Charity Ride Biking to Europe
Dari Amsterdam Tasman dan Joko Doakan Korban Gempa Palu. Dua Kakek Pesepeda Sudah Tempuh 1.062 Km
Dari Amsterdam Tasman dan Joko Doakan Korban Gempa Donggala-Palu. Dua Kakek Pesepeda Sudah Tempuh 1.062 Km
Penulis: harismanto | Editor: harismanto
TRIBUNPEKANBARU.COM - Tiba di Amsterdam, Belanda, Tasman Jen (62) dan Tri Joko Waskito (70), dua kakek pesepeda personil Trio Lisoi, mendoakan korban gempa dan tsunami di Donggala-Palu, Sulawesi Tengah.
"Salam duka kami untuk saudara-saudaraku di Palu. Semoga Allah berikan kesabaran dan ke ikhlasan menerima ketetapan Allah ini serta dijadikan ahli surga sesuai amalnya bagi korban yang mendahului kita...Aamiiin!" tulis Tasman di akun Facebooknya, seperti dikutip Tribunpekanbaru.com.
Tasman dan Joko sedang melaksanakan Charity Ride Biking to Europe 4.000 Km.
Baca: Tasman dan Joko Sudah Berada di Amsterdam. Ini Nomor Rekening Pembangunan Ponpes Darussalam YAMRI
Baca: Razia Penertiban Pajak Kendaraan Dimulai Hari Ini, Ada yang Nunggak Sampai 6 Tahun
Baca: 1,3 Ton Lebih Rendang Sumbangan Warga Sumbar Terkumpul untuk Korban Gempa di Sulteng
Hingga hari ini, sudah 18 hari Tasman dan Joko melaksanakan turing sepeda dan sudah menempuh perjalanan sepeda 1.062 Km sejak dari Berlin hingga Amsterdam.

"Delapan belas hari sudah kami meningggalkan rumah dan lebih kurang 1.062 Km kami jalani sejak dari Berlin hingga Amsterdam. Tidak masuk akal rasanya kami bisa sabar dan mampu melakukan aktivitas sepeda di udara dingin dan kadang kala disiram hujan serta angin kuat (semoga aku terhindar dari kesombongan. Aamiin). Alhamdulillah, bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin, kami masih diberikan kemudahan, kekuatan dan kesabaran. Saya yakin ini juga berkat doa keluarga dan semua yang bersimpati dan mengikuti perjalanan amal kami ini. Untuk itu semua saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya dan semoga Allah membalas dengan segala kebaikan. Komentar yang tidak sempat saya respon langsung saya mohon maaf karena semuanya adalah karena keterbatasan waktu dan signal internet yang terbatas," ungkap Tasman.
Tasman juga menceritakan pengalaman camping di camping ground Kuiperberg di Ootmarsum, Belanda yang dibayar seharga 5 Euro satu malam.
"Aku tidak merasakan bahwa pagi ini aku sudah berada di negara kedua yang aku masuki yaitu Nederland. Satu kemajuan dari negara negara Uni Eropa adalah tidak adanya batas fisik antar negara. Yang ada hanya batas imajiner yang aku ketahui melalui Google Maps. Terlihat posisiku saat itu pas di garis batas Germany dan Nederland dan pesan SMS dari simcard Vedafone yang juga memberi tahu bahwa aku tidak perlu bayar roaming di Europe Zone," tulis Tasman.
Di camping ground Kuiperberg di Ootmarsum, tulisnya, terlihat beberapa mobil RV atau trailler camping car.
"Hanya aku berdua dengan Joker yang memakai sepeda. Tenda kami yang berada dekat pintu masuk camping ground sehingga sering dilewati para camper," katanya.

Setiap orang yang lewat, tulisnya, selalu mengucapkan "Goedemorgen" atau selamat pagi kepada Tasman dan Joko.
"Sepertinya dari bendera di sepedaku mereka sudah tahu aku orang Indonesia. Mereka langsung bercerita pernah ke Indonesia seperti ke Bali, Jogja, Bukittinggi dan lain-lain," ungkap Tasman.
Henk, seorang doktor sejarah berusia 82 tahun yang pernah ke Bukittinggi, begitu bersemangat bercerita mengenai sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di benua Eropa zaman dulu.
Ia juga bercerita soal kekeliruan bangsanya menjajah Indonesia pada zaman dulu.
"Aku jadi ketawa dalam hati. Sejarah itu seperti suatu misteri. Rasanya tidak mungkin bangsaku bisa dikuasai selama tiga abad lebih. Aaakh sudahlah. Mungkin dulu ada segelintir pemimpin rakyat yang terlena diberi kekuasaan lalu tidak peduli dengan saudara dan tanah airnya lagi. Dari jauh aku berdoa semoga Indonesia kedepan lebih baik lagi. Jangan ada perpecahan diantara kita. Ingat sejarah perpecahan kita adalah cara dari kekuatan lain untuk menguasai kita. Nauzubillahminzalik," tulis Tasman.
Tasman dan Joko sudah memasuki kota Amsterdam, Rabu (3/10/2018) malam.