Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Nilai Impor Riau Januari-Maret Meningkat Dibanding Tahun Lalu, Tiongkok Paling Banyak Berkontribusi

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau di Jalan Patimura, Pekanbaru, Rabu (2/5/2018), resmi merilis Nilai Import Riau sepanjang Maret 2018.

Penulis: Hendri Gusmulyadi | Editor: Ariestia
Tribun Pekanbaru/Hendri Gusmulyadi
Panitia, para sponsor, pihak dinas pariwisata dan berbagai pihak lainnya, usai jumpa pers dalam rangka mempersiapkan Riau Travel Mart (RTM), belum lama ini. 

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru Hendri Gusmulyadi

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau di Jalan Patimura, Pekanbaru, Rabu (2/5/2018), resmi merilis Nilai Impor Riau sepanjang Maret 2018.

Terjadi kenaikan sebesar 7,66 persen atau US$ 137.50 juta bila dibanding nilai impor pada Februari 2018 yang mencapai US$ 127.71 juta.

Dijelaskan Kepala BPS Provinsi Riau, Aden Gultom, kenaikan nilai impor Riau dipicu tingginya impor di sektor non migas yakni sebesar 26,29 persen.

"Angkanya tetap tinggi meskipun dari sektor migas impornya turun sebesar 62,67 persen," jelas Aden pada Tribunpekanbaru.com.

Sejak awal tahun hingga Maret 2018, BPS mencatat total nilai impor Riau mencapai US$ 401.92 juta.

Baca: HEROIK, Nenek Jubaedah Duel dengan Maling, Telinga Nyaris Putus tapi Berhasil Menggigit Lawan

Ini menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan, dimana pada periode yang sama pada tahun 2017 hanya sebesar US$ 261.48 juta, dengan persentase 53,71 persen.

"Periode Januari sampai Maret 2018, kenaikan disebabkan oleh naiknya impor non migas sebesar 74,37 persen bila dibanding dengan periode yang sama tahun 2017. Jika dari sektor migas sendiri kita bandingkan periode yang sama (Januari Maret, red) antara 2017 dan 2018, malah menurun sebesar 23,22 persen," terang Aden.

Aden menyebutkan, Impor Non Migas menurut Golongan Barang Harmonized System (HS) 2 Dijit, Peningkatan impor non migas Maret 2018 terhadap bulan Februari terjadi pada tujuh golongan barang.

Pupuk menjadi salah satu produk penyumbang nilai impor non migas terbesar yakni sebesar US$ 16.47 juta, diikuti Bubur Kayu (Pulp) sebesar US$ 5.79 juta, dan Bahan Kimia Organik sebesar US$ 4.92 juta.

"Sedangkan penurunan impor non migas terjadi pada tiga golongan barang, yakni Mesin-mesin atau Pesawat Mekanik sebesar US$ 4.30 juta, Kayu dan Barang dari Kayu sebesar US$ 1.60 juta, dan Kertas dan Karton sebesar US$ 0.53 juta," ujarnya.

Baca: Kisah Guru Anak-anak Talang Mamak, 2 kali Salaman dengan Presiden, Nasib Belum Berubah

Selama Januari sampai Maret 2018 impor non migas didominasi oleh mesin-mesin atau Pesawat Mekanik sebesar US$ 160.91 juta (44,77 persen), kemudian Pupuk sebesar US$ 52.60 juta (14,63 persen), Bubur Kayu (Pulp) US$ 35.23 juta (9,80 persen), serta Bahan Kimia Organik US$ 20.07 juta (5,58 persen). Dari keempat jenis barang ini, total kontribusinya mencapai 74,79 persen.

Sementara itu kata Aden, dari beberapa negara pilihan Impor Non Migas Riau pada Januari sampai Maret 2018, paling tinggi berasal dari Tiongkok. Berdasarkan catatan BPS Provinsi Riau, angka Impor Non Migas mencapai US$ 139.04 juta atau 38,69 persen dari beberapa negara pilihan.

Di tingkat kedua, sektor impor non migas Riau berasal dari Malaysia sebesar US$ 42.68 juta atau 11,87 persen, Kanada US$ 33.28 juta atau 9,26 persen dan Singapura US$ 16.97 juta atau 4,72 persen.

Dari keempatnya negara itu, total kontribisi mencapai 64,54 persen. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved