Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kepulauan Meranti

Bujuk Orangtua Agar Izinkan Anaknya Sekolah, Perjuangan Guru di Daerah Pedalaman Ini Bikin kagum

"Banyak yang tidak mau meski gratis, tapi setelah tiga hari keliling dusun saya dapat murid juga," ujar Suardi.

Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Afrizal
tribunpekanbaru/guruhbudiwibowo
Guru SDN 10 Lukun, Desa Batinsuir, Kecamatan Tebingtinggi Timur harus menggunakan kapal pompong sebagai transportasi ke sekolah. 

Ia sempat dibantu beberapa kali oleh sejumlah guru, namun tidak ada yang bertahan mengajar di daerah pedalaman tersebut.

"Beberapa tahun kemudian saya dibantu oleh buk Desi Susanti dan Nuraini saya tarik menjadi guru disana. Mereka mau, meskipun saat itu gaji per bulan hanya Rp 350 ribu," ujarnya.

Saat ini kata Suardi, ia sudah memiliki 7 guru untuk mengajar anak-anak Suku Akit di SDN 10 Lukun, Desa Batinsuir.

"Alhamdulilah, empat guru saya sudah masuk sebagai honor daerah. Sedangkan yang lainnya masih honor sekolah," ujar Suardi.

Suardi juga merasa bersyukur, sebab saat ini sekolah yang ia kelola sudah menyandang status sekolah negeri.

"Sejak menjadi sekolah negeri pada 2005 lalu, sekolah mendapat bantuan kelas baru sebanyak tiga kelas oleh provinsi," ujarnya.

Baca: Begini Serunya Ratusan Anak Yatim Diajak Nobar Film Duka Sedalam Cinta

Baca: 2 Bulan Terakhir Ini NW Selalu Aniaya Anak Kandungnya, Polisi Lakukan Tes Kejiwaan

Sementara itu, Kepala Desa Batinsuir, Tarmizi mengakui keuletan Suardi untuk membuka akses pendidikan di desanya.

Menurut Tarmizi, sebelum adanya sekolah tersebut berdiri tidak satupun  anak-anak di Dusun Parit III yang sekolah.

"Sebab, Dusun Parit III terpisah oleh Sungai Batangbuah," ujarnya.

Sementara anak-anak dusun lainnya yang ingin seolah harus ke desa tetangga, Desa Lukun.

"Sebab, desa kami cuma memiliki satu sekolah saja, yaitu SDN 10," ujarnya.

Tarmizi berharap, baik Pemkab Meranti maupun provinsi bisa memberikan perhatian khusus bagi pembangunan di desanya agar perekonomian masyarakat meningkat.

"Anak-anak desa banyak tidak sekolah karena harus membantu orangtua mencari makan. Warga kami banyak yang miskin, mereka bekerja mencari kayu bakau untuk dijual. Kami berharap pemerintah daerah dan provinsi bisa mencarikan solusinya," ujarnya.(*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved