Umat Kristiani Bakal Rayakan Hari Rabu Abu, Begini Sejarahnya
Abu adalah tanda pertobatan. Pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil”
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Firmauli Sihaloho
Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu.
Oleh karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to dust you shall return).”
Dalam ibadat gereja-gereja di seluruh dunia, abu pembakaran daun palem dicampur dengan air atau minyak suci, lalu diberikan dalam bentuk tanda salib di dahi umat.
Baca: Foto Pelukan dengan Lucinta Luna Tersebar, Pengakuan Mike Lewis Mengejutkan! Ngaku Dimanfaatkan
Abu daun palem yang digunakan pada Rabu Abu berasal dari perayaan Minggu Palem tahun sebelumnya.
Minggu Palem merupakan perayaan kembalinya Yesus ke Jerusalem saat Ia disambut kerumunan orang yang melambaikan daun palem atau palma.
Baca: Catat, Ini Hal Spesial yang Kamu Alami di Hari Valentine 2018 Berdasarkan Zodiak
Baca: Unik! Seluruh Anggota Keluarga di India Terlahir dalam Kondisi yang Sama, Begini Kisahnya
Pemberian tanda salib dengan abu itu disertai kata-kata, "Bertobatlah, dan percaya pada Injil" (Markus 1:15) atau "Ingat bahwa kamu berasal dari debu, dan kamu akan kembali menjadi debu" (Kejadian 3:19).
Rabu Abu merupakan awal masa Pra-Paskah, periode pertobatan dan refleksi selama 40 hari yang memperingati pencobaan dan pergumulan yang dihadapi Yesus selama periode yang sama di padang pasir.
Praktik menandai dahi dengan simbol tobat, berkabung, dan kematian pada awalnya dijalankan Gereja Katolik Roma.
Namun, Christian Today mencatat bahwa Gereja Metodis, Episkopal, Presbiterian, Lutheran, dan denominasi Protestan lainnya kini juga mempraktikkannya.