Mobil Satu Keluarga Kena Tembak
Tak Disangka, Ternyata Polisi 'Koboi' dan Korban Tewas yang Diberondong Peluru Berstatus Saudara
"Mereka baru tahu keluarga setelah kejadian ini. Bahwa keluarga KE dan Surini masih ada hubungan keluarga,"
TRIBUNPEKANBARU.COM, LUBUKLINGGAU - Brigadir KE, anggota Sabhara Mapolres Lubuklinggau, terduga penembak Surini (55) hingga meninggal dunia pada Selasa (18/4/2017) kemarin, ternyata masih ada hubungan saudara.
Kapolres Lubuklinggau AKBP Hajat Mabrur Bujangga menyatakan, berdasarkan informasi dari rumah duka saat berkunjung, KE ternyata masih ada hubungan keluarga dengan almarhumah Surini.
"Mereka baru tahu keluarga setelah kejadian ini. Bahwa keluarga KE dan Surini masih ada hubungan keluarga," ungkapnya.
Baca: Berjiwa Besar terkait Hasil Pilkada DKI, Ahok Bilang Tak Ada Rencana Gugat ke MK
Namun, ia juga menegaskan, meskipun masih ada hubungan keluarga, proses hukum tetap berjalan, yang saat ini masih dalam pemeriksaan oleh petugas.
"Sanksi terberat bisa disel. Tapi kita lihat perkembangan selanjutnya. Bisa jadi lebih berat lagi. Bisa jadi PDTH, tapi kita tunggu hasil selanjutnya saja," tutur Hajat.
Brigadir KE lulusan Bintara 2007. Dalam kesehariannya, KE dikenal baik oleh para rekannya. Bahkan, beberapa rekannya yang berdinas di Mapolres Lubuklinggau, Sumatera Selatan tidak menyangka sama sekali jika KE akan dinyatakan lalai dalam menjalankan tugas.
Selain dikenal baik, KE juga dikenal sebagai pribadi yang tak banyak berulah. Setiap tugas yang dijalankan selalu dilakukannya dengan baik. Selama berdinas di Mapolres Lubuklinggau, KE pernah dihukum oleh Provos karena melakukan tindakan indispliner.
"Dia (KE) tidak pernah nyeleneh, dia dikenal baik oleh para temannya. Kita tidak menghukumnya. Itulah sebabnya dia dipercaya megang senpi, karena dia baik," ungkap Kasie Propam Mapolres Lubuklinggau Iptu Awaludin.
KE sedang dalam penyelidikan oleh anggota, dan sekarang sudah ditempatkan di lokasi khusus.
Kasus penembakan di Kota Lubuklinggau rupanya memancing kecaman dari banyak pihak.
Salah satunya dari Ombudsman RI. Lewat Ketuanya, Prof Amzulian Rifai, Ph.D, Ombudsman mengutuk keras perbuatan tersebut.
Menurut Amzulian Rifai, polisi jangan menjadi koboi jalanan. Apalagi aksi tembakan tersebut menyebabkan satu orang meninggal.
"Sungguh memalukan polisi menembak kendaraan sedan sarat penumpang anak-anak dan orang tua hanya karena menghindar dari razia di kota Lubuk Linggau wilayah hukum Polda Sumatera Selatan. Tembakan langsung merenggut satu nyawa penumpang sedan. Polisi profesional harusnya menghentikan laju kendaraan tidak dengan tembakan yang mematikan," tegasnya.
Dikatakannya, dengan aksi gegabah ini anggota polisi itu telah merusak citra Polri. Karena itu harus ada tindakan tegas dan cepat untuk kasus ini.
"Tindakan ini hanya memperburuk citra Polri yang memang sedang tidak bagus. Kejadian yang merugikan ditengah upaya keras pimpinan Polri meraih 'trust' dari publik. Kita berharap Kapolda menindak tegas anggota Polri yang sudah bertindak seperti koboi tersebut dan sudah mencabut nyawa orang tanpa alas hak yang kuat," ucapnya.
Selain itu, dia juga berharapa Kapolda Sumsel sebagai orang paling bertanggung jawab karena kejadian terjadi diwilayahnya, harus cepat mengambil tindakan tegas.
"Semoga Kapolda dapat bertindak cepat supaya tidak berlarut yang justru sangat merugikan bagi institusi Polri. Harus juga di evaluasi kepatutan seorang anggota memegang senjata api ditengah keramaian masyarakat yang belum tentu mengharuskan untuk itu apalagi meletuskan senjatanya secara sembarangan jauh dari profesionalitas. Publik menantikan tindakan profesional dan terbuka dari Kapolda Sumatera Selatan," tandas Amzulian Rifai.
(TribunSumsel/Eko Hepronis)
