Saksi Kata

Mengulik Simbol Tersembunyi Mahkota Sultan Siak, Ada Tulisan "Bala Ruh Tajalli", Ini Maknanya

Penulis: Syaiful Misgio
Editor: FebriHendra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MAHKOTA KERAJAAN SIAK - Mahkota Kerajaan Siak Sri Indrapura memiliki ornamen unik di bagian depan, kuncup teratai dengan simbol Bala Ruh Tajalli tiba di Bumi Lancang Kuning, Rabu (6/8/2025).

Tak banyak mahkota raja yang masih tersisa di Nusantara. Tapi Mahkota Kerajaan Siak Sri Indrapura menjadi satu yang tak hanya utuh, tapi sarat makna. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Mahkota Kerajaan Siak Sri Indrapura lebih dari sekadar benda pusaka.

Mahkota ini menyimpan warisan sejarah, budaya, hingga ruhaniyah kekuasaan.

Ketua Dewan Pimpinan Harian LAM Riau, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil saat penyambutan benda pusaka kerajaan Siak di Gedung LAM Riau mengungkapkan bahwa dalam kitab Ingatan Jabatan, Mahkota ditempatkan sebagai harta kerajaan paling penting. 

Kitab langka yang diteliti akademisi Universitas Nasional Singapura, Timothy P. Barnard, ini bahkan menyebut mahkota dalam posisi nomor satu dari 17 item pusaka Kerajaan Siak.

Baca juga: Mahkota Sultan Siak Dibikin Pengrajin dari Jawa, Terbuat dari 2 Kg Emas, Bertabur Intan Berlian

Baca juga: 6 Fakta Tentang Mahkota Sultan Siak yang Akan Dipamerkan di Pekanbaru, Bernilai Lebih dari Rp 1 T

“Ini menandakan mahkota bukan sekadar perhiasan, tapi simbol kekuasaan tertinggi seorang raja. Ia menjadi lambang sah atau tidaknya penobatan, bahkan penentu jalannya kekuasaan dan sistem sosial,” ujar Datuk Taufik.

Kitab Ingatan Jabatan sendiri merupakan turunan dari naskah Bab al-Qawa’id yang diterbitkan oleh Kerajaan Siak pada tahun 1917.

Selain memuat daftar harta kerajaan, kitab itu juga merinci pembagian tugas istana, protokol, hingga hukum dan etika sehari-hari.

Mahkota ini dibuat oleh Sultan Syarif Kasim I menjelang penobatan Sultan Syarif Hasyim pada 1864. 

Menurut peneliti budaya Melayu Dadang Irham, mahkota ini memiliki ornamen unik di bagian depan, kuncup teratai dengan simbol Bala Ruh Tajalli. 

Ini adalah lambang spiritual dari pengesahan seorang raja sebagai khalifah Tuhan di muka bumi, pemimpin yang sah secara adat dan Islam.

“Simbol Bala Ruh Tajalli bermakna pengakuan ruh atas keesaan Tuhan dan manifestasi ilham ilahi kepada pemimpin yang terpilih,” jelas Taufik, merujuk pada makna mendalam yang tersimpan di dalam hiasan mahkota.

Tak kalah penting, tiga bunga teratai atau seroja yang menghiasi bagian kuncup menjadi lambang kesucian hati.

Meski tumbuh di lumpur, bunga teratai tetap mekar bersih dan indah, perlambang raja yang tak terpengaruh oleh keruhnya dunia.

Kini, mahkota kebanggaan itu disimpan di Museum Nasional Indonesia dan ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tak Benda Nasional sejak 2014. 

Ia menjadi saksi sejarah tentang kejayaan Melayu, sekaligus simbol penyerahan Siak ke pangkuan Republik Indonesia oleh Sultan Syarif Kasim II, pada awal kemerdekaan.

“Warisan seperti ini tak hanya penting disimpan, tapi juga dikaji dan dikenalkan ulang kepada generasi muda. Karena di balik kemilau emasnya, mahkota ini memuat peradaban,” ujar Taufik. 

Dibuat Pengrajin dari Jawa

Tak banyak yang tahu, Mahkota Kerajaan Siak yang kini menjadi pusaka berharga di Museum Nasional Indonesia, ternyata dibuat oleh seorang ahli dari Jawa.

Terbuat dari emas nyaris dua kilogram, mahkota ini juga bertabur intan dan batu rubi.

Ketua Dewan Pimpinan Harian LAM Riau, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, mengungkapkan hal ini saat menyambut kedatangan tiga benda pusaka Kerajaan Siak di Gedung LAM Riau, Rabu (6/8/2025).

“Mahkota ini dibuat di Siak, tapi ahlinya didatangkan langsung dari Jawa. Namanya Raden Mas Singo Sarwaki,” ujarnya.

Sang pengrajin kemudian diberi gelar kehormatan oleh Sultan dan dikenal dengan nama Pangeran Ali. Bahkan namanya diabadikan sebagai nama jalan di Kota Siak.

Menurut Taufik, Pangeran Ali datang bersama anak-anaknya, seperti Karto, Sarbuni (atau Karsuni), dan lainnya. Mereka merupakan bagian dari suku Hamba Raja Dalam, kelompok pengabdi istana yang memiliki keterampilan khusus.

Bahan pembuatan mahkota pun luar biasa. Emas murni seberat hampir 2 kilogram. Dipadukan dengan taburan intan dan batu rubi. Kemewahan ini mencerminkan kejayaan dan kemegahan Kerajaan Siak di masa lampau.

Namun lebih dari itu, mahkota ini juga sarat makna spiritual.

“Di bagian depan ada hiasan kuncup teratai dengan simbol Bala Ruh Tajalli,” jelas Taufik.

Simbol itu berasal dari bahasa Arab. Balaruh berarti pengakuan ruh atas keesaan Allah. Tajalli bermakna pancaran ilham Tuhan kepada hamba-hamba pilihan.

“Maknanya sangat dalam. Mahkota ini adalah lambang keabsahan seorang raja. Bahwa ia adalah khalifah Tuhan di muka bumi, berkuasa secara adat dan Islam,” ujarnya.

Selain itu, mahkota juga dihiasi tiga bunga teratai atau seroja. Dalam budaya Melayu, teratai melambangkan kesucian jiwa. Meskipun tumbuh di lumpur, bunga ini tetap bersih dan mekar indah.

“Itulah gambaran pemimpin yang luhur. Tetap bersih meski berada di lingkungan yang buruk,” ujar Taufik lagi.

Mahkota megah ini dibuat pada masa Sultan Syarif Kasim I, menjelang penobatan Sultan Syarif Hasyim pada tahun 1864.

Kini, mahkota tersebut menjadi pusaka kerajaan yang dilindungi, dan telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tak Benda Nasional.

“Mahkota ini bukan sekadar benda bersejarah. Ia adalah warisan spiritual, kebudayaan, dan simbol kekuasaan yang sah. Pusaka yang sangat langka dan harus terus kita jaga,” kata Taufik. (Tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgiono)

Berita Terkini