Siak
Kisah Kakek Rusman yang Tinggal di Gubuk Reot, Untuk Kebutuhan Minum Pun Berharap Air Hujan
Inilah kisah Kakek Rusman, Tinggal di gubuk reot. Menyambung hidup dari kebaikan orang lain. Ia bertahan hidup ditengah perkembangan kota
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Budi Rahmat
Sejak itu pula Rusman kehilangan pekerjaan.
"Maka saya membuat gubuk di sini izin makai tanah milik teman saya. Sampai sekarang saya di sini. Warga di sini baik-baik. Mereka mengenal saya dengan sebutan Bagong," kata dia lagi.
Selama 6 tahun pula ia hidup dari uluran tangan warga. Kadang ada yang memberi uang, kadang ada yang memberi beras, lauk pauk atau makanan lainnya. Baju, celana atau kain sarung, juga begitu. Diberi orang.
"Akhir-akhir ini saya sering kedinginan. Entah kenapa, kondisi memang sedang lagi sakit," kata dia.
Bila hujan datang, Rusman kerap menampung air cucuran atap. Air hujan itulah yang direbusnya dengan tungku kayu di luar gubuknya, untuk diminum.
"Itu yang ditutup daun pisang air hujan saya tampung," katanya menunjukkan wajan besar yang tertutup daun pisang.
Untuk keperluan MCK, Rusman menumpang di kamar mandi tetangganya. Kebetulan kamar mandi tetangganya berada di belakang gubuk Rusman.
Sehari-hari Rusman melakukan aktivitas seperti orang kebanyakan.
Hanya saja sudah ringkih dimakan usia, tidak ada lagi pekerjaan yang dapat dilakukannya.
"Menunggu saja, banyak orang baik di Siak ini," kata dia.
Ditanya tentang anak-anaknya, Rusman menjawab sesekali ada yang datang.
Namun ia lebih banyak memilih diam tentang perhatian anak-anaknya kepadanya.
"Wah, biasa biasa saja seperti ini. Kalau atap bocor ya sudah biasa kok," katanya mengalihkan.
Mirisnya, ia juga tidak mempunyai harapan apa-apa kepada pemerintah. Katanya, biarkan saja pemerintah seperti biasanya.

"Ya tidak ada harapanlah, biarkan sajalah seperti biasanya," kata dia.