SLB Sekar Meranti

Kisah Si Penjual Ikan Keliling di Meranti Dirikan Sekolah Gratis Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Saat ia berjualan ikan keliling dusun, ia melihat banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak sekolah. Lalu muncullah ide mulia..

Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Ariestia
Tribun Pekanbaru/Guruh Budi Wibowo
Rudi Hartono (baju kaos dongker) saat mengantar murid-murid SLB Sekar Meranti ke gerobak. 

Mereka tidak memiliki cukup biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya di SLB Selatpanjang.

Lagipula, untuk ke Selatpanjang mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh dan harus menyeberang laut.

Pada 2014 silam, ia mengajak adiknya, Syafrizal untuk mendirikan sekolah luar biasa di desanya.

Suami dari Suriyana ini juga mendapat dukungan istri dan keluarga lainnya.

Berbekal tabungan milik Syafrizal, mereka lantas mendirikan sebuah yayasan dan sekolah yang terbuat dari papan.

"Sampai nol saldo di rekening adik saya untuk modal mendirikan sekolah ini," ujar Rudi.

Tidak hanya itu, Syafrizal juga harus mengorbankan usahanya sebagai pengepul pinang dan getah karet karena menjadi guru sekaligus kepala sekolah di SLB tersebut.

"Saat itu kami belum memilki guru, jadi saya dan Syafrizal yang menjadi guru di sekolah ini," ujarnya.

Rudi Hartono (baju kaos dongker) saat mengantar murid-murid SLB Sekar Meranti ke gerobak.
Rudi Hartono (baju kaos dongker) saat mengantar murid-murid SLB Sekar Meranti ke gerobak. (Tribun Pekanbaru/Guruh Budi Wibowo)

Setelah bangunan sekolah berdiri, mereka mendapat kendala membujuk orangtua agar mau menyekolahkan anaknya di sekolah mereka.

Meyakinkan warga desa yang memiliki anak berkebutuhan khusus agar menyekolahkan anaknya di sekolah mereka bukan perkara yang mudah.

Pasalnya, banyak di antara mereka yang enggan karena berbagai alasan.

"Kebanyakan dari mereka pasrah dengan keadaan anak mereka. Mereka berpikir, percuma saja anaknya sekolah karena anak berkebutuhan khusus tidak memiliki harapan," ujarnya.

Meski respon orangtua masih minim, Rudi tak berputus asa. Sambil berjualan ikan, ia terus mencari anak-anak berkebutuhan khusus yang ingin sekolah.

"Setelah beberapa kali dibujuk, akhirnya orangtua bersedia menyekolahkan anaknya di SLB, namun dengan satu syarat. Harus di antar jemput," ujarnya.

Saat ini kata Rudi, sekolahnya sudah memiliki 30 murid.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved