Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

PP Tunas, Katalisator Andal Komdigi dalam Menata Ruang Digital yang Ramah Anak

elain Roblox, TikTok juga akhirnya tunduk pada permintaan Komdigi terkait data lonjakan trafik dan aktivitas monetisasi TikTok Live

|
Dok Komdigi
Komdigi secara resmi meluncurkan IGRS dalam gelaran IGDX di Bali, Sabtu (11/10/2025). IGRS merupakan sistem klasifikasi usia untuk game, yang dikembangkan secara mandiri di Indonesia. 

"Nanti kita main lagi ya dek. Abang mandi dulu”
“Atau adek mau ikut mandi sama abang?”

TRIBUNPEKANBARU.COM - Dua baris pesan bernada mesum itu membuat jantung Sofi berdegup kencang medio Agustus lalu. Bagaimana tidak, pesan itu ia baca pada akun WhatsApp putrinya yang masih duduk di bangku kelas 6 SD. Pesan itu, katanya berasal dari kontak anonim yang hanya menampilkan nomor saja.

Sofi kemudian membuka profil akun tersebut. Menurutnya, melihat perawakan foto profil akun itu, ia menduga bukanlah teman sebaya anaknya. Ketika layar gawai ia gulirkan ke bawah, ia membaca petunjuk bahwa akun tersebut berada pada grup yang sama dengan putrinya. 

"Ternyata, putri saya bergabung dengan salah satu WA Grup Roblox yang diisi oleh sesama pemain. Saya menduga, akun anonim ini mendapatkan kontak anak saya dari sana," katanya kepada tribunpekanbaru.com, Rabu (17/9/2025).

Detik itu juga, Sofi memblokir akun anonim itu dan keluar dari WA Grup tersebut. Menurut pengakuan putrinya, ia bergabung ke grup tersebut melalui link yang disebar di kolom chat saat bermain Roblox. Alasannya, agar komunikasi antar pemain lebih mudah..

“Saya tidak ingat berapa jumlah anggota grup itu. Awalnya saya baca sekilas chat mereka saling berkenalan, lalu membahas permainan. Tetapi kemudian percakapan itu berlanjut ke obrolan pribadi,” sambung dia.

Upaya yang dilakukan akun tersebut patut diduga kuat sebagai Grooming online. Istilah ini merujuk pada praktik yang dilakukan orang dewasa terhadap anak atau remaja melalui internet atau media sosial untuk tujuan eksploitasi, baik itu seksual maupun emosional.

Dalam kajian ilmu Psikologi, Grooming Online umumnya diawali dengan pendekatan bertahap melalui sikap ramah dan perhatian. Kemudian berupaya membangun kepercayaan dengan cara mejadi teman curhat, memberikan hadiah.

Lalu pelaku berupaya menguji respon korban dengan candaan yang diselipkan pada percakapan yang tidak pantas. Terakhir, saat merasa sudah memiliki kontrol maka pelaku akan memulai aksinya; seperti meminta foto atau video pribadi, mengajak bertemu, dan bentuk pelecehan lainnya.

Sofi mengatakan telah berupaya membatasi penggunaan gawai pada anak bungsunya itu. Fitur Family Link juga sudah ia gunakan untuk mengawasi penggunaan aplikasi berbahaya.

Namun ia tak menyangka permainan Roblox yang sedang digandrungi teman sebaya putrinya itu justru menjadi celah bagi pelaku untuk masuk dan mendekat.

"Kalau kita larang penggunaan gawai bagi anak, rasanya sulit sekali. Apalagi di zaman sekarang, guru-guru pun menyampaikan berbagai informasi lewat grup WhatsApp, begitu pula teman-temannya yang sudah memiliki gawai sendiri. Tentu kami tak ingin anak kami tertinggal,” ungkap Ibu rumah tangga itu.

Oleh sebab itu, Sofi berharap kepada pemerintah agar menindak tegas platform online yang abai terhadap perlindungan anak.

Roblox beberapa bulan belakangan memang menjadi sorotan seiring meningkatnya para pengguna gim yang diluncurkan pada tahun 2006 silam itu.

Berbeda dengan platform lainnya, Roblox terbilang unik karena memberikan keleluasan bagi pemainnya untuk membuat gim sendiri melalui Roblox Studio. Di satu sisi fitur ini mampu mengasah kreativitas pemainnya, namun bisa juga dimanfaatkan untuk tindakan negatif.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved