Temuan LSM Terkait Kerusuhan 22 Mei 2019, Inilah yang Memicu Terjadinya Bentrokan
Temuan LSM Terkait Kerusuhan 22 Mei 2019, Inilah yang Memicu Terjadinya Bentrokan
Temuan LSM Terkait Kerusuhan 22 Mei 2019, Inilah yang Memicu Terjadinya Bentrokan
TRIBUNPEKANBARU.COM- beberapa lembaga swadaya masyarakat ikut memantau peristiwa kerusuhan pada tanggal 22 Mei 2019 lalu.
Ternyata dri pantauan tim LSM ini didapatkan beberapa hal yang diungkapkan ke publik.
Diantaranya sulitnya akses mengetahui yang jadi korban kemudian tindak kekerasan oleh aparat penegak hukum
Baca: Ditemukan Kejanggalan dari Luka Tembak Korban Rusuh 22 Mei, Posisi Luka Hingga Identitas Pengantar
Baca: Dihajar Polisi Saat Rusuh 22 Mei, Pria Ini Ternyata Masih Hidup, Alami Luka di Wajah dan Kepala
Baca: POLISI Mengaku Salah Usai Beredar Video Brimob Pukuli Pria Peserta Aksi 22 Mei, Tak Sesuai SOP
Baca: Inilah 11 Orang Terduga Provokator 22 Mei di Bawaslu, Ternyata Mereka Mengincar Untuk Serang Jokowi
Beberapa lembaga swadaya masyarakat melakukan pemantauan terhadap aksi kerusuhan yang terjadi di beberapa titik di Jakarta pada 21-22 Mei 2019.
Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia ( YLBHI) Asfinawati menuturkan temuannya seperti kekerasan terhadap jurnalis hingga sulitnya akses kepada orang yang ditangkap.
"Mulai dari tindak kekerasan, banyaknya korban, kemudian adanya juga kekerasan terhadap jurnalis, bahkan tim medis, dan ada hambatan untuk mengunjungi orang yang ditahan termasuk keluarga dan advokat," ungkap Asfinawati di Gedung YLBHI, Jakarta Pusat, Minggu (26/5/2019).

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan saksi, informasi dari media, pernyataan pemerintah, penelusuran dokumen, dan analisis hukum.
Baca: Inilah 11 Orang Terduga Provokator 22 Mei di Bawaslu, Ternyata Mereka Mengincar Untuk Serang Jokowi
Baca: Usut Tuntas Kasus Kekerasan 20 Jurnalis Saat Meliput Aksi 22 Mei
Menurut catatan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) terdapat 20 wartawan yang bertugas dalam peristiwa tersebut dan menerima kekerasan langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui media sosial.
Kemudian, Amnesty International Indonesia menuturkan, para terduga perusuh yang ditangkap juga diduga mendapatkan kekerasan oleh aparat.
"Kawan-kawan di sini memantau, mereka yang ditangkap itu diperlakukan oleh kekerasan juga," tutur peneliti Amnesty, Papang Hidayat, pada konferensi pers yang sama.
Catatan Amnesty lain adalah simpang siurnya informasi mengenai data korban karena sulit untuk mengakses hal tersebut.
"Untuk korban tewas dan yang penggunaan peluru tajam, itu memang temuan langsung itu sulit, akses ke rumah sakit terbatas," tutur Papang.
Sementara itu, para LSM juga memperhatikan penyebab dari terjadinya peristiwa tersebut.
Koordinator Kontras Yati Andriani menuturkan bahwa salah satu pemicunya adalah komentar dari kedua kubu.
Selain itu, banyak pula narasi di media sosial yang menunjukkan ajakan untuk menyebarkan kebencian.
