Trans Celebes Bicycle Touring
Tafakur di Makam Tuanku Imam Bonjol, Tasman dan Pesepeda Lainnya Berhasil Tempuh 2.000 Km
Atap Bagonjong di kompleks makam Tuanku Imam Bonjol mengingatkanku akan kampung halaman menjadi penanda yang khas dari Rumah Adat Minangkabau
Sambil ngos-ngosan mengatur nafas saya tanya sama supir bus rencana mau kemana dia menjawab sambil becanda "Kita akan kembali ke Palu om" katanya. Aduh masih sempat becanda dia,Palu kan di Sulawesi tengah. Ah sudahlah,aku sudah nggak peduli kemanapun dibawa yang penting keluar dari daerah rawan longsor tersebut.
Dibandingkan menunggu yang tak jelas lebih baik berangkat dan kita masih punya harapan dan tujuan saat ini. Om Syaiful mencoba buka GPS memastikan posisi kita ternyata posisi mengarah ke selatan dan sebelum kota Baroko dan di desa Nanasi belok kiri menuju kota Mobagu dan menelusuri jalan yang ujungnya sampai di Danau Moat. Yaitu danau kecil dan jalan yang jarang dilewati kendaraan.
Ranting ranting pohon yang rendah sering tertabrak badan kendaraan yang menimbulkan bunyi pletak..pletuk. Sopir bus agak kewalahan menelusuri jalan kecil yang belum dikenalnya di malam yang gelap tanpa penduduk.
Perasaan agak tegang juga dengan kodisi jalan yang kecil dan berlobang-lobang ini. Aku coba perhatikan di Google Map nama jalannya Trans Kota Mobagu dan akhirnya setelah 8 jam perjalanan kami keluar dekat Benteng Portugis Amurang. Lokasinya bisa tembus ke jalan Trans Sulawesi kabupaten Amurang yang sudah melewati tempat bencana longsor Blongko. Bus mulai berjalan normal tenang di pagi yang dingin itu.
Aku lihat Om Bambang, Om Widodo terkulai layu tidur mengikuti goyangan bus di bangku paling belakang. Didepan mereka berjejer sepeda kami. Kami terlalu lelah untuk mengamankan sepeda agar tidak lecet. Ternyata sewaktu sampai di Manado beberapa bagian dari frame sepeda ada yang lecet.
Aku duduk di kursi kedua dari belakang. Di sebelahku Om Syaiful tertidur pulas. Begitu juga mataku mulai terpejam diayun lembut bus dijalan yang mulus hingga kernet bus membangunkanku bahwa kita sudah sampai di kota Manado.
Baca: Bergelimang Harta dan Kemewahan, Siapa Sangka Artis Ini Punya Rumah Seperti Ini, Jangan Kaget Ya
Aku lihat jam menunjukan pukul 00.30 tengah malam dan hujan masih turun deras. Tidak banyak terlihat orang disitu hanya beberapa angkot dan sopirnya menunggu dengan penawaran jasa angkutannya. Dari papan nama di warung menunjukan bahwa kita berada di terminal bus Malalayang Dua Manado.
Sepeda dan barang yang tempatnya berserakan di bus kami kumpulkan di lantai terminal yang basah dan becek oleh genangan hujan lalu memasang semua perlengkapan barang-barang di sepeda.
Ada beberapa sopir angkutan yang menawarkan jasanya untuk mengantar kami ke penginapan. Tapi dengan halus kami tolak karena kami mengatakan akan pergi ke masjid.
Tengah malam yang sepi masih diliputi hujan rintik-rintik sepeda kami bergulir lagi menuju ke masjid Asmaul Husna di kecamatan Malalayang yang tidak jauh dari terminal bus. Tidak ada Marbot atau penjaga masjid waktu itu. Tapi alhamdulillah pagar masjid tidak di kunci jadi kami masuk saja dan sholat serta istirahat di terasnya.
Ziarah ke Makam Tuanku Imam Bonjol
Subhanallah terasa lega setelah badan dikeringkan dan melakukan sholat magrib dan isya yang di jamak takhir. Selesai subuh kami dapat pesan singkat om Herri Parera dari komunitas sepeda Manado bahwa beliau menjemput kami. Hingga akhirnya bertemu di sebuah warung nasi Briani di jalan RW Mongonsidi kearah Pineleng.
Selesai sarapan kami lanjut ziarah ke makam Tuanku Imam Bonjol di sebuah Desa Lota. Desa Lota saat ini adalah sebuah desa kecil di Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Tak jauh dari Kota Manado.
Jarak tempuhnya hanya sekitar 9 km jalan cukup datar sedikit ada rolling terasa enak untuk bersepeda pagi itu. Di samping jembatan, belok kiri ada sebuah gapura bertuliskan ‘Gerbang Menuju Makam Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol’.
Kami masuk ke jalan kecil beraspal dan menanjak. Di pinggir jalan ada beberapa rumah penduduk. Semakin ke dalam, Lota terkesan tenang, asri dan sejuk. Tak heran terdapat beberapa biara Katolik di sini.