Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Siak

Peringatan HPI 2017, Sutardji dan Iyut Fitra Ikut Baca Puisi di Siak

Sebuah persembahan dari Sutardhi untuk kabupaten Siak, di mana puisi itu dilahirkan sebelum tiba di Negeri Istana.

Penulis: Mayonal Putra | Editor: M Iqbal
TribunPekanbaru/Mayonal Putra
Kepala Dinas Pariwisata Siak, Fauzi Azni memperlihatkan buku puisi "Lelaki dan Tangkai Sapu" saat difoto bersama penulis buku itu, Iyut Fitra, Kamis (3/8/2017) malam, di gedung Tengku Mahratu, Siak. 

Laporan wartawan Tribun Pekanbaru, Mayonal Putra

TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri turut hadir pada peringatan Hari Puisi Indonesia (HPI) di Siak, yang berlangsung 3-6 Agustus 2017. Pada malam pembukaan, Kamis (3/8/2017), ia ikut membacakan puisi di hadapan ratusan penyair Asia Tenggara.

Tampil di penghujung acara pembukaan, Sutardji membacakan 3 puisi. Salah satunya puisi berjudul "Siak". Sebuah persembahan dari dia untuk kabupaten Siak, di mana puisi itu dilahirkan sebelum tiba di Negeri Istana.

Ia merasa senang bisa hadir di Siak atas undangan penyelenggara, yakni komunitas Rumah Sunting. Meskipun mulai tampak menua, namun semangatnya tetap muda. Air mukanya begitu cerah saat dijumpai awak media di gedung Tengku Mahratu, tempat kegiatan itu dihelat.

"Ya, beginilah sehat-sehat orang tua," jawab dia kala disapa Tribun.

Pada malam pembukaan HPI 2017 itu, penyair asal Payakumbuh, Sumatra Barat, Iyut Fitra juga tampil membacakan sebuah puisi karyanya sendiri. "Setelah Hari Ganjil Itu", sebuah puisi yang terbit di Harian Kompas, 8 Oktober 2016 lalu, dan menjadi bagian III pada kumpulan buku puisi terbarunya, Lelaki dan Tangkai Sapu.

Kuyut, begitu ia suka dipanggil, tampil dengan gaya khasnya sendiri. Didahului dengan bait dan irama dendang Minang, kemudian suaranya bulat, ia tampak khusuk kala melantunkan kalimat demi kalimat.

Ia tampak mendalami makna puisi itu. Tiba saatnya suaranya tinggi dan kedua telapak tangan terbuka berada tinggi di atas kepalanya, suasana ruangan malam itu terasa kian khidmat.

Ribuan pasang mata tertuju kepadanya, seakan-akan terbawa dengan puisi yang ia bacakan.

Kuyut, pria berambut gondrong itu sudah melahirkan banyak puisi, dan tersebar di berbagai media dan buku antologi puisi. Di antara bukunya yang sudah terbit adalah Musim Retak (kumpulan puisi/2006), Dongeng-dongeng Tua (kumpulan puisi /2009), Beri Aku Malam ( kumpulan puisi/2012), Orang-orang Berpayung Hitam (kumpulan cerpen/2014), Baromban (kumpulan puisi/2016), dan Lelaki dan Tangkai Sapu (kumpulan puisi/2017).

Ia juga termasuk sastrawan yang konsisten. Terbukti, ia hingga kini masih aktfi di komunitas INTRO Payakumbuh. Sebuah komunitas seni dan sastra yang diperhitungkan di Sumatra Barat.

Malam pembukaan HPI 2017 itu juga dihadiri Bupati Siak, Drs H Syamsuar MSi, Sekdakab Siak, Tengku Said Hamzah, serta pegiat seni budaya di Siak. Syamsuar juga ikut membaca puisi, begitupun penyair lain asal Vietnam, Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura.

"Seniman yang datang dengan kesadaran sendiri, dengan biaya sendiri, hanya ingin melihat Siak secara langsung kemudian menulis puisi dari apa yang dilihat di Siak ini," ungkap Kunni, dari pihak Rumah Sunting.

Pada malam itu, para penyair itu juga mempersembahkan antologi pusisi dengan judul Menderas Sampai ke Siak dan Mufakat Air. Dalam buku itu terdapat 99 puisi karya penyair Indonesia.

Sementara itu, Syamsuar mengaku bangga dengan kehadiran seniman dari berbagai pelosok negeri itu. Ia mengatakan, kota Siak adalah kota kecil namun dalam khzanahnya adalah sejarah Kerajaan Melayu Islam.

"Kami senantiasa melestarikan cagar budaya, dari bukti-bukti sejarah yang ada pada saat ini. Sehingga orang mau datang ke sini," ungkap Syamsuar.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved