Pembunuhan Kim Jong Nam
Dituduh Membunuh Kim Jong-nam, Siti Aisyah Dikenal Lugu dan Sederhana
Siti Aisyah, warga Indonesia yang tersandung kasus pembunuhan pria Korea Utara, Kim Jong-nam dikenal sebagai sosok yang lugu dan sederhana.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Siti Aisyah, warga Indonesia yang tersandung kasus pembunuhan pria Korea Utara, Kim Jong-nam, yang merupakan kakak tiri Kim Jong-Un di Malaysia, dikenal sebagai sosok yang lugu dan sederhana.
Hari ini, Kamis (16/8/2018). hakim Datuk Azmi Ariffin di Mahkamah Tinggi Malaysia, akan memutuskan nasib Siti Aisyah, warga Indonesia dan Doan Thi Huong, warga Vietnam.
Siti Aisyah dan Doan Thi Huong, diduga menjalani kehidupan ganda, satu diantaranya sebagai pembunuh terlatih.
Namun sebaliknya, semua orang yang mengenal Siti Aisyah di kampung asalnya, Serang, Banten, dan di Tambora, Jakarta, menyebut penampilan Siti Aisyah juga sederhana.
Baca: Bunuh Kakak Tiri Kim Jong-Un Benarkah Siti Aisyah dan Doan Thi Huong Pembunuh Terlatih?
Baca: Siti Aisyah Terancam Hukuman Mati, Ini 8 Fakta Terdakwa Pembunuh Kakak Tiri Kim Jong Un
Baca: Kasus Pembunuhan Kim Jong Nam, Siti Aisyah Mengaku Tak Bersalah
Rahmat Yusri, ketua RT yang tertera di KTP Siti Aisyah, mengungkapkan, berita penangkapan perempuan itu bagai petir di siang bolong bagi sebagian besar warga.
"Kami semua kaget," kata Rahmat, seperti dimuat BBC Indonesia.
"Aisyah itu lugu, sederhana. Hanya lulusan SD dan keluarganya juga hanya petani. Dia itu pendiam, penampilannya juga biasa. Jadi warga di sini juga kaget dia dituduh membunuh begitu. Tak ada yang bisa percaya Aisyah berbuat itu," ungkap Rahmat.
Rahmat mengingat-ingat, perempuan berusia 25 tahun itu mulai datang ke Jakarta sekitar 10 tahun silam.
"Awalnya dia bekerja di rumah Bapak Liangkion sebagai pekerja dalam," kata Rahmat, menghaluskan istilah pekerja rumah tangga.
"Dia pendiam dan tertutup. Tidak banyak bergaul di luar. Paling keluar kalau ada keperluan. Saya juga sebagai ketua RT jarang melihat Aisyah," tambahnya.
Tak dinyana, Gunawan Hasyim alias Ajun, anak majikannya, jatuh cinta kepada perempuan asal Serang itu.
Keduanya menikah pada 2008. Pernikahan itu menghasilkan seorang anak, tetapi jodoh mereka tak berumur panjang. Empat tahun setelah menikah, Aisyah dan Gunawan bercerai.
"Itulah terakhir saya ketemu Siti Aisyah, pas mau tanda tangan surat cerai, itu pun sepintas karena dia mau pulang dengan ibunya," ujar Rahmat,
Sebelum bercerai, pada 2010 Aisyah menyertai suaminya, berangkat ke Malaysia untuk bekerja.
"Dia kembali tahun 2011, itu ada perubahan. Dari pakaiannya, badannya, pokoknya drastis. Dia, ya lebih cantik, bersih. Dia berangkat lagi setelah itu sebentar. Kemudian cerai tahun 2012," tambah Rahmat.
Banyak pertanyaan
Paparan sang ketua RT tentang sosok Aisyah yang pendiam dan lugu itu diamini seorang warganya, Emma Suela.
"Iya, kaget sekalilah. Kalau yang asli Aisyah, tidak mungkin (melakukan pembunuhan)," ujar Emma.
Emma Suela menggambarkan Aisyah sebagai "gadis desa" yang rajin.
"Pokoknya dia gadis desa, lugu, ke Jakarta hanya ingin cari pekerjaan," kata Emma dalam percakapan dengan BBC Indonesia.
"Mungkin itu yang bikin tertarik anak bosnya. Lalu dinikahi anak bosnya itu, Ajun," tambahnya.
Emma membenarkan bahwa Aisyah adalah sosok yang cenderung pendiam. Emma mengatakan, dulu dia sering bertemu Aisyah, tetapi hanya saling bersapa pendek.
Emma tak tahu mengapa kemudian Aisyah dan Ajun, panggilan suaminya, bercerai.
Kini Emma, Rahmat Yusri, dan warga di lingkungan Aisyah pernah tinggal mengikuti perkembangan pemberitaan dari waktu ke waktu.
