SLB Sekar Meranti

Asalkan Muridnya Mau Sekolah, Kepsek Ini Rela Datang Antar Jemput Langsung

Ia keliling dari dusun yang satu ke dusun yang lain untuk menjemput murid-murid Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekar Meranti.

Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Ariestia
Tribun Pekanbaru/Guruh Budi Wibowo
Murid SLB Sekar Meranti, Anak Setatah Rangsang Barat diantar dan dijemput menggunakan gerobak, Sabtu (27/8/2017). 

Laporan Reporter Tribun Pekanbaru, Guruh BW

TRIBUNPEKANBARU.COM, SELATPANJANG - Pagi-Pagi sekali Syafrizal menarik gerobak dengan sepeda motornya.

Ia keliling dari dusun yang satu ke dusun yang lain untuk menjemput murid-murid Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekar Meranti, Desa Anak Setatah Rangsang Barat, Kepulauan Meranti.

Bagi Syafrizal, menjemput anak muridnya sudah menjadi rutinitas setiap pagi.

Ia juga harus mengantar anak muridnya kembali ke rumah seusai jam sekolah.

Baca: Siswa SDN 025 Sekip Hilir Terpaksa Menumpang, Begini Kondisi Bangunan Sekolahnya

Kepala SLB Sekar Meranti, Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat, Syafrizal mengantar para muridnya menggunakan gerobak kayu, Sabtu (27/8/2017).
Kepala SLB Sekar Meranti, Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat, Syafrizal mengantar para muridnya menggunakan gerobak kayu, Sabtu (27/8/2017). (Tribun Pekanbaru/Guruh Budi Wibowo)

Untuk menjemput ataupun mengantar para muridnya, Syafrizal harus menempuh jarak hingga 8 kilometer dengan waktu sekitar 1 jam.

Di Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat rutinitas Syafrizal sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat setempat.

Padahal Syafrizal adalah kepala sekolah sekaligus ketua yayasan di SLB tersebut.

"Jika tidak dijemput, anak-anak tidak ada yang datang ke sekolah. Saya harus jemput mereka satu per satu agar mereka tetap sekolah," ujar Syafrizal saat ditemui di Desa Anak Setatah, Sabtu (27/8/2017) kemarin.

Syafrizal menuturkan, ia harus menjemput dan mengantar para muridnya karena sebagian orangtua murid tidak bisa melakukannya.

"Orangtua banyak yang tidak sempat mengantar dan menjemput anak-anaknya karena dari pagi hingga sore mereka di ladang dan ada yang menangkap ikan di laut. Sementara anak murid saya menyandang Disabilitas," ujarnya.

Ia juga harus mengantar dan menjemput anak didiknya setiap hari karena tidak ada guru lain yang sanggup melakukannya, sebab 5 guru lainnnya adalah perempuan.

Baca: Kisah Si Penjual Ikan Keliling di Meranti Dirikan Sekolah Gratis Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Sementara, untuk melakukan hal itu harus memerlukan tenaga lebih.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved