Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Trans Celebes Bicycle Touring

Tasman dan Kawan-kawan Berkemah di Teluk Tomini Nan Memesona

Sebelum Magrib, kami mendirikan tenda berjarak sekitar 2 meter dari pinggir air pantai Teluk Tomini. Beberapa warga ikut berkumpul dan ngobrol

Editor: harismanto
Facebook/Tasman Jen
Teluk Tomini bagaikan Mutiara di khatulistiwa. Sebuah kawasan indah di Sulawesi Tengah yang posisi geografisnya dilintasi garis khatulistiwa. 

Setelah sukses dengan Tour de Borneo atau Borneo Long Distance Cycling, Tasman Jen (60), personel Trio Lisoi bersama Syaiful (56), Bambang Trave (53) dan Widodo (53), memulai Trans Celebes Bicycle Touring. Empat pesepeda ini akan blusukan di pulau Sulawesi dengan bersepeda sekitar 1.800 Km. Berikut catatan perjalanannya yang dituliskan secara bersambung oleh Tasman Jen untuk pembaca Tribun Pekanbaru.

PADA 5 Februari 2018, sehabis subuh kami diantar pakai mobil oleh pak Syamsul Bahri sekeluarga menuju desa Toboli. Jalan yang sudah pernah kami lewati ini memang terlihat terlalu gila untuk dijajal dengan bersepeda. Tapi beda kalau kita sudah diatas sepeda, kita tidak pernah untuk mundur atau menyerah. Itulah ajaibnya spirit bersepeda yang aku rasakan.

Dalam dua jam kami sampai di pertigaan Toboli. Pak Alan, Kepala Dinas Parawisata dan beberapa pejabat kantor Bupati Parigi yang dari pagi menunggu mempersiapkan makan pagi untuk rombongan kami lalu secara simbolis penyerahan certificat of equator crossing dari Wakil Bupati Parigi Moutong yang diwakili bapak Alan.

Jam 9.00 pagi, kami dilepas oleh tuan rumah dan komunitas sepeda Parigi Moutong untuk melanjutkan perjalanan ke arah utara. Udara panas sangat menyengat ke kulit. Angin dari pantai Tomini disebelah kanan kami bisa sedikit menghilangkan siksa panas khatulistiwa. Aku merasa kurang semangat hari ini mungkin karena termanjakan 2 hari istirahat di Palu menjadikan kami loyo.

Aku utarakan hal ini pada kawan-kawan. Ternyata mereka merasakan mental yang sama. Baru 48 km perjalanan akhirnya kami memutuskan untuk istirahat di Masjid Alhuda dusun Pinotu desa Siaga.

Di seberang masjid ada pantai dengan beberapa rumah penduduk. Aku mendekat ke pantai tersebut. Terlihat bersih dengan air pantai yang jernih. Aku coba menanyakan pada warga yang ada apakah boleh berkemah di situ, ternyata kami diizinkan.

Lalu sebelum Magrib, kami mendirikan tenda berjarak sekitar 2 meter dari pinggir air pantai. Beberapa warga ikut berkumpul dan ngobrol dengan kami dekat tenda. Udara agak panas, tenda yang aku pasang hanya bagian dalamnya saja seperti kelambu. Ini supaya tidak terlalu panas.

Terlihat bulan purnama besar sekali diatas horizon menerangi laut yang bagai kaca dibawahnya.

Teluk Tomini bagaikan Mutiara di khatulistiwa. Sebuah kawasan indah di Sulawesi Tengah yang posisi geografisnya dilintasi garis khatulistiwa. Dalam pembagian keanekaragaman hayati, kawasan ini berada di zona Wallacea, yang dalam sejarahnya merupakan kawasan terpisah dari Benua Asia maupun Australia.

Rembulan tersenyum dibalik awan tipis berbagi kebahagiaan untuk sesamanya. Perahu bayangan siluet berlayar tenang bagaikan ninja tak bersuara. Aku rebahkan tubuh ini memandang ke laut lepas. Semilir angin laut menyejukan mukaku yang legam terbakar mentari.

Bibir ombak pantai mengalun bergantian mereka bercanda ingin menyapaku. Aku hanya diam memandang opera sang maha pencipta. Ingin rasanya aku berbagi kebahagiaan saat ini namun kata kata tidak cukup untuk mengungkap keindahan ciptaan-Nya.

Ikan-ikan kecil bekejar kejaran di dasar pantai,mereka menikmati indahnya malam yang diterangi rembulan. Subhanallah, mereka semua bergerak, mereka semua berzikir dengan caranya.

Bibir pantai mulai menjauh dariku dan diriku ini semakin kecil, kecil, dan lenyap. "Maka, nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang engkau dustakan?" (QS Ar- Rahmaan: 13).

Sekitar jam tiga pagi disaat terlena dalam mimpi terasa angin kencang sekali bertiup dan menggoyangkan tendaku. Butiran butiran hujan menerpa kedalam tenda yang tanpa kain atap dan membasahi tubuhku.

Aku keluarkan barang-barang dalam tenda lalu pindah menuju ke masjid. Kawan lainnya tetap ditempat karena tendanya sudah aman terpasang atap luar. Pindah ke masjid hujan masih tetap berlanjut tapi mataku sudah tidak bisa tidur sampai subuh datang.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved