Kepulauan Meranti
Setahun Bersandar di Kepulauan Meranti, Kapal Hibah dari Ditjen Perhubungan Laut Masih Menganggur
Setahun bersandar di Kepulauan Meranti, kapal hibah dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Laut masih menganggur
Penulis: Teddy Tarigan | Editor: Nolpitos Hendri
Setahun Bersandar di Kepulauan Meranti, Kapal Hibah dari Ditjen Perhubungan Laut Masih Menganggur
TRIBUNPEKANBARU.COM, KEPULAUANMERANTI - Setahun bersandar di Kepulauan Meranti, kapal hibah dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Laut masih menganggur.
Kapal hibah dari Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub RI itu bernama Banawa Nusantara 3 masih dianggurkan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Kepulauan Meranti.
Pantauan Tribunpekanbaru.com di pelabuhan Camat, Kecamatan Tebingtinggi pada Senin (8/4/2019) kapal yang informasinya diperuntukkan sebagai pelayaran rakyat (Pelra) tersebut bersandar di pelabuhan Pelindo, Selatpanjang.
Baca: Diburu Polisi Dalam Kasus Narkoba, Pria Ini Malah Kedapatan Miliki Senjata Api Pabrikan
Baca: 7 Unit Rumah Hangus Dilahap Si Jago Merah di Dumai Riau, Tujuh Keluarga Kehilangan Tempat Tinggal
Baca: Video Tata Cara SHOLAT Sunat TAUBAT Menurut Ustadz Abdul Somad, Amalan Utama Sebelum Bulan Ramadhan
Tidak ada tanda-tanda bahwa kapal tersebut mengangkut penumpang dari pulau yang satu ke pulau yang lain.
Padahal, Dirjen Perhubungan Laut sengaja memberikan kapal tersebut untuk meningkatan pelayanan transportasi laut ke daerah-daerah yang belum belum terlayani oleh transportasi laut.
Seorang penjaga pelabuhan yang dititipi kapal tersebut bernama Yanto (32) saat ditemui di lokasi hari ini mengatakan bahwa kapal tersebut sudah dititpka kepadanya sejak 10 bulan yang lalu.
"Sudah dititip ke saya sejak 10 bulan yang lalu, tapi sampai sekarang gak tau kejelasannya bagaimana," ujarnya.
Dirinya mengaku kesusahan akibat kapal hibah yang dititipkan kepada tersebut, mengingat pihak dishub tidak pernah sekalipun melihat ataupun menanya kondisi kapal tersebut.

"Saya bingung sekaligus kesusahan karena ini sepertinya menjadi tanggung jawab kita," ujarnya.
Keberadaan kapal tersebut membuat beban karena harus diawasi bila hujan datang.
"Kalau hujan datang ke dalam jadi banjir, jadi kita harus minjam Roben (pompa) untuk mengeluarkan air. Kita bahkan mengeluarkan biaya untuk sewanya," ujarnya.
Baca: Tata Cara SHOLAT Sunat TAUBAT Menurut Ustadz Abdul Somad, Ibadah Penting Sebelum Bulan Suci Ramadhan
Baca: KRONOLOGI Anak Pengusaha Kelapa Sawit DIRAMPOK di Riau, Pelaku Menembak, Kepala Korban Dibacok
Baca: Anak PENGUSAHA Kelapa Sawit DIRAMPOK di Tapung Riau, Rp 200 Juta Uang untuk Membayar TBS Lenyap
Selain mengeluarkan biaya, Yanto mengaku tidak bisa tenang apabila hujan tiba apalagi saat tengah malam.
"Kalau tengah malam datang, mau gak mau tetap harus nyari alat pompa untuk mengeluarkan air, kalau tidak banjir bisa membuat kapal tenggelam. Orang rumah (keluarga) bahkan menggerutu karena ini," ujarnya.
Dirinya mengatakan sudah beberapa kali mencoba untuk berkoordinasi dengan pihak Dishub Kepulauan Meranti, namun belum membuahkan hasil apa-apa.