Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Sosok Terduga Hacker Bjorka, Warga Kaget Pemuda 'Biasa-biasa Saja' Jurusan Tata Boga Itu Ditangkap

Polisi mengklaim berhasil menangkap sosok di balik nama hacker Bjorka, yang sempat membuat geger seluruh Indonesia.

Editor: Ariestia
Tribunmanado.com/Isvara Savitri
RUMAH HACKER BJORKA - Tempat tinggal Wahyu Taha yang diduga Bjorka di Komo Dalam, Lingkungan 5 Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara, Jumat (3/10/2025). Keluarga Wahyu masih tinggal di sana. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, MANADO - Polisi mengklaim berhasil menangkap sosok di balik nama hacker Bjorka, yang sempat membuat geger seluruh Indonesia.

Tersangka diketahui bernama Wahyu Firmansyah Taha (23), seorang warga Kota Manado, Sulawesi Utara.

Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya menangkap Wahyu di Rumah Jaga V, Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, pada Selasa (23/9/2025).

Baca juga: Ingat Sosok Bjorka yang Ngaku Hacker? Ternyata Berusia 22 Tahun, Beroperasi Sejak 2020

Setelah ditangkap, ia langsung diterbangkan ke Jakarta dan diperlihatkan kepada publik pada Kamis (2/10/2025).

Yang mengejutkan, Wahyu bukan berasal dari latar belakang teknologi informasi.

Ia hanya sempat mengenyam pendidikan di SMK jurusan tata boga, namun tidak sampai lulus.

Penangkapan Gegerkan Kampung Halaman

Penangkapan Wahyu Firmansyah Taha di Desa Totolan mengejutkan warga kampung halamannya di Komo Dalam, Lingkungan 5, Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, Kota Manado.

Keluarga dan tetangga tidak menyangka bahwa pemuda yang dikenal pendiam itu merupakan sosok di balik nama Bjorka.

Keluarga Wahyu masih tinggal di rumah kecil di gang sempit dan terjal di Komo Dalam.

Di rumah itu tinggal adiknya, Nesa Taha, serta paman dan tantenya, Risna Taha, Ririn Taha, dan Idris Taha.

Di samping rumah tersebut, terdapat rumah bercat biru yang dulu ditempati Wahyu sebelum pergi dari Manado.

"Wahyu sudah lama tidak pulang dan tidak menghubungi keluarga," ujar Nesa saat ditemui pada Jumat (3/10/2025).

Ia juga membenarkan bahwa Wahyu tinggal bersama kekasihnya di Desa Totolan.

Menurut Risna, Wahyu dikenal sebagai sosok yang penurut dan pintar.

Ia adalah anak yatim piatu, ibunya meninggal pada 2014, dan ayahnya sekitar dua tahun lalu.

Pernah Jualan Makanan

Wahyu sempat bersekolah di SMKN 3 Manado dan mengambil jurusan tata boga, namun tidak menyelesaikan pendidikannya.

Ia tidak memiliki pekerjaan tetap dan dulu sering membantu Risna berjualan makanan di kawasan Megamas, Manado.

"Seperti pemuda pada umumnya yang sering nongkrong dan main game saja," kata Nesa menggambarkan kebiasaan Wahyu saat masih tinggal di Manado.

Idris, pamannya, juga menyampaikan kekagetannya saat mengetahui Wahyu bisa mendapatkan uang sebesar 9.000 dolar AS dari aksinya.

"Biasa-biasa orangnya. Sedangkan kuburan orang tuanya saja belum dibikin," ungkap Idris.

Ia juga mengatakan bahwa polisi menyita empat handphone dan satu tablet dari Wahyu, serta sepeda motor dan sepeda listrik, meski barang-barang terakhir tidak dirilis ke publik.

Motif Uang

Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya mengungkap bahwa motif Wahyu dalam melakukan peretasan adalah masalah ekonomi.

Ia diduga kuat sebagai sosok di balik akun hacker terkenal Bjorka atau Bjorkanesia, yang sempat viral karena aksi ilegal akses dan manipulasi data dari forum gelap (dark web).

“Jadi motivasinya adalah hanya untuk masalah kebutuhan, masalah kebutuhan, motifnya masalah uang. Segala sesuatu yang dikerjakan, sementara yang kita temukan, adalah untuk mencari uang,” ungkap Kasubdit IV Ditreskrimsus Siber Polda Metro Jaya, AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon, dalam keterangan pers, Kamis (2/10/2025).

Penangkapan Wahyu berawal dari laporan sebuah bank swasta yang merasa diperas oleh pesan dari akun Bjorka. Laporan dibuat pada 17 April 2025 dengan nomor LP/B/2541/IV/2025/SPKT/POLDA METRO JAYA.

Menurut Herman, Wahyu berencana melakukan pemerasan terhadap bank tersebut, namun belum sempat menerima uang karena pihak bank memilih melapor ke polisi.

"Perihal pemerasan, faktanya terhadap case yang sedang kita tangani ini belum terjadi. Jadi motif dia melakukan adalah untuk melakukan pemerasan, tetapi, karena tidak dituruti atau tidak direspons oleh pihak bank, maka pihak bank berupaya untuk melapor ke pihak kepolisian," jelas Herman.

(*)

Sumber: Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved