Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Arti Kata

Arti Kata Love Deception atau Artinya, Ciri, Jenis, Penyebab, Dampak, Cara Mencegah, Bahasa Gaul

arti kata love deception atau love deception artinya, ciri-ciri, jenis-jenis, penyebab, dampak, cara mencegah, arti love deception dalam Bahasa Gaul

Penulis: pitos punjadi | Editor: Nolpitos Hendri
Foto Ilustrasi AI
ARTI KATA : Foto olahan kecerdasan buatan atau Ai (AI Cici) oleh Nolpitos Hendri 06/11/2025. Arti Kata Love Deception atau Artinya, Ciri, Jenis, Penyebab, Dampak, Cara Mencegah, Bahasa Gaul. Penjelasan tentang arti kata love deception atau love deception artinya dan ciri-ciri love deception serta jenis-jenis love deception dan penyebab love deception hingga dampak love deception dan cara mencegah love deception serta arti love deception dalam Bahasa Gaul termasuk arti love deception dalam hubungan cinta . 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Dalam artikel ini akan dijelaskan tentang arti kata love deception atau love deception artinya dan ciri-ciri love deception serta jenis-jenis love deception dan penyebab love deception hingga dampak love deception dan cara mencegah love deception serta arti love deception dalam Bahasa Gaul termasuk arti love deception dalam hubungan cinta .

Baca juga: Arti Kata Eye Contact atau Eye Contact Artinya dan Arti Eye Contact dalam Bahasa Gaul serta Hubungan

A. Arti Kata Love Deception atau Love Deception Artinya

Secara bahasa, love deception merupakan bahasa Inggris, dan dalam bahasa Indonesia arti kata love deception atau love deception artinya adalah tipuan cinta; atau penipuan cinta.

Secara istilah, arti kata love deception atau love deception artinya adalah tindakan menipu, memanipulasi, atau berbohong dalam konteks hubungan romantis.

Ini melibatkan tindakan yang disengaja untuk menyesatkan pasangan demi keuntungan pribadi, yang dapat merusak kepercayaan dan keintiman dalam hubungan.

B. Ciri-ciri Love Deception

Berikut ciri-ciri love deception atau penipuan cinta :

- Menggunakan Profil Palsu: Pelaku sering menggunakan foto dan identitas palsu di media sosial atau aplikasi kencan untuk menarik perhatian korban. Mereka mungkin menggunakan foto orang lain yang menarik atau berwibawa untuk meyakinkan korban bahwa mereka adalah orang yang dapat dipercaya.

- Pesan yang Terlalu Meyakinkan: Pelaku sering mengirimkan pesan-pesan manis dan romantis yang membuat korban merasa jatuh cinta dengan cepat. Mereka mungkin menggunakan kata-kata yang sangat meyakinkan dan membuat korban merasa seperti mereka telah menemukan belahan jiwa mereka.

- Meminta Uang dengan Alasan Tertentu: Setelah korban percaya dan jatuh cinta, pelaku akan mulai meminta uang dengan berbagai alasan. Alasan ini bisa berupa biaya pengobatan, biaya perjalanan, atau masalah keuangan mendesak lainnya.

- Menghindari Pertemuan Langsung: Pelaku sering menghindari pertemuan langsung dengan korban, dengan berbagai alasan seperti tinggal di luar negeri, sedang bertugas di militer, atau memiliki masalah kesehatan yang menghalangi mereka untuk bertemu.

- Terlalu Cepat Mengungkapkan Cinta: Pelaku mungkin terlalu cepat mengungkapkan cinta dan komitmen kepada korban, bahkan sebelum mereka benar-benar mengenal satu sama lain. Mereka mungkin mengatakan bahwa mereka telah mencari seseorang seperti korban sepanjang hidup mereka dan bahwa mereka ingin menghabiskan sisa hidup mereka bersama korban.

- Tidak Konsisten: Pelaku mungkin memberikan informasi yang tidak konsisten tentang diri mereka sendiri, seperti nama, pekerjaan, atau latar belakang mereka. Mereka mungkin juga mengubah cerita mereka atau memberikan alasan yang tidak masuk akal untuk menjelaskan ketidaksesuaian tersebut.

- Meminta Informasi Pribadi: Pelaku mungkin meminta informasi pribadi dari korban, seperti nomor rekening bank, nomor kartu kredit, atau informasi identitas lainnya. Mereka mungkin menggunakan informasi ini untuk mencuri identitas korban atau melakukan penipuan keuangan lainnya.

- Mengisolasi Korban: Pelaku mungkin mencoba untuk mengisolasi korban dari teman dan keluarga mereka, dengan mengatakan bahwa mereka tidak menyukai teman-teman korban atau bahwa keluarga korban tidak mendukung hubungan mereka. Mereka mungkin juga mencoba untuk membuat korban merasa bersalah atau tidak aman jika mereka menghabiskan waktu dengan orang lain.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved