknya dari otak.
Sebagai contoh, bila gigitan terjadi di wajah atau leher, virus akan lebih cepat mencapai otak melalui saraf.
Sebaliknya, gigitan di tungkai bawah biasanya memerlukan waktu lebih lama.
Inilah mengapa gejala rabies bisa muncul dalam rentang waktu yang cukup panjang dan tidak seragam.
Gejala awal rabies atau fase prodromal biasanya muncul pada minggu pertama.
Penderita bisa mengalami rasa lemah, demam ringan, atau gangguan sensoris di sekitar bekas gigitan, seperti rasa panas, nyeri, atau kesemutan.
Gejala ini seringkali dianggap sepele, padahal bisa menjadi tanda awal infeksi rabies.
Seiring waktu, gejala khas rabies mulai terlihat.
Penderita bisa mengalami hidrofobia atau takut air, karena menelan air akan memicu rasa sakit hebat dan kejang pada tenggorokan.
Ada pula yang mengalami fotofobia (takut cahaya), bahkan sensitif terhadap tiupan angin. Pada tahap ini, pasien bisa tampak agresif, bingung, dan berperilaku tidak wajar.
Jika penyakit terus berlanjut, fase berikutnya adalah kelumpuhan atau paralisis.
Otot-otot tubuh melemah, kemampuan bernapas terganggu, dan pada akhirnya pasien akan meninggal akibat kegagalan pernapasan. Inilah yang membuat rabies disebut sebagai penyakit yang hampir selalu berujung fatal bila gejala sudah muncul.
Karena tingkat kematiannya yang sangat tinggi, satu-satunya cara untuk melawan rabies adalah pencegahan. Penanganan segera setelah gigitan dan pemberian vaksin tepat waktu merupakan kunci utama.
Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing juga sebaiknya divaksin secara rutin untuk menutup rantai penularan dari hewan ke manusia.
Masyarakat perlu memahami bahwa rabies bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga menyangkut kesehatan lingkungan.
Hewan liar yang berkeliaran tanpa vaksinasi dapat menjadi sumber wabah.
Oleh karena itu, peran pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat harus berjalan seiring dalam program vaksinasi hewan serta edukasi publik.
Rabies adalah penyakit yang mematikan namun dapat dicegah. Jangan pernah menunda mencuci luka, jangan menunggu gejala muncul, dan jangan menganggap remeh gigitan atau cakaran hewan.
Edukasi sederhana ini bisa menyelamatkan nyawa, karena setiap tindakan cepat adalah langkah untuk mencegah tragedi yang sebenarnya bisa dihindari.
Dugaan Keracunan MBG di Inhil Riau
Korban dugaan keracunan setelah menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah di Tembilahan bertambah.
Sebanyak 2 siswa kembali dilarikan untuk menjalani perawatan ke RSUD Puri Husada Tembilahan, Sabtu (23/8/2025).
Kedua siswa yang berasal SD Muhammadiyah dan SDN 08 Tembilahan ini juga mengalami gejala seperti siswa sebelumnya yaitu mual dan pusing, mereka menjalani rawat jalan.
Dengan begitu berdasarkan data yang dihimpun total terdapat 28 orang siswa-siswi yang dilarikan ke rumah sakit diduga setelah mengkonsumsi menu MBG.
Sebelumnya sebanyak 26 siswa-siswi yang dilarikan ke rumah sakit setelah mengkonsumsi menu MBG pada hari kedua pelaksanaan program tersebut, Jumat (22/8/2025) malam.
Sebanyak 24 orang siswa di antaranya dilarikan ke RSUD Puri Husada dan 2 orang dilarikan ke RS 3M Tembilahan (rawat jalan).
Pasien didominasi oleh murid SDN 032 Tembilahan sebanyak 18 orang, selanjutnya SDN 08 Tembilahan 5 orang, SMAN 1 Tembilahan 1 orang, TK Faturrahman 1 orang.
Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan dr Rahmat Susanto menjelaskan.
Sebanyak 15 orang siswa-siswi yang menjadi korban masih menjalani rawat inap dan 9 orang rawat jalan.
“Ya mulai tadi (jumat) malam masuknya. Kondisi anak-anak yang kita rawat, alhamdulillah sudah mulai membaik,” jelas dr Rahmat.
Menurutnya,para murid ini diduga mengalami keracunan makanan jika dilihat dari gejala yang lebih dominan yaitu, muntah-muntah.
“Kemudian mereka mengalami pusing ada juga yang lemas dan dehidrasi,” pungkasnya.
Namun belum dipastikan menu MBG mana yang membuat para murid itu keracunan.
Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir sedang memastikan kandungan dari makanan yang diduga membuat anak-anak keracunan.
Mereka pun meneliti beberapa sampel makanan dari menu makanan sebelum anak-anak keracunan.
Makanan tersebut di antaranya ada mie, tauge serta beberapa sample makanan lainnya dari menu anak-anak.
Mereka belum memastikan makanan mana yang menyebabkan anak-anak keracunan di sekolah.
"Ada beberapa macam menunya, apa memang penyebabnya itu, sekarang sedang diperiksa," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Sri Sadono Mulyanto kepada Tribunpekanbaru.com, Sabtu (23/8/2025) malam.
Pihaknya hingga kini belum bisa memastikan penyebab anak-anak keracunan.
Ia menyampaikan bahwa penelitian terhadap kandungan makanan sedang berlangsung.
"Tindak lanjut kita, nanti kita lihat seperti apa dapur MBG di sana," ujarnya.
Sadono menyebut bahwa terkait keracunan ini belum ada kepastian pengertian sementara program ini.
Ia belum mengetahui seperti apa kebijakan dari Pemerintah Kabupaten Inhil pasca keracunan.
"Nanti kita lakukan penelusuran kembali, tentu harus menunggu hasil pemeriksaan sampel makanan anak-anak itu," ujarnya.
Dilanjutkannya, pihaknya telah menurunkan tim untuk memantau perkembangan kasus tersebut sejak laporan pertama diterima.
“Tim dari Dinkes Riau sudah bergerak ke Inhil untuk melakukan pendampingan. Kami ingin memastikan penanganan terhadap para siswa berjalan optimal dan sesuai prosedur,” ujarnya, Minggu (24/8/2025).
Meski demikian, ia menegaskan bahwa hingga saat ini, Dinkes Inhil masih mampu menangani kasus tersebut secara mandiri.
Kondisi para siswa yang sebelumnya menjalani perawatan di RSUD Puri Husada Tembilahan juga disebut mulai berangsur membaik.
“Untuk saat ini, Dinkes Inhil masih bisa mengatasi. Kami hanya melakukan pendampingan dan pemantauan. Jadi belum diperlukan intervensi langsung dari Pemprov Riau,” jelasnya.
(Tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgiono/Fernando Sikumbang/Alexander/T. Muhammad Fadhli)