EKSKLUSIF
Kami Tak Punya Duit, Ratusan Ribu Anak di Riau Tidak Bersekolah
Saat ditanyakan keinginan untuk bersekolah, keduanya menjawab serempak ‘iya’ dengan penuh semangat. "Tapi, duit darimana bang?" kata Yanto.
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Di bawah teriknya sinar matahari, dua bocah menyusuri gang-gang kecil di bilangan Jalan Gajah Mada, Pekanbaru, Senin (1/5/2017) siang. Dengan kantong plastik besar di punggung, mereka mengais barang-barang bekas yang bernilai jual.
Mereka adalah Yanto Zega dan Apriyanto Zega, bocah yang putus sekolah di usia belia, masing-masing 12 dan 11 tahun.
Dengan kepala tertunduk, mereka bercerita tidak bisa mengecap pendidikan dari tiga tahun lalu sejak pindah dari kampung halaman.
Orangtua membawa mereka ke Riau, meninggalkan kampung mereka di Pulau Nias yang beberapa tahun silam porak-poranda dihantam gelombang tsunami.
Kedua bocah tinggal bersama orangtua di Jalan Sutomo. Orangtua mereka sehari-hari juga mencari barang bekas.
"Satu harinya bisa ngumpulin uang Rp 30 ribu lah, cukup buat makan,” ujar Yanto lirih.
Saat ditanyakan keinginan untuk bersekolah, keduanya menjawab serempak ‘iya’ dengan penuh semangat. "Tapi, duit darimana bang?" kata Yanto.
Tribun coba menanyakan apakah mengetahui Program Wajib Belajar 9 Tahun dari pemerintah, keduanya terdiam dan menggelengkan kepala.
"Ndak tahu kami bang, kalau pun ada gimana cara mengurusnya dari Nias sana ke sini. Jauh dan susah lah," katanya.
Kini hidup kedua bocah banyak dihabiskan di jalan.
Sebagai pemulung, setiap harinya mereka menempuh rute dari Jalan Sutomo lalu ke Pasar Sukaramai, lanjut ke Gobah dan kembali lagi ke rumah sore harinya.
Sementara di salah satu pusat perbelanjaan di Jalan Soekarno-Hatta, Pekanbaru, ada Roni Sitanggang, 15 tahun.
Ia putus sekolah sejak terakhir duduk di bangku kelas 6 SD.
Sembari mengatur motor pengunjung, Roni mengisahkan tak bisa lanjut sekolah akibat ketiadaan biaya.
"Ibu kerja di Pasar Pagi Arengka, jualan buah. Sedangkan bapak sudah pergi entah kemana. Duit dari mana kalau sekolah?" kata dia.