TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Dengan mengenakan seragam serba kuning satu persatu dari mereka menarik sebatang rokok.
Sebagian terlihat kedinginan karena baru saja menyandarkan jalur mereka setelah mencoba pemanasan sebelum lomba.
Puluhan pria berbadan kekar itu terlihat ngos-ngosan saat tiba di tebing sungai Batang kuantan dengan wajah sedikit kecemasan, karena menunggu jadwal untuk bertanding hari itu di puncak festival pacu jalur hari pertama atau pembukaan.
Memang hari itu menjadi sejarah baru dalam pembukaan pacu jalur.
Pasalnya dihadiri banyak tamu penting dari berbagai belahan negara di dunia, dan dihadiri sejumlah pesohor termasuk Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Setelah mendarat di tebing, para pendayung inipun duduk berbaris, melihat tim lainnya, yang sedang persiapan untuk lomba, sambil menghisap beberapa batang rokok dan sebagian memilih ngobrol dengan tim lain.
Mereka ini merupakan rombongan dari tim Mahkota Alam Gunung Ibo dari Pulau Busung Kecamatan Inuman Kuantan Singingi, kedatangan mereka ke arena puncak pacu jalur ini membawa misi juara seperti yang pernah diraih generasi orangtua mereka tahun 1991 silam.
Baca juga: Malam Puncak Penutupan Pacu Jalur Sukses Dihadiri Ribuan Masyarakat, Polisi Terapkan Rekayasa Lalin
Dari kerumunan tim berseragam kuning itu, muncul seorang berseragam Melayu berwarna ungu, yang tidak lain adalah kapten atau ketua rombongan dari 61 orang di jalur tersebut, posisinya berada di tengah untuk mengatur kayuhan pendayung.
Dialah Ridwan, pria kelahiran 1994 itu dipercaya sebagai komandan timnya dan memegang satu tingkat untuk alat memberi kode saat jalur sudah berjalan.
"Generasi ayah kami pernah juara tahun 1991, namanya saat itu Jitu Kuantan, tahun 2017 kami juga pernah jadi juara 5 di Tapian Narosa," ujar Ridwan.
Untuk persiapan sendiri menurut Ridwan, sudah mulai dilakukan sejak perancangan hingga jalur atau perahunya jadi, hingga dua bulan lamanya.
"Kalau ini dari persiapan mulai dari perancangan dua bulan, mulai mencari kayu, atau banan atau pokok jalur dicari ke hutan dua mingguan lamanya, dibawa bersama ke kampung ditarik bersama sama,"ujar Ridwan.
Baca juga: Hari Terakhir Tepian Narosa Jadi Lautan Manusia, Ini Daftar Juara Festival Pacu Jalur Kuansing 2025
Namun dengan kemajuan teknologi sekarang, masyarakat sudah mulai dimudahkan, karena tidak ditarik secara manual lagi, sekarang dibantu dengan alat berat untuk menarik dari hutan dan mobil truk untuk membawanya ke lokasi pengolahan jalur.
Untuk panjang kayu yang diambil dihutan ini mencapai 30 meter, dengan diameter tiga meter lebih, sedangkan untuk yang mengerjakan biasanya sampai empat orang hingga satu bulan lamanya.
"Untuk biaya satu jalur saat ini diperkirakan Rp150 juta satu perahu jalur, dananya biasanya iuran dan swadaya setelah ada kesepakatan kepala desa dengan Ninik mamak di kampung,"ujar Ridwan.