Akhir Juli Ini Ada Blood Moon, Begini Cara Memotret Gerhana Bulan dengan Kamera Smartphone
Seluruh gerhana bulan dan terjadinya blood moon akan terjadi pada malam 27-28 Juli selama 1 jam, 43 menit.
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: harismanto
TRIBUNPEKANBARU.COM - Jika Januari 2018 lalu kita disuguhkan peristiwa Super Blue Blood Moon, pada Juli ini masyarakat Indonesia juga berkesempatan melihat fenomena Blood Moon.
Blood moon ini juga merupakan gerhana bulan terlama di abad ke-21!
Fenomena blood moon terjadi ketika sinar matahari tersebar di seluruh atmosfer Bumi.
Jadi, kita akan melihat langit malam jadi peristiwa yang spektakuler, akan berlangsung selama hampir dua jam.
Baca: Tahukah Kamu, Gerhana Bulan Total 28 Juli Nanti Bakal Jadi Gerhana Terlama di Abad 21
Baca: Jangan Lewatkan Gerhana Bulan Juli 2018, Selain Durasi Lama, Inilah Keistimewaannya
Baca: Nenek Ini Tiba-tiba Dapat Uang Rp 15 Juta saat Gerhana Bulan, Kisahnya Viral di Medsos
Fenomena ini 40 menit lebih lama dari 'Super Blue Blood Moon' yang terjadi pada bulan Januari tahun ini.
Kapan terjadi?
Seluruh gerhana bulan dan terjadinya blood moon akan terjadi pada malam hari tanggal 27-28 Juli dan berlangsung selama 1 jam, 43 menit.
Menyadur infoastronomy.org, sebuah "Blood Moon" atau "Bulan Darah" sendiri hanya terjadi ketika puncak peristiwa gerhana Bulan total.
Peristiwa ini tidak akan menimbulkan dampak negatif, melainkan justru akan menjadi pemandangan yang sangat indah di langit.
Bulan yang biasanya berwarna putih keabu-abuan akan tampak berubah warna menjadi merah atau cokelat kemerah-merahan.
Itulah mengapa dijuluki sebagai "Bulan Darah" karena warnanya yang memang mirip dengan darah.
Nah, bagi kamu penghobi fotografi, tentu tak ingin melewatkan peristiwa langka ini dengan memotretnya.
Memang idealnya memotret kejadian seperti ini dibutuhkan peralatan yang mencukupi seperti Kamera DSLR atau Mirrorless dengan menggunakan lensa Telephoto
Akan tetapi, kamu juga bisa kok memotret Blood Moon menggunakan smartphone.
Hal itu disampaikan fotografer senior NASA, Bill Ingal.