Mereka bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa seorang gadis desa asal Serang, yang hanya sempat mengenyam sekolah dasar, terlibat dalam pembunuhan tingkat tinggi yang menggegerkan seluruh dunia.
Sementara itu, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, dalam pengakuannya kepada polisi Malaysia, Siti Aisyah mengatakan, dia memang dibayar untuk melakukan perbuatannya.
Namun, menurut pengakuannya, ia bersedia saat itu karena mengira tawaran tersebut adalah bagian sebuah acara prank untuk televisi.
Disebutkan, sebelumnya Aisyah dan seorang perempuan Vietnam itu sudah pernah melakukan hal serupa untuk sebuah acara lucu televisi, dan mereka mendapatkan imbalan uang "beberapa dollar".
"Dalam aksi prank atau menipu orang sekadar untuk lucu-lucuan itu, satu perempuan menutup mata (orang yang disasar) yang satunya lagi menyemprotkan sesuatu," kata Tito kepada wartawan di kampus Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Jumat (17/2/2017).
"Pekerjaan" itu, lanjut Tito, sudah dilakukan beberapa kali oleh Siti Aisyah dan perempuan Vietnam tersebut.
"Terakhir, (sasarannya adalah) Kim Jong Nam. Di semprotannya kali ini ternyata ada bahan berbahaya," sebut Tito.
Siti Aisyah, tambah Tito, tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
"Dia tidak menyadari bahwa itu merupakan upaya pembunuhan oleh pihak yang diduga sebagai agen asing," kata Tito.
Sempat Video Call
Siti Aisyah (24), menurut saudaranya Iqbal (23) masih sempat kontak lewat video call dengan satu malam sebelum penangkapan.
Malam itu, Rabu (15/2/2017), Aisyah berada di sebuah apartemen di Malaysia.
Keduanya sudah mau tidur, tetapi menyempatkan saling menyapa dulu. Iqbal, keponakan Aisyah ini tak tahu Aisyah sedang di apartemen mana.
Tapi Aisyah mengaku tengah bersiap untuk shooting acara reality show yang sudah 2 bulan ini diikutinya. Dia tak bercerita lebih jauh apa yang akan dilakukannya.
Baca: Wanita Cantik Pembunuh Kim Jong Nam, Agen Mata-mata Khusus Korut
"Teteh lagi sakit, mungkin nanti pulang tanggal 24 Februari sekalian Izra Miraj," ujar Siti ke Iqbal, malam itu. Mukanya datar saat berbicara lewat video call.
Pembicaraan itu berlangsung tak lama. Mereka kemudian melakukan percakapan pendek lewat pesan singkat di Facebook. Berakhir begitu saja.
Malam hari berikutnya, Kamis (16/2/2017), setelah berita pembunuhan Kim Jong Nam ramai di berita, ponsel Benah (50)-Ibunda Aisyah berbunyi.
Baca: Kronologi Wanita Berpaspor Indonesia Eksekusi Kim Jong Nam
Baca: Siapa Siti Aishah, Perempuan Indonesia yang Disebut Terlibat Pembunuhan Kakak Pemimpin Korut?
Benah mengangkat telepon itu. Saat itu Benah dan keluarganya memang sedang mencari tahu kebenaran penangkapan itu. Tapi tak bisa menghubungi Aisyah.
Seharian Benah menangis tak keruan. Panik apakah benar yang ramai diberitakan itu anaknya atau bukan.
Begitu telepon diangkat, Aisyah nyerocos soal penangkapan dirinya. Suaranya bergetar. Benah terkejut begitu tahu itu benar.
"Saya juga langsung gemetaran begitu tahu Aisyah ternyata ditangkap," kata Benah ketika ditemui Wartakotalive.com di rumahnya di Kampung Ranca Sumur, Desa Sindangsari, Kecamatan Pabuaran, Serang, Banten.
Di telepon, Aisyah hanya minta didoakan. Dia bilang ke ibunya agar jangan khawatir. Dia menyebut dirinya tak bersalah.
"Iya Eneng ditangkap. Pokoknya Emak jangan khawatir. Kalau Eneng kan orang nggak bersalah. Nggak tahu salah tangkap atau gimana. Ya eneng mah ngikutin aja. Doain aja. Semoga cepet keluar lah," kata Aisyah ke ibunya.
Telepon itu tak lama. Bahkan Benah belum sempat bertanya jauh saat Aisyah menutup telepon. Sehabis itu Benah tak nyenyak tidur.
Di pikiran Benah hanya ingin menjenguk Aisyah ke Malaysia.
Tapi dia belum bisa melakukan itu. Dua staf Kemenlu yang datang ke rumahnya pada Jumat (17/2/2017) malam pun tak bisa menjanjikan akan membawa Benah ke Malaysia.
Dua staf itu hanya datang untuk memastikan Benah tetap tenang. Dan menjanjikan bahwa Kemenlu akan memberi pendampingan maksimal terhadap Aisyah di Malaysia. (*)
