Lihat Jejak Kaki yang Ditemukan Tim BBKSDA, Merinding, Pengakuan Karyawan Sering Bertemu Harimau
Kemunculan dan perjumpaan harimau sumatera dengan karyawan perkebunan beberapakali terjadi kali terjadi, namun belum bisa dilakukan penangkapan
Penulis: Budi Rahmat | Editor: Budi Rahmat
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU- Keberadaan Harimau Sumatera, Bonita sejauh ini masih dicari.
Segala upaya sudah dilakukan tim dari BBKSDA untuk bisa menyelamatkan harimau yang diduga menjadi tersangka penerkam dua orang warga di wilayah Pelangiran, kabupaten Indragiri Hilir.
Pendekatan dilakukan untuk mengetahui gerak-gerik dan kebiasaan Bonita.
Kemudian mengambil tindakan dengan melumpuhkan saaat Bonita lewat bius.
Namun usaha tersebut belum juga membuahkan hasil.
Baca: Syok dan Terjaga Tengah Malam Ditahanan KPK, Zumi Zola Minta Dibawa Buku Agama
Usaha selanjutnya adalah dengan mendatangkan pawang yang diharapkan bisa memberikan pengaruh untuk menjinakkan Bonita.
Pawang dari Aceh awalnya yang diharapkan untuk bisa membantu upaya penyelamatan.
Namun usaha tersebut belum juga membuahkan hasil yang diharapkan.
Baca: 3 Bulan 25 Kali Beraksi Komplotan Jambret di Pekanbaru Ini Ternyata Kenalan Lewat Dunia Maya
Tidak ingin berlama-lama dengan kondisi Bonita yang masih liar, Tim BBKSDA Riau kemudian mendatangkan seorang Sakti.
Bule asal Kanada yang dikenal ahli dalam bidang Animal Communicator.
Dan sampai 99 hari pencarian untuk penyelamatan Bonita, tim masih bekerja.
Tim Nampaknya masih berharap banyak pada kemampuan Sakti untuk bisa menaklukkan Bonita.
"Upaya penyelamatan bonita tetap terus dilakukan. Tim tetap fokus di lapangan. Camera trap dan box trap tetap terpasang," ungkap Humas BBKSDA Riau, Dian Indriati Rabu (11/4/2018).
Ditambahkannya Sakti masih bersama kawan-kawan di lapangan dengan dukungan tokoh dusun danaupun masih tetap terjaga.
"Kemunculan dan perjumpaan harimau sumatera dengan karyawan perkebunan beberapakali terjadi kali terjadi, namun belum bisa dilakukan penangkapan.
Baca: Istrinya Diciduk Saat Buang Alat Bukti, Bandar Narkoba di Rohul Tiba-tiba Datangi Kantor Polisi
Kepala Bidang I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Mulyo Hutomo mengatakan bule bernama Sakti ini mengerti tentang frekuensi suara yang dikeluarkan binatang, termasuk si Bonita yang sudah 3 bulan lebih menebar teror di desa tersebut.
"Setiap suara itukan ada frekuensinya, suara manusia juga begitu, kita saja yang terkadang tidak memahaminya," sebutnya kepada wartawan, Selasa (3/4/2018) lalu
Menurut Hutomo, Sakti dikenal ahli dalam bidang Animal Communicator. Dia sudah berada sejak tahun 2017 di Indonesia dan bekerja di Yayasan Ashari.
Ia sudah sehari di Pelangiran untuk menjalankan tugasnya.
Baca: Spesialis Jambret Perempuan, Rekor 4 Sekawan di Pekanbaru Ini Bikin Kaget, 2 Orang Buron
"Baru kemarin didatangkan, tidak ada alat yang digunakan. Hanya menggunakan suara, mudah-mudahan berhasil," kata Hutomo.
Sakti akan bergabung dengan tim di lapangan untuk melacak keberadaan Bonita.
Kemampuan bule ini cukup luarbiasa, hanya dari suaranya saja, Sakti disebut bisa mengetahui keberadaan hewan.
Misalnya, tambah Hutomo, ketika Bonita mengaum nantinya, Sakti akan mengetahui keberadaan Datuk Belang yang sudah menewaskan dua warga di desa tersebut.
"Dengan suara akan diketahui keberadaan Bonita karena setiap suara mempunyai frekuensi yang menunjukkan posisi pengeluar suara," kata Hutomo.
Maksimalkan Berbagai Upaya
Balai Besar Sumberdaya Alam (BBKSDA) Riau menggunakan segala cara untuk menangkap Bonita, Harimau Sumatera Betina yang bertanggung jawab akan penerkaman dua orang warga Indragiri Hilir.
Bonita tak kunjung ditangkap setelah puluhan personel gabungan dikerahkan masuk kawasan perkebunan dan kawasan hutan di Inhil.
Baca: DJ Katty Butterfly Nggak Lagi Kerap Tampil Seksi, Netizen Heboh Dengar Keputusannya Peluk Agama Ini
Jebakan dengan umpan kambing pun tidak mampu melumpuhkannya, bahkan bius yang ditembakkan juga tidak mampu membuat Bonita menyerah.
Tidak kehabisan akal, BBKSDA menggunakan cara lain. Kali ini pendekatan berbeda ditempuh guna menangkap Bonita.
Begitu keberadaan Bonita diketahui, maka tim akan menuju lokasi dan melakukan penangkapan dengan cara menembakkan bius ke harimau sumatera tersebut.
Sementara itu, selain mendatangkan Animal Communicator, tim terpadu juga menambah jumlah bius.
Juga dimaksimalkan jerat berbentuk kandang yang di dalamnya sudah ada umpan.
Beberapa pekan belakangan, Bonita memang tak muncul lagi di pemukiman.
Bonita mulai beralih ke perkebunan sawit, kemudian masuk ke hutan jalur hijau.
"Terakhir terpantau berada di perbatasan kawasan hutan tanaman industri," kata Hutomo.
Bonita sesekali keluar. Terakhir, Bonita mengejar seorang pekerja sawit bernama Iwan karena terpisah dari 20 rekannya.
Beruntung Iwan selamat setelah masuk ke kanal.
Sebelumnya juga, Bonita mengejar tujuh warga yang masuk ke kawasan hutan.
Mereka selamat setelah memanjat pohon hingga akhirnya dievakusi petugas. (*)
Koordinator Peneliti Harimau dan Gajah Sumatera WWF Wilayah Riau, Febri Anggriawan Widodo mengatakan upaya penangkapan Bonita harus dilakukan dengan dua cara sekaligus, yakni memasang jebakan, dan memburu ya untuk dibius.
Baca: Ditanya Soal Video Call dengan Yulia Mochamad, Begini Ekspresi Opick
"Pola yang dilakukan tergantung perilaku harimaunya, kalau dia tidak agresif bisa pasang jebakan saja, kalau agresif ya harus dicari. Nah Bonita ini dilakukan dua-duanya," lanjut Febri.
Pola perilaku Bonita untuk saja tidak terlalu berubah karena ia harimau betina.
Berbeda dengan perilaku harimau jantan yang akan berubah saat memasuki musim kawin.
"Harimau jantan yang perilakunya akan berubah kalau memasuki musim kawin, Bonita ini betina," tandasnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/jejak-kaki_20180411_160210.jpg)