Kampar

Demam Berdarah Dengue Makan Korban di Kampar, 1 Balita Meninggal Dunia

Seorang balita di Kampar meninggal karena DBD penyakit yang berasal dari Nyamuk Aedes Aegypti ini.

Penulis: Fernando Sihombing | Editor: Afrizal
TribunPekanbaru/Theo Rizky
Warga tengah melakukan fogging di sebuah pemukiman, Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru, Selasa (10/1/2017). Tindakan pengasapan atau fogging ini menurut warga masih menjadi andalan untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti penyebar virus demam berdarah 

Laporan Wartawan tribunpekanbaru.com Fernando Sihombing

TRIBUNPEKANBARU.COM, BANGKINANG - Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kampar telah memakan korban.

Seorang balita di Kampar meninggal karena DBD penyakit yang berasal dari Nyamuk Aedes Aegypti ini.

Kepala Puskesmas Kampar, Zulhendra Das'at mengungkapkan, korban DBD yang meninggal adalah warga Desa Padang Mutung.

Kasusnya terjadi di sekitar Agustus 2018 lalu.

"Pas di awal-awal MR (imunisasi Measles Rubella) itu," ungkap Zulhendra, Rabu (14/11/2018) malam.

Menurut dia, awalnya sempat dikira efek vaksin MR.

Baca: Hujan Sejak Rabu Sore di Kampar, 15 Rumah dan Kolam Warga Terendam Banjir hingga 1 Meter

Baca: Selama November Terjadi 26 Kasus DBD, Semua di Kecamatan Kampar

Namun dipastikan karena DBD.

Sejak itu, kata Zulhendra, tren kasus DBD di wilayah kerjanya meningkat.

"(Kecamatan) Kampar kayaknya pecah rekor ini," ucapnya.

Menurut Zulhendra, kondisi ini memprihatinkan.

‎Ia mengatakan, pihaknya telah melakukan langkah penanganan dan pencegahan.

Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) difokuskan di Tanjung Rambutan, desa dengan jumlah kasus terbanyak.

"Tadi sore (Rabu), kita bersama unsur Upika (Unsur Pimpinan Kecamatan) Gotong Royong ke Tanjung Rambutan. Ada Camat, Danramil dan Kapolsek juga," ujar Zulhendra.

Baca: Kasus DBD Meningkat di Kampar, Ini Penjelasan Soal Fogging

Gotong royong bersama warga menyasar selokan dan sampah-sampah di lingkungan sekitar pemukiman.

Ia juga memberikan penyuluhan, mengingatkan warga agar memperhatikan kebersihan lingkungan.

"Lingkungan memang kotor. Banyak sampah yang dapat menampuk air, jadi tempat perindukan Nyamuk," jelas Zulhendra. Ia menambahkan, pihaknya juga melakukan fogging. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved