Pasien ini Meninggal Dunia Gara-gara Listrik Mati di RSUD
"Sebenarnya kalau kami mau jujur, sangat banyak persoalan yang ada di RSUD. Contoh kasus seperti pelayanan listrik yang tidak memadai," kata dr Anda
TRIBUNPEKANBARU.COM, PANGKALAN KERINCI - Ketua Komite Medik RSUD Selasih, Kabupaten Pelalawan, dr Anda Citra Utama, mengungkapkan, banyak persoalan di RSUD Selasih. Mulai dari masalah listrik, pelayanan, hingga BPJS.
"Sebenarnya kalau kami mau jujur, sangat banyak persoalan yang ada di RSUD. Contoh kasus seperti pelayanan listrik yang tidak memadai," kata dr Anda dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPRD Pelalawan bersama manajemen RSUD Selasih, dan Komite Medik, Rabu (3/2/2016).
Diungkapkannya, pada Selasa (2/2/2016), seorang pasien mengalami trauma dan pendarahan di bagian perut. Dokter yang mengani langsung melakukan upaya pertolongan.
Namun sejurus kemudian, dokter tidak bisa melakukan tindakan. Pasalnya listrik di rumah sakit tiba-tiba padam dan ketika ditunggu-tunggu tak kunjung hidup.
Padahal pasien dalam kondisi sekarat. Alhasil dirujuk ke Pekanbaru dan akhirnya meninggal dunia.
Masalah lain, terkait pelayanan pasien BPJS kelas 1 yang tak bisa dirawat di RSUD, lantaran ruang rawat inap kelas 1 dipakai sebagai gudang obat-obatan. Selain itu, pelayanan oksigen belum memadai.
Karena sentral oksigen belum terwujud sampai saat ini. Imbasnya alat-alat seperti fentilator dan air preasur dan lain-lain kurang berfungsi. Poliklinik layanan spesialis juga kurang. Akibatnya pelayanan ortopedik bersama-sama dengan pasien HIV/AIDS.
"Kita berharap fasilitas kecil mohon didahulukan, ketimbang membeli barang-barang seharga miliaran. Jangan mengejar prestise tapi meniadakan kualitas pelayanan. Contoh kecilnya stetoskop, timbangan, pispot, dan peralatan kecil lain sulit ditemukan," tambahnya.
Belum lagi terjadi kemacetan pelayanan di registrasi atau pendaftaran. Disebabkan oleh komputer dan jaringan yang terbatas. Kemudian karyawan yang berlebihan seperti tenaga bidan sangat banyak dibanding tenaga bidang lain.
"Ini juga catatan bagi manajemen. Alokasi untuk pendidikan dokter harus lebih banyak dibanding biaya perjalanan dinas pejabat RSUD. Bawa kami untuk membicarakan dan menuntaskan masalah yang ada," tegasnya.
Mendengar semua keterangan rinci itu, Direktur RSUD Ahmad Kerinen, sepertinya gerah. Ia menjawab semua pertanyaan dengan nada tinggi dan ekspresi kaku.
Ahma Kerinen membeberkan prestasi yang ditorehkan rumah sakit dalam pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan perubahan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sejak tahun 2014 lalu.
Pada tahun 2012 PAD hanya mencapai Rp 400 juta, meningkat pada tahun 2013 Rp 2 miliar. Setelah BLUD tercapai pendapatan merangkak naik menjadi Rp 3 miliar dan terakhir pada 2015 sekitar Rp 12 miliar.
"Kekurangan ruang rawat inap sebenarnya tahun 2014 lalu dianggarakan gedung rawat inap. Namun kontaktor pelaksana membangun tidak sesuai dengan perencanaan. Alhasil gedung tak bisa dipakai dan proyek tak kami bayar satu sen pun," tuturnya.
Ahmad Kerinen menerangkan, tahun 2015 lalu anggaran pembangunan gedung baru juga ada. Lantaran adanya pengurangan anggaran, akibatnya proyek itu dicoret.