PP Tunas, Katalisator Andal Komdigi dalam Menata Ruang Digital yang Ramah Anak
elain Roblox, TikTok juga akhirnya tunduk pada permintaan Komdigi terkait data lonjakan trafik dan aktivitas monetisasi TikTok Live
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Firmauli Sihaloho
Artinya, perusahaan sebenarnya melepaskan diri dari tanggung jawab untuk mengawasi dan memastikan perilaku yang etis terhadap konten yang melibatkan anak.

Mendorong Ketegasan Pemerintah
Penerapan PP Tunas diharapkan juga mampu memberikan sentuhan regulatif kepada dua raksasa digital seperti Meta dan Google. Salah satunya fitur Facebook Pro yang cukup meresahkan belakangan ini.
Saat ini sangat mudah dijumpai akun-akun Facebook yang berlomba menjadi konten kreator tanpa bekal keterampilan memadai dalam menghasilkan konten berkualitas.
Umumnya, mereka hanya menayangkan potongan aktivitas keseharian secara serampangan, dengan harapan mendapat perhatian pengikut demi mengejar keuntungan dari skema monetisasi yang ditawarkan Facebook.
Bahkan konten-konten yang melibatkan anak juga tak luput dari praktik komodifikasi yang dilakukan akun tersebut.
Evita menjadi salah satu contoh bagaimana balitanya yang masih berusia 3 tahun nyaris dieksploitasi secara digital dari tantenya sendiri.
Ibu rumah tangga itu mengaku kerap diminta sang tante untuk mengirimkan rekaman aktivitas sehari-hari putranya, mulai dari bernyanyi, bermain sepeda dan aktivitas lainnya.
“Awalnya saya mengunggah video anak saya sedang berjoget ke story Facebook. Ternyata tante saya meminta rekaman itu. Karena saya kira menurutnya lucu, saya kirim lewat WhatsApp. Eh tak taunya, video itu kemudian diunggah ke feed Facebook miliknya.” kata dia kepada tribunpekanbaru.com, Minggu (5/10/2025).
Menyadari jangkauan unggahan tersebut cukup tinggi, sang tante pun berulang kali meminta rekaman serupa kepada Evi.
Namun, setelah mendapat penjelasan dari suaminya tentang risiko membagikan konten anak di ruang digital, Evi mengabaikan permintaan itu.
“Saya pernah menanyakan sudah berapa total pendapatan dari FB Pro yang didapatkan tante saya itu. Ternyata, setelah hampir setahun rutin membagikan konten semacam itu, hasilnya yang ia dapatkan baru sekitar 10 dolar AS,” ujarnya.
FB Pro barangkali dapat diyakini sebagai strategi Meta untuk mempertahankan eksistensinya. Dengan menawarkan iming-iming monetisasi instan tetapi tidak disertai tanggung jawab berupa pelatihan maupun regulasi yang jelas, pengguna kini justru dibiarkan larut dalam jebakan tawaran tersebut.
Vincent Mosco, seorang pakar komunikasi dalam bukunya The Digital Sublime: Myth, Power, and Cyberspace (2004) telah mengingatkan bahaya dari digitalisasi.
Ia menyatakan bahwa kemajuan digital kerap dianggap sebagai sesuatu yang agung, indah dan penuh janji. Teknologi sering diyakini mampu menjawab berbagai persoalan hingga meningkatkan kesejahteraan.
Aliran Uang Panas Rajo Emirsyah: Dapat Rp 15 Miliar dari Judol Komdigi, Berangkatkan 47 Orang Umrah |
![]() |
---|
'Hari Ini Gue Dapat 3M' Chat Zulkarnaen ke Istri Terbongkar di Sidang Komdigi soal Judi Online |
![]() |
---|
Peran Tony Tomang, Diminta Budi Arie Cari Data Situs Judol, Terima Uang Setoran Per Bulan dari Judi |
![]() |
---|
Siasat Jahat Meloloskan Situs Judi Online: Andrian Diminta Cari 500 Situs Judol Per Hari |
![]() |
---|
PWI Akhiri Konflik 2 Kepengurusan Lewat 'Kesepakatan Jakarta,' Wamenkomdigi Dukung Rekonsiliasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.