Supir Enggan Masuk Terminal

Terminal AKAP Dumai Mati Suri

Cuaca panas yang terik tak menyurutkan para sopir memarkirkan bus mereka di depan pintu masuk kawasan Terminal Penumpang

zoom-inlihat foto Terminal AKAP Dumai Mati Suri
net/ilustrasi
DUMAI, TRIBUN - Cuaca panas yang terik tak menyurutkan para sopir memarkirkan bus mereka di depan pintu masuk kawasan Terminal Penumpang Dumai, Jalan Kelakap Tujuh. Belasan bus beragam jenis dan ukuran, terparkir dipinggir jalan.

Sementara, sejumlah laki-laki yang mengaku sopir, berkerumun di pos jaga petugas Dinas Perhubungan (Dishub). Di antara mereka, ada yang menjajakan tiket, ada juga sibuk berdiri mengawasi situasi.

Yosi (25), calon penumpang berhasil membeli tiket yang dijajakan seorang sopir. Transaksi jual beli itu dilakukan tepat di depan pintu masuk terminal. Wanita asal Simpang Purnama, Dumai Barat ini, lebih memilih tiket yang dijajakan sopir bus di luar terminal.

"Males masuk ke dalam, jauh dan panas, lagian tidak ada orang di sana. Tak ada bus juga yang masuk. Bus-bus ini kan parkirnya di sini (di pinggir jalan)," ujar Yosi santai, Rabu (18/5).

Apa yang dikeluhkan Yosi memang betul adanya. Untuk menuju ke loket terminal hingga ke ruang tunggu, calon penumpang mesti berjalan sekitar 100 meter. Cukup beralasan bagi para penumpang untuk enggan masuk ke dalam terminal, pasalnya banyak loket-loket penjual tiket tak beroperasi.

Dari 18 loket berjejar di sana, hanya satu loket yang buka. Begitupun dengan bus-bus, saat Tribun memantau langsung, tidak ada satu pun bus terparkir di terminal seluas empat hektare itu. Padahal fasilitas terminal yang dibangun tahun 2004 itu cukup lengkap.

Selain fasilitas umum, seperti mini market dan warung nasi ada di sana. Tapi sekali lagi, tidak ada satu penumpang yang Tribun temui. Terminal itu nyaris sepi dan tidak ada aktivitas. Malah, ruangan khusus petugas Dishub dibiarkan kosong.

Tribun hanya menemui seorang pemilik mini market, penjaga loket tiket PMP, dan penjual warung nasi. "Ya begini ini, bikin suntuk. Kadang tak ada penumpang sama sekali. Kadang hanya ada tiga. Bus-bus pun jarang ada yang masuk," ujar Amir, agen penjualan tiket Dumai- Sumatara Barat, Dumai-Pekanbaru, dan Dumai-Jawa.

Loket dijaga Amir adalah satu-satunya loket yang buka saat siang itu. Deretan belasan loket saling berdampingan itu nampak tertutup. "Bunuh diri namanya kalau masuk ke terminal. Satu hari di dalam, pasti tak dapat penumpang. Sudahlah bayar iuran masuk, tapi penumpang tak dapat, " ujar Hartanto (50), sopir Bus Handoyo.

Tak hanya Hartanto yang mengeluhkan itu. Joko, sopir Sinar Riau, lebih-lebih sangat kecewa dengan aturan Dishub Dumai. "Dulu, saya rajin masuk terminal. Sekarang jadi males, lihat saja, sementara kita mematuhi aturan, ternyata banyak bus-bus yang cari penumpang di luar, dan dibiarkan oleh petugas, ada apa ini?" ujar Joko bersemangat.

Dalil lainnya yang dipegang para sopir adalah jarak terminal jauh dari pusat kota. Penumpang lebih memilih menunggu bus di lintasan pintu masuk Dumai, seperti di Bukit Kapur dan Bukit Timah.

"Penumpang yang tinggal di Sudirman atau dekat kota, pasti nunggu busnya di Simpang Bukit Timah. Ngapain jauh-jauh ke terminal Kelakap,"ujar Hartanto.
Dari pengalamannya setiap hari, Ia hanya bisa membawa tak kurang dari lima penumpang dari Kelakap Tujuh. "Nyaris penghasilan kita berkurang gara-gara terminal pindah. Dulu, saat terminal masih di Jalan Sudirman (pusat kota), kalau masuk terminal sudah dipastikan kursi akan penuh," ujar Hartonto.

Kini, tidak masuk terminal, hanya parkir di pintu masuk saja, Hartanto hanya dapat lima penumpang. "Lima itu paling banyak," ujar lelaki yang sudah 18 tahun berprofesi sopir itu.

Tahun 2004, Pemerintah Kota Dumai melakukan penataan kota dan perluasan jalan, mengalihkan terminal AKAP Sudirman ke Kelakap Tujuh. "Bisa dikatakan ini proyek tak jalan. Tetapi akan coba kita benahi. Terutama mendisplinkan pemilik Perusahaan Otobis (PO) dan sopir-sopir bus agar masuk ke terminal," ujar Kepala Dinas Perhubungan, Marwan.

Marwan bahkan perjanji, pertengahan Mei ini, Dishub akan menurunkan personel untuk mendisplinkan bus-bus dan para sopir yang tak masuk terminal. Marwan mengakui, perilaku sopir lebih memilih mencari penumpang diluar, karena tidak tegasnya penegakan aturan.

"Iya, bebasnya sopir dan PO menarik penumpang diluar terminal itu karena kekurangtegasan anggota kami. Tapi, awal pekan ini, semua akan ada sangsinya."ujar kepala dinas yang baru dilantik Agustus 2010 lalu.

Apa langkah konkritnya? "Kami sudah surati PO untuk tidak lagi menjual tiket di kantornya. Tetapi membuka penjualan di terminal. Jika tidak, maka izin operasinya dicabut," ujar Marwan. Disebutkannya, ada sekitar 50 PO yang beroperasi di Kota Dumai. Tapi tak lebih dari 15 PO yang sudah mendaftarkan izinnya.

"Kami masih kurang serius, menjadikan terminal penumpang sebagai sumber PAD. Olehkarenanya, konsentrasi kami untuk pembenaan terminal masih kurang," ujar Kabid Angkutan Darat, Rehant. (nng)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved