Viral Medsos

Kisah Reni Romaulina Lulus ITB, Hidupi dan Sekolahkan 3 Adiknya, 2 SMA dan 1 Kuliah di Unpad

Inilah Kisah Reni Romaulina Silaban. Ia adalah anak yatim piatu. Kedua orangtuanya telah tiada.

Editor: Muhammad Ridho
Tribunjabar/hildarubiah
Kisah Putri Batak Sukses Lulus ITB, Reni Romaulina Silaban Yatim Piatu, Ibu Meninggal Kena Kanker 

Dia juga mengaku beruntung karena mempunyai dosen-dosen yang baik dan mengerti keadaannya.

"Bersyukur saya punya pemerintah yang baik mendapatkan beasiswa full dari Bidikmisi, dosen-dosen sangat mengerti keadaan dan teman-teman juga, mereka selalu menyemangati, bahkan memberikan dana," ujar Reni.

Sampai akhirnya ibu Reni tiada adalah masa terberatnya ketika menginjak semester tujuh, Reni mengaku begitu berat dan merasa sangat ketinggalan materi kuliah.

Namun Reni terbantu oleh teman-temannya yang mau menjelaskan materi yang terlewat dan tak ragu untuk meminjamkan catatan kepadanya.

Walaupun telah menghadapi ujian terberat dalam hidupnya, Reni bisa bangkit dari keterpurukannya.

Faktor yang membuat dirinya bangkit adalah karena adik-adiknya dan melihat perjuangan sosok ibunya selama ini.

"Hal itu juga membuat saya bangkit dan kuat, melihat kondisi mamah, yang tidak pernah mengeluh kalau pun capek. Adik-adik saya yang masih membutuhkan tumpuan orang dewasa. Karena saya merasa sekarang saya yang menjadi tumpuan mereka, ngurusin uang, kontrakan, makan, pendidikan, biaya hidup, termasuk mendidik adik-adik di rumah," ungkapnya.

Ingin membalas ketertinggalannya berkaktivitas di kampus, Reni memutuskan untuk aktif dalam beberapa organisasi di antaranya di IMTLI (Ikatan mahasiswa Teknik lingkungan Indonesia) sebagai ketua gerakan memilah sampah regional Jawa Barat, kemudian menjadiDelegate of Indonesia ASEAN January Universitas Youth Summit 2017 Republic of the Philippines.

Beberapa kali, Reni juga aktif di himpunan HMTL ITB.

"Karena sadar kemarin sempat gak ikut organisasi selama dua tahun kuliah, akhirnya aktif ikut training dan seminar terkait OHSAS dan ISO," ujarnya.

Tidak berhenti di situ, pada September 2018 ini Reni bahkan berhasil menorehkan prestasinya meraih juara 1 kompetisi Insvasi (Inovasi Sains) di Bali tingkat nasional, kategori instrumen produk unggulan dengan penelitian mengenai "Elektrokoagulasi sebagai metode pengolahan limbar cair coolant".

Bahkan, Reni pun mendapatkan penghargaan tugas akhir terbaik pada program studi Teknik Lingkungan 2014.

"Seenggaknya, aku kejar dengan cerdik mengisi keunggulan, karena kan untuk cari kerja gak mungkin isi cv cerita hidup, pastinya aku tonjolkan dengan prestasi," ungkapnya.

Demikian hingga akhirnya Reni pun lulus dan menerima pujian predikat sebagai wisudawati berprestasi dan inspiratif.

Reni diwisuda pada 20 Oktober 2018, bertepatan dengan hari jadinya 20 Oktober 1995 menginjak usianya ke 23.

Prestasi gemilang dan pujian tersebut, tak lain Reni persembahkan untuk orangtuanya, khususnya ibunya yang telah mengantarkannya meraih keberhasilannya itu.

Bagi Reni, setiap orang mempunyai persoalan hidupnya masing-masing.

Tapi, yang menjadi beda adalah bagaimana cara seseorang itu menghadapi masalah tersebut.

"Tuhan pasti sediakan jalan buat kita, kejar terus mimpi jangan kalah dengan keadaan, karena sebetulnya keadaanlah yang membentuk kita," pesannya. (Tribun Jabar/Hilda Rubiah)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved