Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berita Nasional

TERUNGKAP, Misteri Kenapa Ribuan Siswa di Bandung Barat Keracunan Makanan dari MBG, Ini Penyebabnya

Ahli gizi mengungkapkan ada hal yang ganjil dari penyebab ribuan siswa di Bandung barat keracunan . Ternyata inilah penyebabnya

Editor: Budi Rahmat
Tribunjabar.id/Rahmat Kurniawan
SISWA KERACUNAN MBG - Korban keracunan menu MBG terus berdatangan di GOR Kecamatan Cipongkor Bandung Barat, Senin (22/9/2025) malam. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Terungkap misteri dugaan penyebab keracunan seribu lebih siswa di Bandung Barat oleh makanan dalam progam Makanan Bergizi Gratis ( MBG ).

Aad hal yang ganjil yang ditemukan dari pengolahan makanan mulai dari penyediaan bahan baku. Tak habis pikir ternyata dapur melakukan pengolahan makanan tak masuk akal.

Betapa tidak, bahan baku dibeli jauh-jauh hari sebelum diproses atau dibikin makanan untuk disajikan. Hal itu terang saja menjadikan makanan tak lagi fresh.

Baca juga: Bansos untuk Ibu Hamil, Anak Sekolah dan Lansia yang Cair bulan September 2025, Cek Pakai KTP

Dan berikut ini pengakuan badan gizi

Di luar Nalar

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang mengatakan, kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat di luar nalar.

Nanik mengaku terheran-heran dengan petugas dapur MBG setempat yang menyediakan bahan baku, tapi tidak fresh.

Dia memaparkan, ayam yang kemudian dijadikan lauk untuk MBG sebenarnya sudah dibeli sejak Sabtu. Namun, ayam itu baru dimasak hari Rabu, atau empat hari kemudian.

"Saya juga tidak mentolerir bahan baku, bahan baku yang dipakai bila tidak fresh. Karena kejadian di Bandung ini sungguh di luar nalar," ujar Nanik di Gedung BGN, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).

"Bagaimana bahan baku dalam kondisi tidak fresh, ayam dibeli di hari Sabtu, baru dimasak di hari Rabu," katanya lagi.

Menurut Nanik, jika ayam itu disimpan di freezer rumah, mungkin tidak apa-apa, mengingat jumlahnya yang sedikit.

Akan tetapi, dalam kasus ini, ayam yang akan dimasak itu disimpan di sebuah freezer, yang mana jumlahnya mencapai 350 ayam.

"Memang kalau di rumah ya enggak apa-apa itu dua ayam kita nyimpannya. Tapi, kalau 350 ayam, freezer mana yang kuat menyimpan? Jadi ada berbagai hal, kami sudah mengeluarkan tindakan-tindakan," ujar Nanik.

Keracunan MBG di Bandung Barat

Diketahui, jumlah korban keracunan akibat program MBG di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, terus bertambah.

Baca juga: TARIF Listrik yang Diberlakukan Bulan Oktober 2025 bagi Semua Pelanggan

Dari data yang dirangkum Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandung Barat hingga Kamis (25/9/2025) siang, total korban keracunan mencapai 1.333 orang yang terakumulasi dari tiga kejadian, dua kejadian di Cipongkor dan satu kejadian di Cihampelas.

Baca juga: Soal Keracunan MBG, Waka BGN: Kami Tanggung Jawab Penuh dan Akan Biayai Semuanya

Kasus pertama berasal dari klaster Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cipari yang terjadi pada Senin (22/9/2025) hingga Selasa (23/9/2025) dengan total 393 korban.

Kasus berikutnya, di Cihampelas terdapat 192 orang, terdiri dari 176 siswa SMKN 1 Cihampelas, tujuh siswa MA Al Mukhtariyah, delapan siswa MTs Al Mukhtariyah, dan seorang siswa SDN 1 Cihampelas.

Sementara itu, kasus bertambah dari dapur yang berbeda, 201 korban lainnya berasal dari klaster SPPG di Desa Neglasari, Citalem, dan Cijambu, Kecamatan Cipongkor.

Kemudian, satu hari berselang, kasus serupa kembali terjadi dengan jumlah korban yang lebih besar.

Hingga Kamis, 25 September 2025, tercatat 730 orang mengalami keracunan dari menu MBG yang berbeda dari kasus pertama.

"Kalau hari ini yang keracunan kedua, ada 730 orang," kata Kepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah, saat ditemui di Posko Cipongkor, Kamis.

Sebagian besar korban merupakan pelajar dari jenjang SD hingga SMA/SMK. Mereka mengalami gejala mual, pusing, hingga sesak napas setelah menyantap makanan MBG.

Petugas kesehatan menyebut sebagian besar pasien mengeluhkan mual, pusing, hingga sesak napas.

Mengolah makanan dari bahan yang tidak lagi segar bisa berdampak serius terhadap kesehatan dan kualitas makanan. Berikut beberapa dampak utamanya:

Dampak Kesehatan

Risiko kontaminasi bakteri: Bahan yang tidak segar lebih rentan terhadap pertumbuhan bakteri seperti Salmonella, E. coli, atau Listeria, yang bisa menyebabkan keracunan makanan.

Penurunan nilai gizi: Sayuran dan buah yang sudah layu atau daging yang mendekati busuk kehilangan banyak vitamin dan mineral penting.

Pemicu penyakit kronis: Makanan olahan dari bahan tak segar sering kali mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna, perasa buatan) yang jika dikonsumsi berlebihan bisa meningkatkan risiko obesitas, diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung3.

Dampak pada Kualitas Makanan
Rasa dan aroma menurun: Bahan yang tidak segar menghasilkan cita rasa yang kurang nikmat dan aroma yang bisa tidak sedap.

Tekstur tidak optimal: Misalnya, sayuran yang layu akan menjadi lembek saat dimasak, tidak renyah seperti bahan segar.

Penampilan kurang menarik: Warna makanan bisa tampak kusam atau berubah, membuatnya kurang menggugah selera.

Tips Pencegahan
Selalu periksa kesegaran bahan sebelum diolah: lihat warna, bau, dan tekstur.

Simpan bahan makanan dengan benar agar tidak cepat rusak.

Gunakan bahan segar sebanyak mungkin, terutama untuk makanan yang tidak melalui proses pemanasan tinggi.(*)

Sumber : Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved