Siak
Kisah Kakek Rusman yang Tinggal di Gubuk Reot, Untuk Kebutuhan Minum Pun Berharap Air Hujan
Inilah kisah Kakek Rusman, Tinggal di gubuk reot. Menyambung hidup dari kebaikan orang lain. Ia bertahan hidup ditengah perkembangan kota
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Budi Rahmat
Satu ruangan dijadikan kamar tidur, satu ruangan sebagai ruangan tamu.
Berlantai papan tanpa tikar dan perkakas seadanya.
Sepeda Sangki menjadi satu-satunya barang mewah milik Rusman.
Sisanya derigen air, ember dan periuk nasi. Sebenarnya gubuknya tersebut terletak di dalam kota Siak, jalan menuju Rutan Siak Sri Indrapura, di samping TPU Suak Santai, tepian sungai Siak.
"Di sinilah saya selama lebih 6 tahun. Panjang ceritanya, tetapi sudahlah. Saya tidak banyak berharap, Tuhan yang paling tahu tentang hidup dan kehidupan kami," katanya membuka cerita, sambil mengisap sebatang rokok.
Saat menunjukan titik titik atap yang bocor, tangannya tampak bergetar.
Pandangan matanya pun tak lagi bersinar. Rambut, kumis dan jenggot sudah memutih.
Ia berkisah tentang hidupnya. Sebagai orang Siak asli, Rusman tidak menyesal dengan nasib yang menimpanya.
"Ah, semua ini biasa saja. Saya senang kok seperti ini," katanya lagi sambil terkekeh.

Sebelumnya ia punya keluarga yang bahagia. Istrinya bernama Rasmah.
Mereka dikaruniai 5 orang anak, yakni Zulkifli, Sawir, Syahroni, Idariani dan Mesri.
"Tetapi saya sudah berpisah dengan istri sejak lebih 20 tahun lalu. Anak-anak saya juga sudah menikah, tentu punya tanggungjawab pula. Ya biarlah, Tuhan yang berkehendak kepada semua manusia," ujar dia.
Tergusur Pembangunan Taman
Pada 2012 lalu, Rusman bekerja sebagai penjaga malam di gudang karet yang berada di tepian sungai Siak, Suak Santai.
Sekitar 2012 lalu, gudang itu tergusur karena penataan bibir sungai dan pembangunan taman oleh Pemda Siak.