Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Waspada Banjir di Pekanbaru

Tata Ulang Sistem Drainase untuk Selamatkan Pekanbaru dari Banjir

Kondisi banjir di Kota Pekanbaru seperti sudah menjadi bagian dari rutinitas setiap musim hujan.

Penulis: Alex | Editor: Ariestia
Foto/Dok. Edy Sabli
Pengamat Lingkungan dari Universitas Islam Riau (UIR), Edy Sabli 

Akibatnya, volume air permukaan meningkat drastis dan langsung mencari jalan terdekat, yakni ke drainase yang kapasitasnya terbatas.

Dari sisi kelembagaan, koordinasi antarinstansi juga belum berjalan optimal.

Seringkali pembangunan atau perbaikan drainase dilakukan secara parsial oleh instansi berbeda tanpa peta induk yang sama.

Padahal, sistem drainase kota harus dipandang sebagai satu kesatuan jaringan. Jika satu bagian tersumbat, efeknya bisa merembet ke seluruh wilayah.

Di sinilah pentingnya adanya master plan drainase kota yang terintegrasi.

Sebagai resolusi jangka pendek, pemerintah kota perlu melakukan pemetaan dan normalisasi menyeluruh terhadap saluran-saluran utama.

Setiap titik rawan banjir harus diidentifikasi dengan data topografi dan kapasitas tampung air yang jelas.

Pembersihan sedimen dan sampah tidak boleh hanya dilakukan saat musim hujan, tapi menjadi rutinitas bulanan yang terjadwal.

Untuk jangka menengah, dibutuhkan investasi serius dalam pembangunan sistem drainase baru yang sesuai dengan kebutuhan kota modern.

Saluran air harus dirancang dengan mempertimbangkan debit curah hujan ekstrem, konektivitas antarwilayah, serta integrasi dengan kolam retensi dan kanal pengendali banjir.

Ini memerlukan keberanian politik dan komitmen anggaran yang kuat dari pemerintah daerah.

Namun, infrastruktur saja tidak cukup.

Kesadaran dan perilaku masyarakat menjadi faktor penentu. Banyak warga yang masih membuang sampah ke parit atau menutup saluran dengan semen demi memperluas halaman. 

Pemerintah harus memperkuat edukasi publik tentang pentingnya menjaga drainase. Tanpa partisipasi masyarakat, sebesar apa pun proyek drainase dibangun, hasilnya tidak akan bertahan lama.

Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan komunitas lingkungan perlu diperkuat.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved